Awal Yang Baru

1.4K 73 3
                                    

Kembali lagi...
Part ini baru saja direvisi...
Tetap semangat readers!
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Gerald POV

Aku menatap wanita berumur 21 tahun itu. Menurutku dia manis. Tapi, tetap saja, aku adalah seorang CEO. Aku tidak mungkin menerima karyawan yang tidak memiliki kualitas. Mau jadi apa perusahaanku nanti? Aku pun ingin menguji kemampuannya. Ya, aku memang terkenal dingin. Tapi aku punya alasan untuk itu.

"Jadi siapa namamu tadi?" Ucapku tegas membuyarkan lamunannya yang masih menunduk malu. Padahal baru saja aku membaca berkasnya. Tentu saja aku tahu siapa namanya.

"Saya Gea Aleesya, Pak." ucapnya sedikit gugup.

"Saya sudah melihat berkasmu dan ya lumayan." ucapku yang seperti sedikit mengejek. Aku hanya ingin tahu mental wanita yang akan menjadi sekretarisku ini. Karena menurutku, dia masih terlihat seperti ABG yang mudah labil. Meskipun dari prestasinya cukup bagus.

"Sekarang buktikan jika kamu pantas bekerja di perusahaan saya," tegasku sembari sedikit melempar berkas-berkas ke meja.

"Saya akan berusaha Pak," ucapnya dengan yakin. Matanya menatapku dengan penuh semangat. Aku dapat melihat bulatan matanya yang membulat sempurna.

"Bagus, sekarang tolong buatkan saya laporan beberapa data yang sudah ada di komputer kamu di sebelah sana, siapkan semuanya dalam waktu 10 menit." lanjutku dengan tempo yang cukup cepat membuatnya melotot padaku. Aku kembali fokus mengerjakan pekerjaanku. Aku tidak melirik ke arahnya, mataku terfokus pada laptop di depanku. Entah bagaimana raut wajahnya sekarang.

"se-sepuluh menit pak? Apa itu-" suaranya tak membuatku berpaling melihat ke arahnya. Aku berusaha menyibukkan diriku dengan mengetik beberapa balasan email yang kuterima sebelumnya.

"Baik, waktumu berkurang 2 menit." tegasku dengan masih setia menatap layar laptop dan mengerjakan pekerjaanku. Aku tidak suka wanita yang belum mencoba sudah membantah. Aku membiarkannya, akan aku lihat sikap dan tindakannya. Hal ini kulakukan memang karena disengaja  agar aku dapat menilai pegawai-pegawaiku.

"Ta-tapi Pak-"

"Waktumu hanya 5 menit." bukan aku namanya kalau sampai menerima penolakan. Apa yang aku perintahkan harus segera dikerjakan.

Perempuan itu langsung berpaling dan menuju meja di sudut ruangan. Ku perhatikan dia yang wajahnya sedikut kesal padaku. Dengan wajah yang penuh amarah, aku bisa lihat dia memulai pekerjaannya. Akupun hanya menghitung waktu yang aku berikan.


Sesekali aku melirik ke arahnya yang fokus sekali mengerjakan pekerjaannya. Tapi ada yang aneh diraut wajahnya. Bibirnya seperti mengucapkan sesuatu. Bibirnya bergerak ke sana kemari. Entah apa yang diucapkan perempuan itu. Aku yakin, dia pasti sedang mendumel tak karuan. Melihatnya yang mendumel tidak karuan membuatku bibirku tersenyum. Bahkan rasanya ingin tertawa melihat ekspresi Gea seperti itu.



*****


Gea POV

"Akhirnya selesai juga," ucapku sembari menyimpan data itu. Tanganku sedikit kurentangkan. Rasanya tanganku ingin copot. Badanku remuk, mataku lelah menatap layar monitor. Jika saja bukan karena pekerjaan yang kubutuhkan, akan kucakar wajah tampannya itu. Dengan berusahan tenang, aku menghirup nafas dan menghembuskannya pelan. Lalu aku berdiri menghampiri bosku yang sibuk dengan laptopnya.

"Pak, ini data-datanya," ucapku sembari mengulurkan data itu. Dia tak mengindahkan suaraku dan masih tetap menatap layar handphone-nya.

"Kamu telat tujuh detik," ucapnya yang masih saja tak menatapku. Bahkan tak menyentuh sedikitpun berkas-berkas yang kuberikan.

"Tapi Pak, hanya tujuh detik saja, apa itu bermasalah?" Tanyaku dengan sedikit kesal.

"Tentu saja, sebagai karyawan apalagi sekretaris saya. Tidak ada yang namanya telat. Harus tepat waktu! Mengerti!" ucapnya dengan nada yang sedikit ditinggikan. Hanya tujuh detik saja menjadi masalah bagiku. Andai aku tahu jika bosku seperti ini, aku tidak mau bekerja di sini. Tapi aku butuh pekerjaan ini untuk membiayai hidupku sendiri.

"Maaf, Pak." Aku mengalah. Aku tidak ingin mencari masalah dengan Pak Bos di depanku ini. Meskipun aku ingin sekali mencabik-cabik wajah tampan dinginnya itu. Tapi aku bisa apa? Aku diam saja dan menerima amarahnya itu.

"Hari ini aku ada meeting jam 10. Tolong siapkan semuanya," ucapnya tanpa melihat ke arahku dan hanya fokus dengan laptop berlogo apple itu. Bahkan dengan wajah datar dan garangnya, dengan posisi fokus seperti itu saja terlihat tampan. Tidak! Dia adalah bos galak. Tampangnya tidak sebagai jaminan dia baik. Tampan-tampan begitu sifat aslinya bagai harimau. Garang sekali.

"Baik, Pak." aku hanya bisa pasrah menghadapinya. Aku tidak mau dipecat. Yang aku butuhkan adalah kerja, kerja, dan kerja. Usaha dan jangan mengeluh apalagi menyerah. Apalagi hanya menghadapi Pak Bosku ini. Aku pasti bisa menghadapinya. Akan kubuat dia seperti kucing. Setidaknya kucing lebih baik daripada harimau yang garang.

'Huft, Semangat Gea Aleesya! Kamu bisa!' batinku kembali menyemangati diriku sendiri. Akupun kembali mengerjakan pekerjaanku dan berusaha untuk sabar. Apapun yang terjadi, aku harus bisa menerimanya. Hidupku sudah cukup susah akhir-akhir ini. Aku harus bisa berjuang demi masa depanku. Pekerjaan ini adalah satu-satunya penghasilanku. Mau tidak mau, apapun resikonya, apapun ujiannya, aku harus bisa bersabar sampai pada tahap di mana aku bisa mengejar apa yang aku impikan.








Bersambung...

Hanya cerita imajinasi yang sudah penuh tertimbun di dalam kepala dan tidak tahu harus mengeluarkannya di mana. Terimakasih untuk kunjungannya. Jangan lupa beri saran☺

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang