Bab 14

33 1 0
                                    

Tidur Ana begitu nyenyak, sampai dia enggan bangun untuk berangkat bekerja, pelukan Dimitri seakan menjadi selimut yang hangat untuk terus melanjutkan mimpi indahnya. Ana membuka matanya saat merasakan tendangan dalam perutnya dan rasa lapar yang menaunginya, Ana segera bangun dan memakai bajunya.

Rasa laparnya sudah tidak tertahan lagi, sampai si bayi terus protes dan menggencarkan protes di dalam perut Ana. Ana mengusap perutnya

"sabar yah, mama akan memasak makanan yang enak" Ucap Ana, tanpa Ana sadari Dimitri sedang memperhatikan Ana.

Ana segera beranjak ke dapur membuat banana pancake sepertinya lumayan, pikir ana. Dimitri segera memakai bajunya dan menyusul Ana yang sedang memasak, memeluk Ana dari belakang dan mencium tengkuk leher Ana

"hampir saja aku memukulmu dengan Spatula" ucap Ana yang kaget

Dimitri hanya mencium leher Ana dan mencium aroma badan Ana.

"Ana.." panggil Dimitri sambil menciumi leher Ana

"Hmmm.." jawab Ana yang masih fokus dengan wajan yang berisikan pancake yang sudah matang

"minggu depan aku akan kembali ke Moscow"

Ana tak kalah kaget mendengar kata-kata Dimitri, segera mematikan kompor dan membalikkan badannya "apa kau ada urusan mendadak?"

"ada beberapa pekerjaan yang masih dalam pengawasanku dan tidak bisa ditangani orang lain" Dimitri menarik nafas dan mendenguskannya "aku tidak bisa terlalu berlama-lama disini karena banyak hal penting yang harus aku kerjakan"

"aku pikir kau sudah menetap disini! bukankah rumah yang ada didepan sudah kau beli"

"iya rumah itu sudah aku beli, tapi aku tidak bisa menetap disini"

Ana terdiam, hatinya begitu sedih mendengar kata-kata Dimitri, seakan Ana sudah begitu menikmati selama 2 bulan lebih ditemani Dimitri disetiap kegiatannya.

"maaf aku lupa kau siapa, dan tentang pekerjaanmu" ucap Ana dingin dan segera berjalan ke kamar lagi dan melupakan sarapannya. Ana hanya ingin menangis, seandainya Dimitri melamarnya lagi, mungkin Ana akan langsung menerima Dimitri untuk hidup bersama. Tapi Ana terlalu bodoh, menggantung Dimitri selama 2 bulan lebih dan sekarang Ana begitu berharap bisa hidup bahagia dengan Dimitri.

Dimitri yang sudah belajar tentang hormon sensitif wanita hamil sudah begitu peka melihat wajah sedih Ana dan dengan segera mengejar Ana yang sudah masuk ke dalam kamar.

"Sayang..ada apa dengan wajahmu" tanya Dimitri

Ana hanya diam dan mata yang sudah mulai basah dengan buliran bening yang keluar dari ujung mata Ana.

"apa aku mengatakan kata-kata yang membuatmu sedih?"

Ana masih diam tak menjawab, Ana duduk dipinggiran tempat tidur disusul Dimitri yang berlutut sambil menggenggam tangan Ana.

"aku akan sering-sering menjenguk kamu dan Dia" ucap Dimitri sambil mengelus perut Ana

Ana menepis tangan Dimitri "kau tidak perlu memikirkan aku dan anakku" ucap Ana kesal "aku akan berangkat kerja, bisa kah pergi dari rumah ini" pinta Ana dengan marah

Dimitri tidak ingin memancing emosi Ana lagi, Dimitri langsung berdiri dan mengecup kening Ana sebelum dia beranjak pergi.

Ana menangis atas kebodohannya, seharusnya dia bisa berkata kalau dia juga mencintai Dimitri dan begitu menikmati waktu bersama dengan Dimitri

"apa kau bosan mengucapkan kata cinta kepadaku, kenapa hari ini kau tidak mengucapkannya?" batin Ana sedih, dan sekarang Ana malah mengusir Dimitri dari rumahnya. kebodohan Ana yang lain malah membuatnya semakin sedih.

She Is PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang