Part 11: Jika Kita Berjodoh...

238 15 6
                                    

Sebelum pulang ke Jogja Cakka menyempatkan diri mengajak Shilla hang out. Mereka nonton bioskop dan dinner. Beberapa orang yang mereka temui baik di bioskop maupun di restoran tempat mereka dinner banyak yang melirik ke arah mereka tapi mereka berdua cuek saja. Hingga jam telah menunjukkan pukul 11 malam mereka pulang. Cakka mengantar Shilla ke rumahnya.

"Mampir dulu, Kka?" ucap Shilla basa-basi karena sudah hampir tengah malam bukan waktu yang tepat untuk bertamu.

"Lain kali aja insyaAllah aku mampir. Aku harus ngerebut hati mama kamu dulu. Biar nanti kalau mampir ngobrolnya enak."

"Janji ya? Kamu pasti bisa, Kka. Kita pasti bisa kalau kita berjuang sama-sama. Tapi, Kka... jujur sampai sekarang aku masih ragu sama perasaan kamu ke aku."

Semenjak berbicang dengan bunda Idha dan Mba Ulin di Si Jago Chicken mereka berdua memutuskan untuk memperjuangkan cinta mereka. Mereka dekat kembali walau dengan tetap mempertahankan status sebagai teman. Teman yang saling mencoba mendalami pribadi masing-masing.

Cakka memang mengatakan bahwa ia masih menyayangi dan mencintai Shilla. Shilla bukannya tak mempercayai itu, hanya saja hingga saat ini ia merasa Cakka tak berusaha berjuang sekuat dirinya. Cakka terlalu pasrah pada keadaan. Saat tau Cakka ada di Jakarta kemarin ia sangat berharap Cakka mulai mencoba untuk berjuang, berkunjung ke rumahnya misalnya. Sekalipun mungkin Cakka nanti tak akan disambut baik oleh mama Shilla setidaknya mereka harus menampakkan kedekatan mereka. Dengan harapan mama Shilla bisa melihat bahwa Cakka adalah orang baik dan kemudian hati beliau bisa luluh. Tapi kalau begini ceritanya ya mereka akan bergerak lama.

"Ragu kenapa, Shill?"

"Entahlah, Kka.. mungkin aku terkesan tidak sabaran, tapi aku benar-benar ingin hubungan ini cepat berkembang. Aku ga mau kalau kita gini-gini aja. Aku udah terlalu yakin sama perasaan aku ke kamu."

Shilla menatap Cakka penuh harap. Ia tak sanggup menjalani hubungan se-flat ini dengan Cakka. Ia ingin bisa menyalurkan perasaannya secara bebas. Ia ingin cinta mereka bertumbuh. Kalau hanya begini ia tak bisa merasakan perasaan Cakka padanya. Cakka terlalu tertutup dan terkesan cuek. Ia harus tegas, jika Cakka memutuskan untuk memulai dengannya maka ini benar-benar harus dimulai. Bukannya hanya menjalaninya dengan santai-santai tidak jelas.

"Kka...,"

Shilla mencoba menyadarkan Cakka yang bukannya merespon ucapan Shilla tapi malah melamun.

"Kka, lihat aku!" seru Shilla.

Cakka kaget karena Shilla tiba-tiba memegang tangannya. Ia mencoba menormalkan detak jantungnya. Bagaimanapun kodisinya sekarang ia tetaplah laki-laki biasa yang normal. Ia mencoba untuk tetap bertahan dalam posisi tersebut. Ia takut Shilla tersinggung jika ia berusaha melepaskan tangan Shilla dari tangannya.

"Gimana, Shill?" ucap Cakka linglung..

"Langkah kita selanjutnya, Kka. Kita ga mungkinkan kalau gini-gini terus?"

"Aku pribadi nyaman Shill kayak gini. Kita jalani pelan-pelan. Kita tata lagi hati kita masing-masing."

"Oke, sampai kapan?"

"Sebenarnya aku udah siap untuk lebih dari ini, tapi aku ingin ngasih waktu ke kamu untuk benar-benar ngerasain gimana rasanya ngejalanin hari-hari sama aku. Aku ingin kamu benar-benar meyakinkan hati kamu benar-benar buat aku atau engga..."

"Kka, aku..."

Drrt... drrrt....

Belum selesai Shilla dengan kalimatnya yang akan ia ucap ke Cakka tiba-tiba iPhone-nya bergetar. 'Mama'.... nama penelepon yang tertera.

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang