S1 / 01 : Malam Penderitaan

2.8K 141 9
                                    


Malam itu, seberkas cahaya tiba tiba saja hilang dalam hidup Jiyeon. Seluruh warna kian berubah menjadi gelap gulita tatkala langit berubah hitam pekat. Cahaya seolah di renggut begitu saja dalam hidup nya, gadis kecil itu tentu saja menangis. Sendu, tak kuasa melihat mayat sang ayah, satu satunya orang tua yang dia miliki meninggalkan nya di atas luka

Menderita tentu saja, Jiyeon sudah kehilangan segalanya. Pantaskah dia kehilangan ayah yang membesarkan nya hingga mencapai kedewasaan ini? Ayah nya telah di ambil oleh tuhan jauh sebelum gadis itu mencapai kesuksesan

Park Jiyeon sangat tidak suka jika semuanya menghilang. Gadis dengan senyum cantik nya tersebut sudah kehilangan sosok ibu dan sekarang dia kehilangan sosok ayah!

Jiyeon menangis sendu. Mata sayu nya mampu membuat orang orang di sekitar yang melihat merasa iba padanya. Park Jiyeon anak yatim piatu tersebut hanya memiliki satu orang bibi dalam hidupnya

Yang bahkan sama sekali tidak peduli padanya. Jiyeon hanya di anggap sebagai duri dalam daging dalam keluarga setelah gadis itu menyebabkan satu orang anak di keluarga tersebut meninggal dunia karena dirinya. Sejak itu juga keluarga bibi tidak pernah menerima Jiyeon dan menjadikan gadis itu orang asing dalam keluarga Bae dan tidak pernah pula di anggap dalam keluarga tersebut

"Aboji hiks.." Jiyeon menangis sesenggukan, punggung nya ikut bergetar tatkala tangisan nya semakin lama semakin keras. Pun, nyonya Bae terlihat tak pernah menenangkan sang keponakan. Yang hanya wanita paruh baya itu lakukan adalah memandangi datar wajah putih pucat mayat sang adik ipar

"Jangan tinggalkan aku!" Bahkan seseorang yang mencoba menenangkan Jiyeon pun tak ada gunanya karena gadis itu sendiri dengan kasar menepis tangan yang mencoba menyentuh nya

"Nak, ikhlaskan ayah mu. Tuhan lebih sayang padanya maka dari itu tuhan menjemput nya lebih dulu." Ucap satu orang wanita tua di samping Jiyeon yang tak lain adalah teman dekat dari ibu Jiyeon yang telah lama meninggal

"Tapi kenapa ahjuma hiks."

"Yakinlah tuhan menginginkan yang terbaik untuk nya nak."

Sejak saat itu. Park Jiyeon, mampu meredam tangisan nya karena dia tau tuhan menginginkan yang terbaik untuk ayah nya. Namun, di sisi lain Jiyeon masih sedih tatkala dia harus kehilangan segalanya di malam dingin ini

Ini adalah saat terakhir nya melihat sang ayah yang begitu menyayanginya. Saat saat terakhirnya melihat wajah tampan dan sayu milik sang pria yang sangat berarti dalam hidup nya

•°•°•°•

Suasana pemakaman di rumah keluarga Park kian terjadi dengan tangisan sendu dan pilu seorang Park Jiyeon. Gadis itu menatap iba pada foto sosok ayah nya Park Shinho yang membesarkan nya hingga sebesar ini. Jiyeon sangat berhutang budi, namun belum bisa membalas budi baik sang ayah

Bagi Jiyeon ayahnya adalah sosok pria yang bertanggung jawab menguruskan nya. Juga, ayahnya adalah figur yang tidak pernah lelah mengasuh Jiyeon hingga menjadi gadis dewasa nan anggun. Bukan hanya seorang ayah, namun Park Shinho juga merupakan sosok ibu bagi Park Jiyeon setelah ibunya meninggal dunia dalam kecelakaan

Namun tak bisa di pungkiri. Jiyeon harus kehilangan semuanya kini. Di atas luka gadis itu menangis tak lagi memiliki siapapun dalam hidup nya

"Siapa lagi yang bisa kau banggakan?" Sudut sebelah bibirnya terangkat guna mengejek seorang Park Jiyeon yang sekarang tidak punya siapa siapa lagi dalam hidupnya

"Diamlah Bae Suzy. Berhenti atau aku akan-" Sayang, ucapan Jiyeon terhenti saat nyonya Bae datang padanya dan membawa Suzy pergi begitu saja

"Dasar ibu dan anak sama saja!"

•°•°•°•

Siang itu Park Jiyeon pulang sekolah seperti biasa. Jiyeon hanya melempar tas ke atas kasur dan membuka kaos kaki nya, melemparkan nya ke sembarang arah. Memang seperti itulah kebiasaan Park Jiyeon

Tiba tiba saja perut nya berbunyi. Krruukk- menandakan jika gadis itu lapar. "Aboji aku lapar!"

Kebiasaan nya saat lapar memang begitu. Namun, Jiyeon baru ingat jika dia baru saja kehilangan sosok ayah membuat nya kembali sedih

Perlahan dengan jalan lesu Jiyeon berjalan menuju dapur. Betapa laparnya dia saat ini. Tapi sayang, melihat keadaan dapur yang sungguh sepi seperti tak berpenghuni gadis itu jadi ingat jika tidak akan ada masakan disana mengingat sang ayah tidak akan bisa lagi memasak untuk nya

Jiyeon meraih saku seragam yang masih dia kenakan hingga kini. Dia mengeluarkan uang dari sana. Masih tersisa sedikit untuk membeli makanan, dan gadis itu rasa semua cukup untuk makanan nya hari ini

Sekarang namun bukan besok. Secepatnya gadis itu harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Namun Jiyeon bukan gadis mandiri. Dia tidak bisa bekerja sendiri mengingat sang ayah yang selama ini selalu bekerja dan menghidupi dirinya

Tidak. Jiyeon memang harus menghidupi dirinya sendiri dan menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri pula

Jiyeon harus berjuang sendiri mulai saat ini. Walaupun terdengar berat, tapi dia harus melakukan nya. Pun, sang bibi tidak akan pernah bisa membantu nya karena Jiyeon tau mereka tidak akan sudi lagi

•°•°•°•

Kaki itu terus melangkah sangat jauh. Jiyeon sudah melahap makanan nya untuk hari ini. Namun, dia rasa lapar itu masih saja menggebu gebu tiada henti. Harus apakan Jiyeon perut nya yang terus memanggil manggil dirinya itu?

"Akhh aku masih lapar Aboji.." Tiba tiba saja tubuh Jiyeon tumbang di jalanan. Kepala nya terasa pening dan Jiyeon tak sanggup lagi berdiri. Penglihatannya memburam dan Jiyeon tak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya pada dia







TBC 😘

𝐴𝑝𝑜𝑙𝑜𝑔𝑦 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang