18. ungkapan

10 1 2
                                    

"Aku sayang kamu" ungkapan Dika yg selama ini telah lama ia pendam, akhirnya kini terucap sudah.

Di sebuah taman yg dipenuhi bunga-bunga, disitulah Dika mengucapkan rasa sayangnya padaku. Awalnya aku ragu apakah ini hanya lelucon yg Dika lontarkan begitu saja. Tapi begitu aku menyelisik manik matanya, disitulah kudapatkan sebuah kejujuran mampu ku percayai bahwa ini bukanlah lelucon.

Aku hanya diam, bingung harus menanggapi bagaimana, karena jujur sebenarnya akupun menyayanginya.

Aku masih bimbang dengan perasaanku ini, aku dan Dika memang belum terlalu mengenal cukup jauh, mungkin hanya beberapa kali pertemuan. Namun, siapa duga dengan pertemuan singkat yg teriring muncul rasa sayang yg mendalam padanya.

Aku mulai mengingat kejadian masa lalu dimana aku bertemu dengannya.

"Bruuk"....
Seseorang menabrak tubuhku...

"Kalau jalan pakai mata dong" Ucapku dengan kesal

"lyha maaf, emmm kamu murid baru yha?"

"Iyha, aku lagi bingung nie kelas X ips ada di sebelah mana" jawabku dgn nada agak rendah

"Namaku Dika, aku kls XI ipa, namamu siapa ...?" Sambil mengulurkan tangannya dihadapanku

Tanpa menghiraukan pertanyaannya aku langsung memberikan pertanyaan lain yg tentunya jauh penting bagiku

" Udah cepat mana ruang kelasku?"

"Didepan perpustakaan sebelah kiri, namamu siapa"

Setelah itu aku langsung berlalu menuju ruang kls ku dan meninggalkan orang asing itu.

Aku menginggat detail kejadian itu, aku hanya tersenyum kecil.

"Aku juga menyayangimu" kataku dengan menyunggingkan sedikit senyum di bibirku

"Baguslah kalau begitu" kata Dika

"Jadi ...?" kataku gantung

"Jadi apa ...? Tanya Dika balik

"Jadi sekarang kita pacaran ...?" tanyaku dengan malu-malu

"Ah ..." tampak Dika sedang berpikir sejenak, matanya yg semula dipenuhi kebahagiaan tiba-tiba redup digantikan dengan tatapan sendu.

Aku hanya menatap mata Dika sendu, aku tidak tahu apa yg dia pikirkan sampai tiba-tiba membuat kebahagiaan dimatanya perlahan pudar.

Apa pertanyaanku membuatnya bersedih? Aku hanya bisa menerka-nerka tentang apa yg sebenarnya Dika alami saat ini.

Raut wajahnya terlihat tak bersemangat, tak seperti tadi saat ia mengucapkan rasa sayangnya padaku. Sekarang ia terlihat seperti sedang menanggung beban yg sangat berat. Aku hanya menatapnya dengan tatapan iba tanpa ingin mempertanyakan apa sebenarnya masalah yg sedang dihadapinya

Dika mengenggam jari jemariku erat, seolah olah mencari ketenangan di sana. Ia hanya diam tanpa sepatah katapun.

Dika mulai menyandarkan kepalanya dipundakku dengan mata terpejam, aku hanya membiarkan Dika melakukannya, aku tahu Dika butuh tempat untuk bersandar, dia menatapku mataku dengan sedih.

"Kenapa?" tanyaku pelan

"Maafkan aku Mona, aku meyanyangimu. Tapi aku belum bisa memberimu kepastian dalam sebuah hubungan. Karena jujur aku blm siap untuk menjalin sebuah hubungan. Kita sahabatan saja ya?" katanya

Aku merasa sedikit kecewa dengan pernyataan Dika, sebenarnya aku tidak ingin jika hubunganku dan Dika hanya sebatas sahabat. Tapi apa boleh buat, aku juga tidak bisa memaksanya. Aku yakin Dika punya alasan dibalik semua ini.

Prince Is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang