Part 23: The Nuraga's (1)

322 18 1
                                    

"Bundaaa." Shilla yang sedang menuang kecap ke dalam nasi goreng yang sedang dimasaknya dikagetkan dengan suara anak laki-laki yang berusia 7 tahun itu.

"Azmi sayang, kamu kenapa teriak-teriak, Nak? Ntar kepleset loh turun tangga buru-buru gitu." Tegur Shilla pada anak laki-lakinya yang kini telah duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar Islam Al-Azhar Jogjakarta.

"Ayah tu gelitikan Azmi terus." Ucap anak itu yang berjalan cepat ke arah dapur lalu memeluk kaki Shilla.

Cakka tersenyum melihat tingkah anaknya yang selalu mengadu kepada Shilla setiapkali ia membangunkan anaknya dengan entah itu menggelitiki atau mencium-ciumi seluruh wajah Azmi.

Muhammad Ulul Azmi Nuraga adalah putra pertama Cakka dan Shilla. Setelah penantian selama 2 tahun akhirnya mereka dikaruniai seorang putra yang sangat tampan. Mata belo Azmi merupakan turunan dari Cakka, sedangkan bibir tipisnya adalah turunan dari Shilla. Azmi memiliki hidung yang mancung dan alis yang terlukis sempurna. Selain Azmi, Cakka dan Shilla kini tengah menanti kehadiran buah hati kedua mereka.

"Kan sebentar lagi kita harus ke pondok sayang, kamu ada jadwal ngaji, inget?"

"Tapi aku masih ngantuk, Bun." Ucap Azmi yang kini telah beralih memeluk leher lalu menjatuhkan kepalanya ke pundak Shilla karena posisi Shilla yang berjongkok di depannya.

"Shill, jangan jongkok-jongkok ih, aku ngilu lihatnya. Perut udah segede gitu."

Shilla tersenyum meringis pada Cakka dan berdiri dari jongkoknya perlahan karena memang beban di perutnya yang sudah lumayan. Menurut perhitungan dokter, Shilla akan melahirkan dalam beberapa hari lagi.

"Ayah udah turun, ayo sarapan." Shilla membawa nasi goreng yang telah selesai ia masak ke meja makan.

Azmi manyun sambil duduk di atas kursi meja makan karena terus diperhatikan oleh ayahnya sambil tersenyum. "Ayah, Azmi masih ngantuk lo, Ayah gelitik-gelitikin terus." Kesalnya.

"Udah mau jam 7 sayang. Azmi ngelewatin shalat subuh lo pagi ini. Walau hari ini engga sekolah, bangunnya tetap harus pagi. Hari inikan kamu hapalan sama Bu Nyai ayat-ayat yang udah Ayah ajarin semalam." Ucap Cakka.

"Oh ya, Yah. Azmi lupa." Ucap Azmi nyengir sambil menerima sendok yang diberi oleh bundanya.

"Ayo sayang makan, kita harus jemput Mas Hiro setelah ini."

"Mas Hiro bareng sama kita, Bun?"

"Ya, Sayang." Ucap Shilla sambil mengacak-acak rambut anak gantengnya.

"Yeaay. Ayah, nanti aku mau telepon Mas Hiro dulu ya sebelum mandi biar nanti aku pake baju samaan sama Mas Hiro. Baju yang kita beli di Malioboro Mall kemaren, Yah." Ucap Azmi tersenyum senang dengan memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang rapi. Cakka mengangguk sambil tersenyum pada anaknya.

*****

Azmi dan Hiro sekolah di tempat yang sama. Azmi di tingkat dasar sedangkan Hiro di tingkat menengah. Setiap hari Minggu Cakka dan Mas Elang selalu memboyong keluarganya ke Pondok Rofa untuk mengikuti pengajian. Para orangtua mengikuti kajian Gus Fuad sedangkan anak-anak mereka belajar al-Qur'an kepada Bu Nyai.

Sejak kecil, Cakka sudah mencoba mengakrabkan Azmi dengan alat-alat musik. Sayangnya, tidak seperti Hiro yang sangat antusias dengan alat-alat musik terutama gitar, Azmi tidak menunjukkan ketertarikan yang begitu kentara. Ia memang gampang bisa saat diajari Cakka, tapi dia tidak terlalu antusias. Satu-satunya alat musik yang sudah lumayan jago dan sering ia mainkan sendiri adalah piano.

Dibanding menekuni dunia permusikan seperti ayah dan ibunya, Azmi lebih senang menghabiskan waktunya untuk menghafal al-Qur'an. Ia selalu mendengar murattal melalui speaker tahfidz yang dibeli oleh ayah dan bundanya sebagai hadiah ulangtahunnya yang ke empat. Ia juga sangat senang membaca buku dan memecahkan soal-soal hitungan.

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang