Chapter 7

9 3 0
                                    

“Hanya kamu teman yg sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri, bahkan lebih dari itu”
~Cika Trifadella

Suasana sekolah masih sepi, karena baru jam 06.23, Aku berlari secepat kilat menuju ruang kelas, napasku terengah-engah. Namun, ku tetap berlari sekuat tenaga, tanpa sadar dasi yg kugunakan jatuh ke lantai karena hanya ku pasang di leher tanpa ku kaitkan. Kelas terasa jauh saat aku ingin segera sampai, setelah sampai aku pun langsung mendobrak pintu yg terlihat tertutup.

Bruuuak
Akhirnya pintu pun terbuka lebar, aku sangat terkejut melihat pemandangan didepanku saat ini.

"Cikaaaa ...." teriakku dipenuhi isak tangis.

"Cika maafin aku yg telat dateng" ucapku sambil meraih tubuh Cika yg dipenuhi lebam disudut bibirnya, Cika tak sadarkan diri. Aku buru-buru menopang tubuh Cika. Namun, selalu saja terjatuh, karena tenaga ku yg mulai melemah akibat lari dari rumah sampai ke sekolah. Aku mengambil langkah pasrah, bersender di tembok sambil memeluk tubuh Cika, yg kondisinya memprihatinkan. Langkah derap kaki terdengar ditelingaku, tanpa pikir panjang aku segera teriak sekeras kerasnya.

"Toloooongggg, siapapun disana tolong aku, please help me" ucapku masih menangis

Suara langkah kaki itu semakin mendekati ruang kelasku.

"Dika" lirihku

Dika dengan langkah panik segera menghampiri ku.

"Kamu kenapa mon?, kenapa kamu menangis?" tanya Dika sesekali menghapus airmataku

"Aku gak kenapa-kenapa Dika, tapi Cika ..." aku menggantungkan ucapanku dan kembali terisak.

"Kita harus cepat bawa Cika kerumah sakit"

"Iya ayo" ucapku tak kalah panik

"Biar aku yg bawa Cika, kamu kedepan aja cari taxi" usul Dika, akupun menyetujui nya dan langsung keluar mencari taxi.

****

Cika masih ditangani dokter, aku hanya mondar mandir tak karuan, sedangkan Dika hanya menatapku heran.

"Mon, jangan mondar-mandir terus, mending kamu duduk. Jangan bikin aku tambah panik, tenanglah Cika sedang ditangani dokter" Dika menarik lengan ku, membawaku duduk di kursi, aku hanya menurut. Namun, pikiranku tetap saja kacau. Dika menatapku dengan penuh selidik.

Ckleekk
Suara pintu terbuka, muncul seorang dokter berwajah cantik dari dalam ruangan tersebut. Aku segera berdiri menghampiri dokter.

"Bagaimana keadaan teman saya dok" tanyaku gelagapan

"Mbk tenang saja, luka teman mbk tidak terlalu parah, hanya perlu istirahat untuk beberapa hari" terang dokter

"Alhamdulillah" ucapku seraya bersyukur

"Yasudah kalau begitu saya pamit dulu" ucap dokter melangkah pergi

Aku yg sudah tak sabar melihat kondisi Cika segera masuk ke dalam ruangan tempat Cika berbaring.

"Cikaaa" lirihku

Cika hanya diam, menandangku penuh tanda tanya, mungkin sebaiknya aku jelaskan semuanya pada Cika.

"Mona kenapa aku bisa ada disini?" tanya Cika

Aku yg sudah tak tahan lagi menahan tangisku, segera memeluk Cika dengan erat.

"Maafin aku Cika, aku telat selamatkan kamu"

"Maksud kamu apa?" tanya Cika yg masih belum mengerti arah pembicaraanku.

Dika hanya berdiri mematung, melihatku dan Cika.

"Aku akan jelasin semuanya" ucapku sambil mengurai pelukanku.

Prince Is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang