CHAPTER 3

71 2 0
                                    

"Kringggggg"....

Alarm ku menunjukkan pukul 07.00 a.m
Aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi, mandi, dan juga bersemedi untuk panggilan alamku (Buang air besar) Kebiasaan ku memang seperti itu, setiap pagi aku selalu mendapat panggilan alam yang harus aku penuhi, Jika tidak Perut ku akan mengamuk- ngamuk dan membuat aku kesakitan.

Sungguh hari libur yang super sibuk untukku. Aku harus membantu mama ku memasak, membersihkan rumah, dan juga aku harus mencuci baju seragam dan mensemir sepatu ku untuk hari Senin. Sepertinya kemarin aku bermimpi akan pergi hangout bersama teman-teman ku saat hari libur seperti ini, namun sepertinya ekspetasi ku tidak sesuai dengan realita
Dan Aku hanya bisa mensyukurinya.

"Tenggggtonggg"

Ponsel ku berbunyi. Aku bergegas ke kamar dan melihat ponsel ku. Ada tiga pesan yang belum terbaca.

"Hai lagi apa? Sudah bangun?"

"Sudah aku baru selesai mencuci baju dan membantu ibu memasak"

"Semangat ya"

"Terimakasih"

"Baiklah!."

Itu pesan dari Rian, Rian adalah teman satu kelompokku saat PDSP sama seperti Doni aku sudah mengenalnya jauh sebelum aku mengenal Doni, bahkan aku dan Rian kita sudah chattingan saat kita masih mengikuti PDSP.  Namun jujur,  tidak ada yang aku rasakan saat chattingan dengan Rian saat itu, Rian adalah orang yang sangat baik. Dia pernah meminjamkan bahunya saat aku menangis di malam renungan di dalam kegiatan PDSP dulu.
Saat ini aku berada di tengah-tengah antara Doni dan Rian.
Doni yang chattingan nya tidak monoton namun sedikit agak cuek.
Dan Rian yang chattingan nya hanya membahas hal-hal itu saja namun sangat perhatian.
Hmm sungguh membingungkan.

Sesungguhnya aku sedang menunggu pesan dari Doni, namun aku rasa dia belum bangun. Karena semalam aku sempat video call dengan nya, yah membahas hal-hal yang tidak penting, bercanda, bahkan mendengarkan dia bernyanyi menggunakan gitar andalannya itu. 
Sungguh!!!... Aku mungkin sudah mulai menyukainya, namun aku belum berani untuk mengakui perasaan ku kepadanya.

************

Aku selalu menunggu pesan dari Doni. Aku sendiri pun tidak mengerti kenapa aku selalu mengharapkan pesan dari Doni? Yang bahkan belum memberi kabar sampai saat ini.

Ada pesan masuk dari ponsel ku Cepat saja aku membaca pesan tersebut, ternyata  pesan itu dari Doni. Pesan yang aku tunggu-tunggu hingga saat ini.

"Haii"

"Hai juga"

"Maaf aku baru mengabari mu, aku baru bangun tidur".

"Hahaha tidak apa, sudah kuduga. Kamu pasti baru bangun dari tidurmu. Cuci wajah mu sana"

"Sebelum aku mencuci wajah ku, aku ingin kamu kirim fotomu dulu.

"Untuk apa?"

"Kirim saja"

" ( Mengirim foto )"

" Wow benar-benar manis"

"Apa yang manis?"

"Gulaa"

"Oh,, aku kira aku yang manis hehe."

"Loh yang bilang kamu manis siapa? GR deh"

"Hahahaha sudah sana cuci wajahmu dulu"

"Baiklah"

Begitulah Doni, sedikit cuek namun menyenangkan. Tidak menoton dan banyak bahan candaan. Aku terlalu senang  mendapat pesan dari nya sehingga aku terus berada di chat obrolannya, hingga aku baru menyadari bahwa Rian dari tadi mengirim pesan kepada ku namun tidak sempat aku balas.

PERGI UNTUK BAHAGIA ATAU BERTAHAN UNTUK LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang