Olahraga

957 44 3
                                    

Update lagi...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Author POV

Sabtu merupakan hari libur bagi beberapa orang. Tak luput dengan Gea yang juga merasakan libur kali ini. Setelah kemarin disibukkan dengan banyaknya meeting yang membuat energi terkuras, iapun balas dendam dengan tidur lebih awal.

"Jam berapa sekarang?!" Cibirnya sembari mengucek matanya. Mata sipitnya masih enggan terbuka. Tangannya berusaha mencari sesuatu, yang tak lain adalah handphone-nya.

"Jam setengah delapan?! Pantes aja laper..." Cibirnya lagi. Iapun bergegas membersihkan diri, meskipun kasurnya memiliki magnet yang cukup kuat kala itu. Dengan menggunakan atasan kaos plus jaket putih serta celana joger hitam bergaris putih samping. Tak lupa rambut yang diikat kebelakang membuatnya terlihat lebih fresh dan siap berangkat. Kemana lagi jika tidak mencari kebutuhan perutnya yang mulai meraung-raung.

"Wah, banyak nih, ada soto, kari, ayam panggang... Wah ada yang pedes banget nih, enak banget kayaknya... Borong semualah..." Cibirnya sendiri sembari memilih makanan yang tak lain adalah mie instan dengan berbagai rasa.

"Eh tapi, kalo beli mi semua gak baik buat kesehatan, gajadi deh, beli mi biasa aja, nanti bumbunya racik sendiri aja. Maaf ya mi instan, aku tak jadi membeli kalian, karena jika aku sakit karena kalian, bosku itu takkan tanggung jawab." Lagi-lagi ia berbicara sendiri. Lalu ia bergegas mencari bahan lainnya yang dikiranya lebih sehat. Karena pekerjaannya yang cukup menguras energi dan membutuhkan gizi yang cukup.

Setelah selesai, iapun langsung bergegas pulang. Dengan bermodal jalan kaki ia sembari memandangi sekeliling tempat yang ia lewati. Karena jarak antara rumah dan mall tidak terlalu jauh. Sehingga ia memilih untuk jalan kaki, lagipula ia belum memiliki kendaraan pribadi.

"Lama juga gak olahraga..." Ucapnya memandangi beberapa orang yang tengah berolahraga bersama keluarga, pasangan, dan teman-teman.

"Emang pernah olahraga?" Sambung seseorang di samping Gea yang tiba-tiba muncul.

*****

Gea Pov

"Emang pernah olahraga?" Ujar seseorang tepat di sampingku. Aku terlonjak kaget melihatnya.

"Astaghfirullah..." Ucapku refleks.

"Kamu pikir saya setan?! Minta dipecat kamu?!" Ucapnya tegas mengancamku. Siapa lagi jika bukan si Bos kejamku.

"Lagian Bapak ngapain ngagetin saya, tepat di samping kiri saya lagi, kan saya kira setan." Jawabku santai, bodo amat jika bosku ini akan marah. Lagipula, hari ini hari minggu, ngapain sih masih marah-marah? Tuh mulut gak libur kalik yah?!.

"Saya cuman lari pagi, emangnya kamu.." ejeknya meremehkanku. Dia kira aku tidak bisa lari? Enak saja meremehkanku. Andai saja bukan bosku, mungkin sudah ku injak kakinya.

"Saya juga bisa lari kok, Pak. Cuma lama aja gak olahraga,"

"Halah, alasan kamu itu..."

"Terserah Bapak, saya permisi...." Ujarku yang mulai malas meladeni bosku yang katanya tampan ini.

"Kamu tega ninggalin saya?" Ucapnya membuatku berhenti melangkah dan mendengus kesal.

"Pak, hari ini hari libur, saya cuma pengen libur saya berharga..."

"Jadi saya tidak berharga? Saya ini bos kamu ya," ucapnya yang tak luput dari ancaman.

"Pak, saya ini lagi laper dan saya ingin segera pulang buat masak, jadi saya permisi..." Ucapku yang kemudian menghentakkan kakiku kencang.

"Dan kamu tidak menawarkanku makanan?" Lanjutnya yang semakin membuatku kesal. Mimpi apa aku semalam.

"Terserah.."

*****

Gerald Pov

"Terserah.." ucapnya malas. Sebuah hiburan untukku. Entah mengapa aku sua sekali membuatnya kesal. Ekspresi wajahnya yang menurutku lucu dan membuatku gemas melihatnya. Dia satu-satunya sekretarisku yang bisa melawanku balik bahkan sikapnya acuh kepadaku. Tidak seperti sekretarisku sebelumnya yang justru genit kepadaku.

"Kamu belanja?"

"Enggak, nyalon.." ucapnya ketus tanpa melihat ke arahku.

"Udah tahu belanja, masih nanya.." lanjutnya dengan suara yang masih dapat kudengar.

"Mau kubantu bawa?" Tawarku baik.

"Tidak perlu," ketusnya lagi. Selain karena aku baik, aku hanya tidak ingin dipandang sebagai laki-laki lemah yang tega menyuruh seorang gadis membawa belanjaan. Meskipun, bukan belanjaanku. Akupun memaksa mengambil plastik belanjaannya. Hampir saja dia terjatuh karena tarikanku yang cukup kencang. Akupun sigap menangkapnya. Mata kami saling bertemu. Entah mengapa, menatap dalam matanya membuatku sejuk.

"Cieee... Kayak ftv aja...." Cerca beberapa anak kecil yang melihat kami. Gea yang sadar langsung melepas tanganku yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Geapun mempercepat langkahnya sedikit menjauhiku. Akupun menyusulnya. Sampailah kami di rumah Gea yang menurutku sangat kecil.

*****

Author POV

Sesampainya di rumah Gea. Gea langsung memasuki rumahnya dan disusul Gerald di belakangnya. Gerald langsung duduk di sofa kecil, sedangkan Gea bergegas ke dapur yang tepat berada samping kiri ruang tamu. Terlihat Gea sedang asik membereskan belanjaannya.

"Maaf ya Pak, rumah saya tidak sebesar rumah Bapak." Ucap gea sedikit menyentil Gerald. Namun, itu kenyataannya.

"Tidak masalah, lagipula tempatnya nyaman, simple.. bagus," Ucap Gerald memuji.

"Saya buatkan makan dulu, Bapak mau minum apa?"

"Air putih saja dulu, selesai olahraga yang bagus air putih aja,"

"Ok." Gea segera mengambilkan air putih dan kembali ke dapur untuk memasak.

Terlihat Gea sedikit cekatan dalam memasak. Hal itu membuat Gerald penasaran makanan apa yang dibuat oleh Gea. Gerald pun berusaha mendekati Gea.

"Buat apa sih? Baunya kok enak?" Ucap Gerald penasaran.

"Mi," jawab Gea singkat, jelas, dan padat.

"Mi instan?"

"Mi sehat, racikan sendiri. Mending Bapak duduk yang manis dan jangan mengganggu saya, makanan ini akan tidak enak jika Bapak mengganggu saya,"
Ujarnya mengusir Gerald. Gerald yang diusirpun hanya bisa diam dan kembali ke tempat duduk sembari memainkan handphone-nya.

Tak lama, Gea datang dengan 2 piring berisikan mi dengan berbagai tapping, baik sosis, telur dan tak lupa sayuran. Gea duduk di sebelah Gerald. Karena sofa yang ada memang kecil.

"Silahkan dinikmati..." Ucap Gea yang disambut Gerald. Gerald yang sedari tadi sudah lapar akan aroma masakan Gea langsung memakannya. Satu suapan masuk ke mulut Gerald. Saat itu pula, ekspresi Gerald tidak dapat ditebak.

"Pak... Bapak okay? Masakannya enak atau gak enak? Saya gak kasih racun kok, Pak." Tanya Gea melihat bosnya yang masih diam tanpa mengunyah makanan di dalam mulutnya. Gea bingung dengan bosnya ini, apakah rasa makanannya enak? Atau sebaliknya? Atau adanya alergi? Begitulah yang dipikirkan Gea. Sedangkan Gerald menatap Gea lekat.

Bersambung...
Ada apa dengan Gerald?

Next time okay... Thanks for your support guys...

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang