Hari yang dinantikan San telah tiba. Sudah siap dengan hati yang gembira, dia menunggu teman-temannya di tempat penyewaan perahu karet untuk arung jeram.
Yang pertama sampai adalah Mingi. Dia yang paling antusias karena ingin ngevlog untuk yang pertama kalinya bersama teman-temannya.
Yang kedua sampai adalah Jongho dan Seonghwa yang terlihat gelisah dan pucat, entah kenapa orang itu.
"Aduh, Yeosang sama Wooyoung mana, sih? Keburu rame nih, gak asik kalo banyak orang," kata San tak sabar.
Baru saja disebut namanya, dua orang yang dimaksud datang bersamaan. Tapi, lagi-lagi Wooyoung bersikap dingin seperti kemarin. Sepertinya dia marah pada San.
"Nah, karena udah dateng semua, ayo mulai!" Teriak San girang lalu memakai life jacket pelampungnya disusul yang lainnya.
Wooyoung memakai life jacketnya ogah-ogahan. Kalau bukan karena terpaksa, dia mana mau ikut-ikutan. Membuang waktu saja.
Yeosang menyadari sikap Wooyoung yang aneh. Temannya itu terus-terusan menatap San dengan tatapan marah. Dia ingin bertanya, tapi seruan San membuatnya mengurungkan niat.
"Ayo naik! Buruan, gue gak sabar nih!"
Jongho merangkul Seonghwa, menyemangati temannya yang lebih tua darinya itu. Seonghwa tersenyum sekilas, sebelum naik ke atas perahu karet.
"Jangan lupa pegangan ya," ucap San mengingatkan, namun dengan cepat dia berbisik ke Seonghwa.
"Kecuali lo."
Jongho kaget, Seonghwa berhenti tersenyum. San cekikikan sendiri sebelum duduk di antara Mingi dan Wooyoung.
Kalau kalian bertanya dimana Yunho, dia ada di kamarnya, lagi diare. Itu pun karena San yang iseng memberikannya sandwich yang ternyata berisi cabe yang cukup banyak.
"Let's go!"
Perahu karet yang mereka naiki mulai berjalan mengikuti arus. Mingi sudah siap dengan kameranya, dia bersorak girang bersama San. Wooyoung yang ada di sampingnya geleng-geleng kepala, pusing.
Di belakang mereka, Jongho mendadak diam, Seonghwa mendadak gelisah. Yeosang yang duduk di samping Seonghwa jadi bingung.
"Kak, lo sakit?" Tanyanya khawatir.
Seonghwa menoleh dengan cepat. "Gak kok, cuma nikmatin angin aja. Sejuk banget, gue suka," jawabnya berusaha terlihat tenang.
Jawaban Seonghwa tidak meyakinkan di telinga Yeosang, apalagi Jongho yang sudah tahu apa yang akan terjadi. Dia memberi isyarat kepada Seonghwa untuk berpegangan, tak peduli kalau rencana San gagal.
Yang terpenting adalah keselamatan Seonghwa.
"G-guys," panggil Mingi gemetaran. "K-kok arusnya makin cepet, ya?"
"Be careful!" Seru petugas yang sedang mendayung perahu.
"Hah? Hati-hati kenapa─AAA!"
Perahu karet melaju dengan cepat dikarenakan arus yang mendadak menjadi deras. Sontak mereka semua panik luar bisa karena keseimbangan perahu mulai tidak stabil.
"PEGANGAN YANG KUAT!" Seru Jongho dengan suara kerasnya.
"ANJIR, KAMERA GUE JATUH!" Mingi berteriak histeris sambil menunjuk kamerannya yang tenggelam. Dengan gilanya dia ingin meloncat kesana, tapi San menarik bajunya, membuat Mingi jatuh menimpanya.
Keseimbangan perahu semakin tidak stabil karenanya. Bahkan Wooyoung sampai terdorong ke samping dan hampir saja tercebur ke sungai.
"DI DEPAN BANYAK BATU, PEGANGAN YANG ERAT!!!"
"Jangan sampe gue mati, jangan sampe gue mati," gumam San dengan mata terpejam sebelum merasakan guncangan hebat yang menyerang perahu karet mereka.
Perahu karet mereka menabrak batu-batu yang ada, membuat perahunya hampir terbalik. Beruntung sang petugas langsung membelokkan perahunya ke arah lain, menghindari batunya.
Namun, rupanya ada batu besar lain yang membuat perahu mereka terpental dan kehilangan keseimbangan.
"ANJIRLAH, GUE MASIH MAU HIDUP!"
"JANGAN SAMPE GUE MATI, JANGAN SAMPE GUE MATI!"
"KAK, PEGANGAN YANG ERAT!"
Teriakan demi teriakan pun terdengar. Namun ada satu gumaman yang terdengar di telinga Yeosang.
"Pusing."
Kemudian ia menoleh ke samping, ke arah Seonghwa yang terlihat pucat dan lemas. Yeosang panik, dia segera merangkul Seonghwa dan menggeser posisinya menjauh dari pinggir.
Tiba-tiba, bagian kanan perahu menabrak batu cukup keras. Membuat bagian kiri perahu terguncang hebat dan terpental.
Tak hanya perahunya yang terpental, Yeosang yang tidak berpegangan kala itu ikut terpental bersama Seonghwa.
Lalu mereka tercebur ke sungai dan terbawa arus, mendahului perahu karet teman-temannya.
Setelah itu, keduanya menghilang.
Tapi San senang karena rencananya berjalan lancar. Disaat yang lainnya khawatir, dia tidak. Karena dia tahu Seonghwa bisa berenang, jadi kemungkinan besar mereka selamat.
Arus sungai semakin lama semakin tenang, itu tandanya mereka hampir sampai di tempat pemberhentian.
"Kak Seonghwa bisa berenang, kalian tenang, ya," ucap San menenangi yang lain, namun ucapannya memicu amarah Wooyoung.
"Gila lo, temen lo jatuh lo masih bisa tenang begini?!" Bentaknya tak percaya. "San, kenapa lo berubah begini? Kemana San yang gue kenal dulu, kemana San yang selalu khawatir ketika ada temennya yang-"
"Percaya sama gue, Kak Seonghwa pasti selamat," potong San yakin. Ehm, juga malas mendengar celotehan Wooyoung yang terlalu berisik.
Ya, terlalu berisik.
"Kak San," panggil Jongho dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa?"
"Sebelum mereka menghilang, gue liat kepala Kak Seonghwa kebentur batu sebelum akhirnya pingsan."
Mingi yang mendengarnya sontak menahan nafas karena tak percaya, apalagi San yang sangat terkejut.
Lalu, kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Wooyoung menonjok San tepat di wajah dan membuatnya tercebur ke sungai.
"Kalo mereka jatuh ke sungai, lo juga harus jatuh," ucap Wooyoung sambil menyeringai kecil.
San muncul ke permukaan lalu mengusap wajahnya. Kemudian, dia menatap Wooyoung bengis, dan mengacungkan jari tengahnya.
Cerita ini jangan dibawa ke real life. Kalau karakter tokoh disini ngeselin atau gimana, tolong jangan benci tokoh itu sampai ke kehidupan nyata, oke?