"INI SEMUA GARA-GARA LO!" Bentak Yunho tepat di depan wajah San. "KALAU LO BENCI SAMA KITA BILANG, GAK PERLU KAYAK GINI!"
"Apaan sih?! Gue udah bilang dari awal, kalo gak suka ya udah diem! Punya telinga gak sih?!" Balas San tak terima disalahkan.
"Kak Hongjoong keracunan gara-gara lo, sekarang Kak Seonghwa. LO MASIH BERPIKIR SEMUA ITU BUKAN SALAH LO?!"
Yunho tak habis pikir. Bagaimana bisa San tetap tenang dalam keadaan seperti ini. Dia saja yang tidak ikut langsung datang ke lokasi akibat laporan dari grup angkatan.
"GUE GAK NGERACUNIN KAK HONGJOONG!" San menyangkal tuduhan Yunho. "GUE SAMA SEKALI GAK CAMPURIN RACUN KE MINUMANNYA. SILAHKAN TANYA MINGI KALO GAK PERCAYA!"
Yunho melirik Mingi. "Beneran?" Tanyanya tegas.
"Gue yakin San gak mungkin tega ngeracunin Kak Hongjoong. Lagipula, gue bareng San terus dari pulang sekolah sampe kita ke kafe. Dia sama sekali gak-"
"Dibayar berapa lo sampe belain manusia munafik kayak dia?" Sinis Wooyoung sambil berkacak pinggang.
"G-gue gak bohong kok," ucap Mingi mencoba meyakinkan teman-temannya.
"Tapi gak mungkin kalau semua ini gak direncanakan. Jujur sama gue, apa yang ada di pikiran lo sekarang," kata Yunho, lalu dibalas anggukan oleh Wooyoung.
"Gue gak berpikiran buat celakain kalian kayak gini! Gue cuma mencoba bikin kenangan yang gak bakal kalian lupain. Apa itu salah?!"
"Woi! Kalian terlalu sibuk berantem sampe lupa sama dua temen kalian yang hanyut entah kemana," sela Jongho pusing sendiri. "Ayo bantu yang lain cari mereka."
"Lo bener, kita harus cari─YEOSANG?!"
Seruan Mingi membuat semua orang menoleh ke arahnya, sebelum menoleh ke siluet seseorang yang berjalan menghampiri mereka dengan terseok-seok.
Semakin lama terlihat jelas kalau orang itu adalah Yeosang. Sekujur tubuhnya basah, wajahnya lecet dan sedikit berdarah.
Kemudian, dia berhenti tepat di depan San yang mematung tak percaya, melihat orang yang digendong Yeosang di punggungnya.
"Selamat San, rencana gila lo berhasil membuat gue kehilangan temen gue lagi."
Yang selanjutnya terjadi, San mendapat pukulan tepat di wajahnya.
"WOI, GILA YA LO?!" Seru San keras tak terima.
"Gila? LO YANG GILA!" Balas Wooyoung tak kalah keras. "Lo harus tanggung jawab, San."
"Udah! Kasian Kak Seonghwa, dia mau istirahat," lerai Jongho dengan tatapan sendu.
Yeosang mendecih pelan sembari membaringkan tubuh Seonghwa yang kaku dan pucat ke tanah. Rahangnya mengeras lalu berdiri menghadap San.
"Puas?" Yeosang terkekeh. "Gue gak bodoh, gue tau apa yang lo dan yang lain rencanain untuk ulang tahun gue."
"Gak usah ngarang!" Sanggah San panik.
"Ngarang? Kak Hongjoong pernah kasih kode ke gue, untungnya gue ngerti apa maksudnya."
Yeosang mengedikkan pundaknya. Lalu, ia mempersilahkan petugas medis membawa Seonghwa ke rumah sakit untuk diotopsi sebelum dibawa kembali ke negara asalnya.
Mereka memandangi jasad Seonghwa yang terlihat tenang. Yunho tak mampu untuk bicara, dia tidak menyangka akan kehilangan kedua temannya dalam waktu yang berdekatan.
"San."
San mendongak, menatap Yeosang yang tersenyum sinis padanya.
"Lain kali, pakai otak lo dengan benar."
Begitu katanya, sebelum pergi meninggalkan San yang membeku di tempat, dengan perasaan sakit akibat ucapan Yeosang yang terlalu menusuk hatinya.
Diam-diam, Wooyoung mencuri pandang ke arah Yeosang yang masuk ke dalam hotel. Entah apa yang dia pikirkan, perilakunya membuat Jongho curiga.
Namun Mingi, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Wooyoung pernah mengatakan omongan adalah doa.
Kenapa dia tiba-tiba merasa, kalau kematian Hongjoong dan Seonghwa sudah direncanakan?
"Jangan berpikir yang aneh-aneh, gak baik," celetuk Wooyoung sambil terkekeh, membuat Mingi merinding.