Sebuah Rasa

963 48 4
                                    

Author POV

Jam sudah menunjukkan angka tujuh malam. Gea dengad longdress brukat birunya sudah siap. Rambut yang juga sudah dirapikan, meskipun modelnya terlihat acak-acakan

"Sudah siap, semoga tidak mengecewakan," Ujar Gea sembari menatap dirinya di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah siap, semoga tidak mengecewakan," Ujar Gea sembari menatap dirinya di cermin. Dia memutar badannya dan tersenyum menatap cermin.

"Sebaiknya aku ke rumah Pak Gerald saja," Ucap Gea sembari mengambil tasnya.

"Loh..." Gea terkejut saat ia membuka pintunya dan terpampanglah wajah seseorang yang sudah tidak asing baginya.

"Ba-Bapak disini?" Yah itu Gerald. Gea cukup terkejut bosnya sudah ada di depan pintu rumahnya.

"A-Apa Bapak sudah lama menunggu?" tanya Gea lagi.

"Tidak, ayo pergi," Ucap Gerald yang langsung pergi menuju mobilnya. Segera Gea menutup pintunya dan mengikuti Gerald.

****

Geral POV

"Kenapa dia tidak mengangkat teleponku? Dia tidak akan pergi ke rumahku kan? Sebaiknya aku pastikan sendiri," aku turun dari mobil dan menuju pintu rumah kecil.

"Loh..." Ucap Gea melotot menatapku. Akupun menatapnya diam. Dia terluhat cantik. Rambutnya yang dirapikan dengan hanya ada beberapa helai rambut yang tergerai menampilkan leher jenjangnya yang bagus.

"Ba-Bapak disini?" Yah, itu Gea, sekretarisku.

"A-Apa Bapak sudah lama menunggu?" tanya Gea lagi. Aku kembali sadar.

"Tidak, ayo pergi," ucapku sambil melangkah menuju mobil meninggalak Gea yang masih bingung melihatku. Kamipun segera bergegas menuju tempat acara.

*****

Author POV

Gea dan Gerald memasuki sebuah gedung bintang tujuh. Para undangan berkumpul di sana. Ada yang duduk, berdiri, mengobrol dan adapula yang mencicipi hidangan bahkan berdansa.

"Ayo masuk," Bisik gerald di telinga Gea. Dekat sekali, bahkan hembusan nafasnya menerpa kulit leher Gea. Mereka berjalan lebih dalam memasuki pesta itu.

"Wah, Pak Gerald, senang anda bisa hadir di acara kami," Ucap lelaki oaruh baya bersama perempuan yang pasti adalah istrinya.

"Saya juga,"

"Silahkan anda nikmati hidangan kami," Gea dan Gerald tersenyum dan berjalan menuju sebuah meja yang agak kosong.

"Uhm, Pak, saya ambil minuman dulu ya,"

"Hmm..." Gerald hanya berdehem seperti biasanya. Gea pun menuju meja tempat hidangan disajikan. Ia mengambil gelas dan memilih minuman. Sedangkan Gerald duduk sembari menatap Gea dan sekitarnya.

"Bertemu lagi..." Ucap seseorang di belakang Gerald. Gerald menoleh ke arah suara. Lalu ia berdiri mensejajarkan dengan pemilik suara tadi.

"Kau..."

"Santai..."

"Bagaimana bisa kau di sini?!"

"Tentu aku diundang,"

"Apa maumu?!"

"Tidak ada, sepertinya kau menyukainya ya?"

"Siapa?"

"Sekretarismu,"

"Tidak,"

"Hmm, baiklah," ucap orang itu yang kemudian berjalan menghampiri Gea yang sedang mengambil minuman.

"Mau berdansa denganku?" Gea menoleh ke sumber suara.

"Anda?" Ucap Gea sembari mengerutkan keningnya menatao laki-laki di depannya.

"Kau lupa ya? Aku Ace Alexander," Yah, laki-laki itu tak lain adalah Ace.

"Uhm, maaf saya tidak ingat,"

"Tidak apa, mau berdansa denganku?"

"Ah.. Saya tidak bisa berdansa,"

"Biar aku ajarkan,"

"Ta-Tapi saya-"

"Dia akan berdansa denganku," ucap seseorang menyela Gea dan Ace sembari merangkul pinggang ramping Gea. Gea terkejut bukan main melihat perlakuan laki-laki itu.

"Pak Gerald,"

"Ayo Gea," ucapnya sembari menarik Gea untuk berdansa meninggalkan Ace yang tersenyum memperhatikan kedua insan itu.

"Tidak berubah" Ucap Ace yang berlalu pergi.

"Pak, saya tidak bisa berdansa,"

"Makanya saya ajarin, diam dan ikutin alunannya," Ucap Gerald sembari menaruh kedua tangan Gea di Lehernya dan Gerald merangkul pinggang Gea. Gea hanya diam dengan perasaan gang tidak bisa dijelaskan, antara takut dan gugup.

"Ikuti gerakanku," bisik Gerald yang nafasnya kembali menerpa leher Gea. Gea hanya memejamkan matanya, rasanya tidak nyaman, geli. Mereka berdansa perlahan mengikuti alunan musik yang indah.

Kedua mata Gea dan Gerald bertemu satu sama lain. Tatapan yang tidak bisa diartikan antara Bos dan sekretarisnya.

*****

Gea POV

'Tumben sekali Pak Gerald bersikap hangat? Aneh.' batinku menatap bola mata Bosku ini. Entah mengapa aku lebih suka dia dingin padaku daripada seperti ini. Aku jadi gugup dan salah tingkah.

"Hmm... Pak, saya malu,"

"Kenapa harus malu?"

"Ya, karena saya tidak bisa berdansa dan harus berdansa dengan seorang CEO seperti anda,"

"Seharusnya kamu bersyukur bisa berdansa denganku, lihat perrmpuan-perempuan di sana menatap kita iri,"

"Pd sekali" gumanku.

"Kamu bilang apa?"

"Ti-Tidak," Aku mengalihkan pandanganku darinya.

"Cantik,"

"Si-Siapa?"

"Gea Aleesya," ucapnya ringan

BLUSH

Aku pastikan wajahku sudah seperti kepiting rebus. Shit! Apa mau Bosku ini. Pasti dia hanya mengejekku. Pasti kebalikan dari cantik. Aku yakin itu.

Bersambung dulu ...

Terimakasih untuk responnya dan semoga suka. Maafkan typo yang menjadi khas ini.

Yes Bos!  (Proses Revisi+Cerita Masih Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang