Ana sudah sampai di Rumah sakit, perasaannya terasa campur aduk, antara kesal, sedih, marah dan pastinya Ana merindukan Dimitri. Ana terduduk di ruang perawat masih mengatur emosinya yang membuatnya bingung. Ternyata seharian ini Ana bekerja tidak memperbaiki moodnya.
"Ana..panggil seorang suster yang menjaga IGD"
"ya." Ana menoleh
"bisa bantu kamu di IGD, seorang pasien tidak mau kami tangani dan hanya memanggil namamu"
Ana mengernyitkan dahinya dengan bingung "Hmm..kau duluan nanti aku akan kesana" jawab Ana yang segera memakai masker pada wajahnya, Ana segera berjalan menuju IGD
"apa yang bisa aku bantu?" tanya Ana pada suster jaga
Suster jaga berjalan menuju brankar pasien yang tertutup tirai "lambungnya sedang bermasalah dan dia tidak mau kami ambil tindakan" Suster menarik tirai dan memperlihatkan Dimitri yang sedang terbaring
"Dimitri..apa yang" ucap Ana dengan nada kasar dan kata kasar Ana harus berhenti saat melihat wajah Dimitri yang menoleh dengan pucat "Ya ampun apa yang terjadi kenapa wajahmu sangat pucat" Ucap Ana panik "Suster bantu aku menyiapkan peralatan dan obat untuk refluks asam lambung"
Suster mengangguk dan meninggal Ana dan Dimitri, Ana mengambil termometer dari dalam kantong bajunya dan segera meletakkan di dalam ketiak Dimitri, Ana mengecek suhu kening Dimitri dan mengukur tensi darah Dimitri, Dimitri tersenyum melihat Ana yang serius mengecek kondisinya.
"kapan terakhir kau makan?" tanya Ana yang sudah paham sakit yang Dimitri alami
"kemarin pagi" jawab Dimitri
"kau benar-benar Pria bodoh,kau ingin mati?" ucap Ana kesal
Dimitri menggelengkan kepalanya "aku tidak ingin mati, tapi aku ingin menikah denganmu dan membesarkan anak kita" Dimitri mengusap perut Ana "apa dia baik-baik saja disana"
Ana baru saja akan mengucapkan kata kasar harus tertahan karena suster sudah datang membawa peralatan suntik dan obat yang Ana butuhkan.
Ana segera menyuntikkan obat itu pada lengan Dimitri tapi Dimitri menahannya "aku mau kau suntik jika kau mau menemaniku selama dirawat disini dan hanya kau yang merawat aku" ucap Dimitri
"jika aku tidak mau?" tanya Ana kesal dan suster jaga hanya memperhatikan mereka berdua
"aku tidak mau kau suntik, jika aku mati setidaknya kau akan merasa bersalah" ucap Dimitri sambil tersenyum, padahal dia sedang merasakan sakit pada perutnya dan buliran keringat sudah terlihat diwajahnya
"baik jika kau ingin mati" ancam balik dari Ana yang mulai berdiri, Dimitri bukannya takut malah membalikkan badannya dan memunggungi Ana
Ana menghela nafas, keras kepala Dimitri memang tidak akan pernah berubah, Ana menghela nafas kembali, suster memegang lengan Ana
"Its ok.." bisik Ana sambil melirik memberi kode agar Suster keluar dan suster mengikuti arahan Ana
Dimitri benar-benar sudah patah hati, dia pikir Ana benar-benar pergi dan tidak memperdulikannya, suara gumaman kesakitan terdengar dari mulut Dimitri, Ana benar-benar tidak tega melihat Dimitri yang semakin kesakitan, Ana segera menarik lengan Dimitri, Dimitri menoleh dan mendapatkan Ana masih berdiri di samping brankar
"kau akan terus keras kepala seperti ini?" tanya Ana dan Dimitri tidak menggubris. Ana duduk disamping Dimitri "serahkan lenganmu aku akan berjanji seperti yang kau minta"
Dimitri tersenyum dan segera membuka lengan bajunya, dan Ana segera menyuntikkan obat ke lengan Dimitri.
Dimitri dipindahkan ke ruangan VIP, Ana terus menemani Dimitri yang sedang tertidur. Sebenarnya Ana begitu merindukan Dimitri, ditambah Sepertinya anak dalam perut Ana atau hormon kehamilannya yang membuat Ana sangat ingin memeluk Dimitri dan mencium wangi khas badan Dimitri yang membuat indra penciuman Ana tidak ingin jauh dari Dimitri. Ana berpikir sepertinya akal sehat Ana sudah tidak waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Perfect
RomanceAna seorang wanita dengan keterbatasan pendengaran melakukan perjalanan pertamanya ke benua Eropa dan Rusia. Takdir mempertemukan Ana dengan Dimitri yang mendadak butuh pertolongan medis diatas pesawat dan Ana yang membantunya. Kesombongan dan Kean...