Keras Kepala

1.3K 73 9
                                    

Please banget buat yang baca karyaku, aku ucapin terimakasih banget buat kalian. Aku harap kalian juga merespon ceritaku, beri aku saran atau komentar baiknya cerita ini bagaimana. Love you all! Big thanks for reading my stories.

Maaf Typo Bertebaran kek mantan. Eakk.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

2 Minggu berlalu...

Gea masih setia dengan laptop dan secangkir kopi di mejanya. Tatapannya fokus pada benda pipih itu. Sekilas ia kembali meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Tanpa ia sadari jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Langit mulai petang, ditambah awan mendung yang mengelilingi.

"Duh, mau hujan kayaknya, aku bawa saja pekerjaan ini ke rumah," ucap gea sembari membereskan barang-barangnya. Dibawanya laptop dengan tangan kiri dan tas di tangan kanannya. Ia keluar kantor dan kembali menatap langit yang sudah gelap.

"Ada taxi gak ya jam segini? Bakal hujan deres nih, mending aku simpen laptopnya dalam kresek aj deh," Gea mengeluarkan sebuah plastik hitam berukuran besar. Lalu ia memasukkan laptopnya dan kembali ia pegang.

Jalanan ramai, tapi tak ada satupun kendaraan yang berhenti. Dengan terpaksa Gea berjalan kaki. Air hujan yang sudah membendung sedari tadi akhirnya turun. Deras!

"Aduh, gak ada tempat berteduh lagi, lanjut jalan aja deh, nanggung" dengan semangat Gea terus melangkahkan kakinya menelusuri hujan yang kian deras. Pakaiannya sudah basah kuyup layaknya orang yang sedang berenang.

"Lama juga tidak merasakan hujan di Jakarta, huuu..." serunya sambil mengadahkan kepalanya menikmati setiap butir air hujan yang membasahi wajahnya.

TIIITTTT TIIIITTT TIIITTTT..

Gea langsung menoleh ke arah klakson yang membuatnya kaget. Ia menyipitkan matanya menerawang mobil itu.

'Mobil siapa yah? Perasaan aku udah di jalan yang bener?' batin Gea bertanya-tanya. Sebuah mobil cukup mewah nan mahal, tertera 'BMW' di depan. Tapi Gea tidak kenal mobil itu. Lalu, kaca mobil terbuka dan menampakkan wajah seseorang.

"Masuk!" suara itu sedikit meninggi karena suara hujan yang lebih besar. Gea yang melihatnya kaget. Boss??

"Bos?"

"Ya, aku bosmu, masuk, aku tidak mau karyawanku sakit dan membebaniku,"

"Ah, tidak usah Pak, saya akan jalan kaki saja,"

"Apa kau gila?! Mau mati kedinginan hah! Hujan ini deras, kalau sakit bagaimana ha?! Dan itu, Laptop? Kalau sampai laptopku rusak, maka gajimu aku potong! Cepat masuk!!!" perintahnya dengan wajah yang masih sama. Dingin.

"Tidak usah Pak, nanti mobil bapak basah, saya permisi Pak," Ucap Gea kembali melangkahkan kakinya berusaha menjauhi Pak Bos nya itu.

"Ikut aku! Tidak ada penolakan" ucap seseorang menarik lengan Gea paksa. Gea menoleh, siapa lagi jika bukan Bos gilanya itu.

                               *****

Gea POV

"Bos?"

"Ya, aku bosmu, masuk, aku tidak mau karyawanku sakit dan membebaniku," ucapnya dengan nada yang sudah biasa aku dengar. Sungguh aku mulai biasa dan bahkan tidak ingin menggubrisnya.

"Ah, tidak usah Pak, saya akan jalan kaki saja," tolakku dengan baik.

"Apa kau gila?! Mau mati kedinginan hah! Hujan ini deras, kalau sakit bagaimana ha?! Dan itu, Laptop? Kalau sampai laptopku rusak, maka gajimu aku potong! Cepat masuk!!!" perintahnya dengan wajah yang masih sama. Dingin. Es saja kalah dingin. Ingin aku melemparnya ke neraka saat ini juga. Dia hanya peduli pada laptopnya saja? What?! Apa-apaan dia? Sabar-sabar.

"Tidak usah Pak, nanti mobil bapak basah, saya permisi Pak," ucapku berusaha menolak dan langsung pergi saja. Aku tidak ingin berdebat dengan orang itu. Tak peduli dia akan memarahiku besok.

"Ikut aku! Tidak ada penolakan" ucap seseorang dengan nada tingginya sembari menarik lenganku.

"Eh, Pak? Kok bapak turun sih, ini hujan loh Pak, nanti bapak sakit gimana?" omelku melihat bosku yang malah mengejarku dan menarikku dengan pakaian yang kini sama sepertiku, basah.

"Hujan ini takkan membuatku sakit." Cih! Sombong sekali dia. Memangnya dia apaan gak bisa sakit? Dasar!

"Sebaiknya bapak pulang saja, saya jalan kaki saja Pak, saya sudah biasa dengan hujan ini,"

"Tidak ada penolakan, Kamu itu sekretaris saya, kalau kamu sakit siapa yang mau urus semua jadwal saya hah?!!" huft! Sepertinya aku mengalah saja, hujan ini juga sangat deras. Akupun mengangguk dan dia menarikku menuju mobilnya. Kamipun memasuki mobil dengan pakaian basah. Aku pastikan mobil ini akan banjir.

Di sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Begitu juga dengan Pak Bosku, ah ya, Bosku ini punya namanya, namanya Geraldo Nathanda Abiantara. Namanya cukup panjang sama seperti orangnya. Ck!

Aku kembali memandangi setiap butir air hujan yang menetes di jendela. Cantik sekali, aku suka hujan sejak kecil. Meskipun petir dan guntur berpautan, aku tetap suka hujan. Sampai akhirnya aku sadar, aku sudah sampai di rumah dengan selamat.

"Terimakasih Pak, maaf membuat mobil mewahmu ini basah,"

"Hmm.."

"Saya permisi," ucapku membuka pintu mobil. Akuoun turun dan menunduk sedikit menatap Pak Gerald.

"Sampai di rumah jangan lupa keramas ya Pak, biar bapak gak sakit. Terus jangan lupa minum-"

"Kamu itu bukan ibu saya yang bisa ngatur saya, sudah saya bilang saya gak bakal sakit cuman karena hujan kecil," ucapnya percaya diri. Padahal aku melihat matanya sudah memerah dan hidungnya juga merah. Dasar Bos!

"Maaf Pak, kalau begitu saya masuk dulu, Selamat malam Pak," ucapku kembali melangkah memasuki halaman rumahku. Sekilas aku kembali menoleh ke arah mobil yang sudah mulai melaju itu. Dasar Bos keras kepala. Awas saja kalau sampai sakit, aku adalah orang pertama yang akan tertawa.

Bersambung...

Next or No??

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang