Seseorang yang pernah ada di hati.

82 6 0
                                    









Dia adalah Faris Farendra.





Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengannya?




Faris adalah mantanku.


Tubuhku membeku, seakan-akan waktu terhenti, aku tak dapat bergerak. Lalu dia datang mendekatiku.

"Loh, kok diam aja? Kamu dengar aku gak??" Tanya Faris.

Mulutku serasa sangat lengket, sulit sekali untuk berbicara.

"A-ah.." ucapku.

"Nah itu bisa ngomong.., kenapa ga jawab?"

"Ts-sa.."

Dia menghela nafasnya, lalu berkata "Aku tanya lagi, kamu engga ke sekolah lagi?"

"Ah, tidak, ah, kenapa?"

"Kok kenapa? Bukannya sekolah kamu sedang ada acara?"

"Oh ya!" Aku baru ingat kalau aku harus kembali ke sekolah.

"Dasar, udah ayok naik motor aku. Biar cepat sampai!" Ajak Faris sembari menaiki motornya.

Faris membawa motor, rasanya aneh, biasanya dia membawa mobil. Apa aku salah mengingatnya?

"Ta-tapi.." aku ragu.

"Jangan kelamaan deh, kamu harus buru-buru kan?"

Sial. Aku tidak bisa membantahnya. Tubuhku juga serasa tidak bisa menolaknya.

Aku lalu menaiki motornya. Motornya terlihat sangat kekinian, tapi aku tidak tahu merknya. Saat sudah jalan, aku meraba bagian belakang motornya, tidak kutemukan pegangan, karena itu dengan refleks aku memeluk Faris dari belakang.

Memerlukan waktu sekitar 1 menit untuk aku akhirnya sadar bahwa yang kupeluk bukanlah Rey, rasanya sangat berbeda. Aku lalu melepaskan pelukanku.

"Loh? Kok dilepas? Nanti jatoh gimana.." Tanya Faris.

"Ga-apapa, aku begini saja.." Sahutku.

Tak lama, kami sampai di depan gerbang sekolah. Aku lalu turun dari motornya.

"Te-terima kasih ya.." kataku.

"Sama-sama. Ngomong-ngomong nanti lihat aku ya pas lomba bulu tangkis!"

"A-ah iya.."

"Kalau begitu aku pergi ya! Kamu semangat jadi panitia acara nya!" Ujarnya sembari tersenyum kepadaku.



Dia pun pergi, aku lalu kembali menuju aula tempat kelas kami akan tampil. Seiring berjalan kepalaku dipenuhi pikiran yang tidak jelas. Membuatku tidak fokus dengan penampilan kelasku.



Dia ikut lomba di sekolahku.



Bagaimana aku bisa tidak tahu?



Padahal aku panitia acara.



Oh ya, Amanda yang mengurus peserta.



Sial. Aku harus apa?


Aku tidak bisa kalau harus setiap hari melihatnya.




Setelah penampilan kelas kami selesai, lalu dilanjutkan dengan kelas lain. Pastinya Rey sadar bahwa aku hanya bengong saja sedari tadi. Dia membawaku keluar dari aula.

"Hana, ada apa? Kamu daritadi ga fokus gitu.." tanya Rey.

"Gapapa kok" sahutku.

"Serius gapapa? Kamu tadi hampir salah taruh dekorasi di panggung loh.., untung yang lain ngingetin.."

implicit : it's just you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang