Dhearena Annisa.

96 8 0
                                    

+++Bonus Chapter+++

°°°Sudut Pandang Rena°°°

Namaku Dhearena Annisa, panggilannya Rena, semua orang memanggilku dengan nama itu, padahal itu bukan nama asliku.

Meski begitu, aku tetap menyukai nama itu.

Aku tidak bisa mengingat nama asliku.

Pada hari itu, aku kehilangan segalanya. Setelah aku bertemu dengan Bunda Lina, semua tentang diriku digantikan. Dari nama hingga kepribadianku.

Aku tidak bisa mengingatnya, tapi aku tahu bahwa Bunda Lina lebih menyayangiku daripada ibuku sebelumnya.

Rasanya aneh pada awalnya, berpindah ke keluarga yang tidak aku tidak kenal bahkan tidak pernah merasakan susu asinya.

Namun Bunda terus memberikan perhatian dan kasih sayangnya padaku, membuatku candu dan tidak bisa lepas dari kasih sayangnya.

Dan anak lelakinya yang senantiasa mengajakku berbicara. Dia paling hebat dalam menghiburku, semua yang dilakukannya bisa membuatku lupa akan kesedihan.

Nama lelaki itu adalah Reyan. Aku memanggilnya dengan sebutan Kak Eyan.

Saat aku beranjak semakin besar, Bunda tidak sesering dulu bisa menyayangiku. Karena aku juga bersekolah dan tidak bisa seharian dirumah.

Disitulah Kak Eyan hadir menjadi orang nomor satu yang akan mendampingiku. Aku tidak pernah memintanya untuk menemaniku, tapi dia tetap akan melakukannya.

Kemanapun aku pergi, Kak Eyan akan hadir bersamaku. Semakin lama, akupun merasa tidak aman jika tidak bersamanya.



Seiring kami makin dewasa, saat SMP khususnya, kami berdua sangat dekat tak terpisahkan. Beberapa orang yang belum mengenal kami, mengira bahwa kami adalah sepasang kekasih.

Aku tidak keberatan. Lagipula kami tidak memiliki hubungan darah.

Ya, aku mencintainya.

Awalnya kukira yang kurasa saat didekatnya hanyalah sesak nafas biasa. Namun setiap berada didekatnya aku selalu berdebar-debar, membuatku sadar bahwa rasa itu bukanlah perasaan biasa.

Aku semakin canggung dengannya, namun Kak Eyan tetap berperilaku seperti biasanya.

Sampai suatu ketika aku memberanikan diri untuk menciumnya. Aku berhasil, walaupun hanya sedetik. Kak Eyan melihatku dengan aneh, aku beralasan bahwa itu adalah ciuman kakak adik.

Sampai saat ini, aku masih tersipu malu mengingat-ingat hal itu.

Ya, tapi selayaknya cerita dalam film, tidak akan lengkap tanpa adanya konflik.

Sejak itu semuanya berubah.




Ayah dan Bunda berpisah, Kak Eyan ikut dengan Bunda. Awalnya aku juga ikut dengan Bunda, namun Kak Eyan memohon kepadaku untuk menemani ayah. Bunda dan Kak Eyan memutuskan untuk pergi dari rumah dan tanpa menggunakan uang dari ayah.

Saat itu kami sedang kelas 8 SMP, satu-satunya kesempatan aku dan Kak Eyan bertemu adalah saat di sekolah. Sepulang sekolah kami sering bertukar informasi soal ayah dan bunda, tentang kondisi mereka.

Namun sekitar kelas 9 SMP, Bunda jatuh sakit. Bunda terdiagnosis memiliki kanker, harapan Bunda untuk hidup adalah kecil.

Bunda menolak untuk berobat dengan menggunakan uang dari ayah, karena itu kondisinya tidak kunjung membaik.

Akhirnya Kak Eyan terpaksa berpura-pura bekerja agar Bunda tidak tahu bahwa uang yang digunakannya untuk berobat adalah pemberian dari Ayah.

Setelah itu, aku dan Kak Eyan jarang mengobrol di sekolah. Sepulang sekolah, Kak Eyan langsung pergi ke rumah sakit untuk menjaga Bunda.

implicit : it's just you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang