Hana adalah bahasa Jepang dari bunga.

251 7 8
                                    




Setelah memperhatikan arah yang kami tuju, akupun tersadar bahwa yang kami tuju adalah pusat kota. Aku tidak bertanya mau kemana, karena aku kira akan menggangu sekali. Dia selalu mengalihkan pembicaraan saat aku tanya mau kemana. Jadi, kurasa sudah cukup, tidak perlu bawel lagi. Ikuti saja kemanapun Rey mau pergi.

Tak lama, motornya Rey makin lama memperlambat hingga akhirnya berhenti pada sebuah parkiran di suatu tempat luas yang penuh warna warni ini. Ya, tempat ini adalah taman kota.

Taman ini bukan hanya berisi tanaman yang berwarna hijau, tapi juga kuning dan merah. Sekali memandang, kau akan tahu kalau tempat ini memang indah. Tapi sayang sekali ramai orang, padahal jika sepi taman ini akan lebih indah lagi.

Mungkin ini alasan Rey mengajakku dari jam 5 pagi, agar tidak ramai. Tapi ya mau bagaimana lagi, sudah terjadi dan waktu tidak dapat kembali.

Sembari melihat-lihat tamannya, aku mengeluarkan gawai dan memotret pemandangan indah ini dengan gawaiku.

"Wah indah sekali ya..." Ujarku.

Aku terus mengabadikan foto penuh warna ini ke dalam gawaiku, sampai akhirnya aku tersadar suara kamera yang terus menerus berbunyi. Padahal suara itu bukan datang dari gawaiku.

Lalu aku menengok kebelakangku, ternyata suara itu berasal dari Kamera yang Rey pegang. Berarti isi dari tas yang Rey bawa adalah kamera berharga miliknya itu.

Aku mengira bahwa badanku menghalangi Taman yang ingin Rey foto.
"Ah, maaf Rey. Aku menghalangimu ya. Aku akan geser sedikit..."

"Tidak kok, justru kamu yang daritadi aku foto.." sahut Rey.

Aku terkejut, pasti fotoku jelek sekali. Karena aku belum siap untuk difoto. Aku lalu menghampiri Rey dan ingin melihat hasil fotonya. Tapi ternyata aku salah besar. Fotonya sangat bagus.

Aku tidak mengerti soal dunia fotografi dan segalanya, tapi aku tahu bahwa hasil foto ini sangat seperti hasil foto fotografer profesional yang sering kulihat di sosial media. Berarti Rey memang berbakat dalam bidang fotografi.

"Wah, ini bagus banget Rey. Tapi wajahku rasanya engga pas.." kagumku.

"Ah engga kok. Wajahmu udah pas..." Jawab Rey.

"Ih bagus darimana.., kalau foto ini memakai model yang cocok pasti hasilnya akan lebih bagus lagi..." Lanjutku.

"Kalau begitu, mau kah kamu menjadi modelku?" Ajaknya.


Hah?

Apa katanya barusan?


Aku kira aku di ajak kesini untuk dimintai tolong untuk memfotonya di taman bunga ini. Ternyata aku lah yang menjadi objek dari fotonya.

Aku melihat wajah Rey yang sudah berharap tinggi itu tentunya tidak bisa menolak permintaannya itu. Lagipula Rey belum pernah meminta sesuatu kepadaku.

Kenapa tidak?

Aku sebenarnya engga percaya diri. Tapi aku percaya pada Rey. Bahwa aku bisa disulap menjadi cantik melalui kemampuan fotografinya dan tentunya kamera mahalnya itu.

Ini pertama kalinya aku menjadi model foto selain foto formal untuk kartu indentitas. Aku mengikuti semua instruksi yang Rey berikan kepadaku. Dari berpose sedang memegang bunga, berpose berbaring di antara rumput-rumput dan bunga, dan banyak pose lainnya.

Dari semua pose yang aku lakukan, Rey banyak sekali mengarahkanku untuk mengangkat tanganku dan menghadap ke kamera. Dalam pose ini berarti secara tidak langsung aku menunjukkan ketiakku, karena aku memakai baju dan outer tanpa lengan. Aku sangat malu sebenarnya, tapi aku mencoba menahannya sebisaku.

implicit : it's just you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang