"Yeosang."
"Hmm."
"Lo marah sama San?"
Tatapan tajam langsung Yeosang tunjukan kepada Yunho yang dengan bodohnya bertanya pertanyaan tidak penting itu.
"Lo pikir gue bisa terima semuanya dengan ikhlas, gitu?" Tanya Yeosang balik, membuat Yunho gelagapan.
Yeosang seram, serius.
"Eng-enggak, gue cuma takut lo berbuat yang aneh-aneh ke San."
"Daripada berbuat yang aneh-aneh, mending gue lampiasin ke hal yang lebih positif. Contohnya ya baca buku atau latihan soal."
Yunho tersenyum tipis. Inilah yang membuatnya iri. Ah, bukan hanya dirinya, tapi semua orang. Yeosang adalah tipe orang yang memiliki kesabaran yang cukup tinggi.
Yunho kagum, bagaimana bisa Yeosang sabar menghadapi San yang luar biasa tingkahnya.
"Oh ya, gue mau tanya. Lo tau dari mana kalo San punya ide buat ngerjain lo?"
Yeosang mengedikkan pundaknya. "Sebenernya, tadi gue asal ngomong aja. Lagian perilaku kalian belakangan ini mencurigakan."
"Jadi, lo beneran gak tau?"
"Enggak. Emangnya omongan gue bener?"
Yunho menggelengkan kepala. Lebih baik Yeosang tahu sendiri daripada dia yang memberi tahu. Padahal kan lebih baik diberi tahu sekarang.
"Sang, sebelumnya gue minta maaf kalau pertanyaan gue sensitif banget. Emangnya, San sama Wooyoung-"
"Enggak, mereka gak pernah masuk rumah sakit jiwa."
"Lo bisa baca pikiran gue?!" Seru Yunho panik sendiri.
"Bukan, gue udah tau kemana arah pembicaraan lo. Lo pasti tau berita hoax itu dari orang tuanya Kak Hongjoong. Gue juga dikasih tau, tapi gue protes karena mereka sama sekali gak ada gangguan kejiwaan. Gue udah bareng sama mereka dari kecil, gue tau kehidupan mereka di masa lalu kayak gimana."
"Berarti, lo tau dong kalo San sering bersifat aneh kayak gitu?"
"Kalau itu gue gak tau. Gue baru sadar kalau dia aneh sejak gue ketemu kalian di sekolah, disaat kalian lagi lari-larian, yang katanya ada kuyang."
"Terus, kenapa lo gak kasih tau kita?" Tanya Yunho bingung.
"Gue gak mau nyakitin perasaan San. Gue cuma gak mau menyebarkan berita palsu yang nantinya bakal merugikan San," jawab Yeosang seadanya.
"Lo terlalu baik, Sang. Gue jadi merasa bersalah karena gak jujur sama lo," batin Yunho dengan kepala tertunduk.
"Yunho, lo kenapa? Sakit?" Tanya Yeosang khawatir. Tangannya dengan pelan memegang pundak Yunho, membuatnya mendongak dan tersenyum.
"Gak apa-apa. Oh ya, besok kan kita pulang, jenguk Kak Hongjoong, yuk. Sekalian dateng ke acara pemakaman Kak Seonghwa."
Yeosang mengangguk singkat sebelum berdiri dari duduknya. Kemudian, dia meregangkan otot tangannya dan lari di tempat.
"Yang telat sampe di restoran, dia yang bayar makan!" Seru Yeosang sambil berlari pergi mendahului Yunho.
"Woi, curang lo. Balik sini!"
"Ayam gratis!" Sorak Yeosang girang.
Tidak mau dompetnya terkuras, Yunho berlari mengejar Yeosang dengan semangat yang membara. Tapi tidak apa-apa deh, Yeosang sudah menaikkan moodnya lagi.
"Yeosang, tungguin gue!"
Jadilah mereka kejar-kejaran dan menjadi pusat perhatian. Tapi lucu juga kalau dibayangin, bikin mood kembali baik.
Dengan kedua tangan yang berada di dalam kantong celana, Wooyoung bersiul seraya berjalan menyusuri koridor hotel menuju kamarnya.
Orang-orang yang dilewatinya menatapnya aneh. Seorang Wooyoung yang baru saja kehilangan teman dekatnya bersikap santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Hal itu menarik perhatian San yang kini sedang mengikutinya diam-diam. Kebetulan sekali dia melihat Wooyoung sendirian.
"Yeosang kemana sih? Katanya mau traktir gue makan," kata Wooyoung sambil celingak-celinguk mencari.
"Oh, lagi cari Yeosang," gumam San sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aduh, kenapa waktu pulang lama banget, ya? Gue kan makin gak sabar."
"Gak sabar ngapain? Dia ngebet pengen ketemu sama belalang kesayangannya apa gimana?" Batin San heran sendiri.
"Wooyoung!"
San refleks menyembunyikan dirinya di balik tembok ketika seseorang berlari kecil menghampiri Wooyoung.
"Eh Njun, ada apa nih?"
Pemuda berambut biru dengan tindikan di telinga, kaos yang bagian depannya dimasukkan ke dalam celana jeans yang modelnya robek di bagian lutut, serta sepatu kets berwarna putih itu tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Katanya lo janji mau kasih uangnya hari ini. Gue udah lakuin apa yang lo suruh, loh. Janji harus ditepati," katanya sambil menaik-turunkan alisnya.
San terbelalak. Jadi Wooyoung membayar temannya untuk melakukan sesuatu?
Wah, skandal.
"Gak bisa nih, gue harus kasih tau yang lain," gumam San lalu pergi dari sana.
Wooyoung diam sesaat, menatap datar temannya yang bernama Yeonjun itu. Kemudian, ia tertawa dan geleng-geleng kepala.
"Ya elah, Njun. Kalimat lo kayak di film-film aja deh. Gue kan cuma nitip cilok lima ribu."
Yeonjun terkekeh lalu membenarkan kerah bajunya dan menyibakkan rambutnya ke belakang.
"Biar keren, hehe."
Nah loh, berarti San salah paham, dong?