Part 18: Restu Mama

263 17 1
                                    

Setelah kondisinya fit Shilla diperbolehkan dokter untuk pulang. Heisel masih setia mengantar Shilla karena kedua orangtua Shilla harus ke luar negeri beberapa hari karena urusan perusahaan.

Setelah dua minggu Shilla keluar dari rumah sakit dan orangtuanya sudah pulang dari luar negeri, Shilla dan Heisel berbicara dengan orangtua mereka. Berbeda dengan orangtua Heisel yang bisa menerima keputusan anaknya dan Shilla. Mama Shilla menentang keputusan mereka. Bahkan hingga beberapa hari mama Shilla tak mau berbicara dengan Shilla.

Shilla yang putus asa dengan tingkah mamanya membiarkan saja. Ia pulang ke Jogja dalam keadaan masih belum berdamai dengan mamanya. Mama Shilla bahkan tak memasak makanan seperti biasa saat Shilla akan pulang ke Jogja atau kemanapun ia pergi jika ke luar kota.

*****

Setelah sampai di Jogja Shilla mencoba menghubungi Cakka. Cakka bahkan tak menghubunginya lagi semenjak ia jatuh pingsan beberapa minggu yang lalu. Setelah berhasil, mereka janjian bertemu di Si Jago Chicken, sekalian Shilla ingin melepas kangen dengan dek Hiro, Mba Ulin, dan disana juga sedang ada bunda Idha.

"Shill, kamu terakhir nelpon aku kenapa terputus? Aku telpon balik waktu itu juga ga diangkat-angkat." Cakka mencoba membuka obrolan dengan Shilla, agak canggung karena kesan terakhir mereka bertemu.

"Kamu parah sih, Kka. Ga berusaha cari tau kenapa aku kaya gitu. Aku pingsan tau!"

"Hah? Yo poh?"

"Yaa. Orang aku di opname beberapa hari."

"Ya ampun, aku kira kamu baik-baik aja. Sorry ya, Shill.." ucap Cakka sambil menyeruput greentea-nya.

"Ya ga apa-apa. Ga ada yang bisa kamu lakuin juga sih kalau kamu tau."

Yap, Shilla benar. Kalaupun Cakka tau Shilla pingsan malam itu, Cakka juga tak bisa melakukan apapun.

Sedang asik mengobrol berdua tiba-tiba bunda Idha menghampiri mereka sambil menggendong Hiro. Hiro beralih ke pangkuan Cakka. Hiro sangat dekat dengan Cakka. Bahkan di rumah jika ada Cakka maka ia akan lebih senang bermain dengan Cakka daripada ayah atau ibunya. Hiro sudah menginjak usia 4 tahun. Ia sudah mulai menunjukkan ketertarikannya pada musik. Hiro sering menghabiskan waktunya bersama Cakka di studio sederhana di rumahnya.

"Kapan nih Nak Shilla hari H-nya? Pasti kamu cantik banget nanti dengan balutan dress pengantinnya." Ucap bunda. Shilla hanya tersenyum menanggapi pertanyaan bunda.

"Gatau deh, Bun,"

"Loh, gatau gimana? Katanya kemaren udah mau netapin tanggal nikahnya."

"Gajadi, Bun.."

Cakka yang semula asik memperhatikan ponselnya bersama Hiro dipangkuannya mendongak mendengar ucapan Shilla.

"Kenapa, Nak?" tanya bunda.

"Heisel nyerah, Bun.."

"Nyerah gimana, Shill?" Sela Cakka.

"Dia paham kalau ada sesuatu yang ga bisa dipaksakan. Intinya ga jodoh sih."

"Terus mama papa gimana?"

"Papa santai sih, tapi mama sampe sekarang masih marah, udah ga ngobrol sama mama dari seminggu yang lalu."

"Astaghfirullah.. Ga boleh gitu, Shill. Apalagi sama mama sendiri."

"Ya mau gimana lagi, Kka. Aku juga bingung. Udah berkali-kali aku minta maaf tapi mama cuma diem aja. Akhirnya aku ke Jogja atas izin papa aja. Tapi aku selalu berdoa semoga mama ga berlarut-larut marahnya. Mama emang gitu sih kalau kemauannya ga diikutin."

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang