Berakhirnya pertandingan.

33 3 0
                                    

°°°Sudut Pandang Rey°°°








"Boleh tidak?"

"Eh? Jadi kamu lebih memilih Rena daripada aku?"

"Ish, maksudnya kan sebagai adik.."

"Gaboleh.."

"Jahat ih.."

"Kalau gitu, nikah yuk.."

"EH?!" Kaget Hana dengan wajah memerah.

"Kalau kita nikah, Rena otomatis jadi adikmu juga, bukan?"

"Ya, bener sih.."




Pagi hari, Hana tiba-tiba bertanya seperti itu. Entah apa yang membuatnya sampai meminta hal itu. Tapi yang kudengar dari Ayah, mereka berdua menginap di hotel. Pastinya telah terjadi sesuatu.



Bentar,





mereka berdua ngapain?!






Hana menceritakan padaku, sejak aku tak sadarkan diri, Taufik lah yang menyelamatkanku. Dia juga berhasil membawa Faris, aku belum tau kabar mengenai Faris. Karena itu aku memintanya untuk datang menjelaskan.

"Buka mulutnya.., pesawat mau masuk..." Ujar Hana di sebelah kanan kasurku sembari memegang sendok yang terdapat bubur di atasnya.

"Emangnya aku anak kecil? Ngomong-ngomong engga ada kacangnya kan?" sahutku.

"Engga kok, lagipula kamu kan emang anak kecil. Ayo, Aaaaaa gitu.."

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dan masuk, "masih pagi, udah mesra-mesraan aja.."

Itu adalah Taufik.

"Taufik, bilangin temenmu ini. Dia engga mau makan tuh.." gerutu Hana.

"Kamu harus membujuknya lebih kuat lagi, Hana" ujar Taufik sembari duduk di sebelah kiri kasurku.

"Eh? Maksudnya?" Bingung Hana.

"Ngomong-ngomong. Kamu mau tau tentang apa?" Tanya Taufik.

"Tentang semuanya, setelah aku engga sadar.." sahutku.

"Hmm. Ya intinya, aku tahu hal seperti ini mungkin akan terjadi. Kamu juga terlalu mudah ditebak. Kamu pergi ke satu-satunya mall yang pernah ku tunjukkan, dan juga parkir di lantai paling atas.."

"Hehehe, aku kan gatau mall lain. Lagipula males nyari parkiran, jadi langsung aja ke paling atas.."

"Setelah itu, aku mengawasi kalian sampai kalian pergi dari Jogja, niatnya saat kalian kembali ke mobil, aku akan menghampiri kalian. Tapi aku melihat sesuatu yang aneh. Ada mobil BMW yang baru parkir di sana. Padahal sudah jelas pada jam segitu, mall sudah tutup. Karena itu aku mengawasinya dari jauh. Dan saat Faris itu mengeluarkan pistol, aku langsung segera pergi mencari pihak keamanan, agak susah nyarinya, tapi untungnya masih sempat untuk menolongmu."

"Begitu, ya. Terima kasih, sudah repot-repot perhatian padaku.."

"Kamu ini kalau engga diperhatiin pasti bakal kacau jadinya.."

"Hehe.., oh ya. Soal video itu, bagaimana?"

"Tenang saja, saat menggeledah Faris. Aku mengeluarkan kartu memori ponselnya. Kemarin saat kau masih belum sadar, aku mencoba melihatnya. Namun tidak kutemukan file apapun."

"Terenkripsi ya?"

"Ya, aku juga berpikir seperti itu.., karenanya aku langsung format secara keseluruhan"

implicit : it's just you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang