Tiga bulan sudah Cakka dan Shilla menjalani hidup sebagai suami istri. Mama Shilla meminta mereka untuk tinggal sementara di rumah Shilla saja. Mama Shilla mengusulkan agar apartemen yang baru dibeli oleh Cakka dijadikan investasi saja untuk kemudian jika mereka sudah memiliki anak bisa menjadi tambahan untuk membeli rumah. Cakka dan Shilla-pun sudah ancang-ancang mulai melihat-lihat lingkungan strategis untuk mereka tinggali.
"Kka..", Shilla menggoyangkan lengan Cakka untuk membangunkannya.
"Kka, katanya minta dibangunin, mau tahajud. Hey..." Shilla sebenarnya tak tega membangunkan Cakka karena ia baru tidur 2 jam yang lalu, tapi Cakka meminta untuk membangunkannya tepat pukul 3.30 jika Shilla terbangun. Dan Shilla terbangun karena memang ia akhir-akhir ini terbiasa bangun sangat pagi karena mengikuti pola tidur Cakka yang sering bangun atau minta dibangunkan dinihari untuk shalat malam.
"Jam berapa sekarang, Shill?" tanya Cakka sambil mengucek matanya.
"Jam 3.30." Cakka lalu bangkit dari kasurnya walau matanya masih terlihat sangat mengantuk.
Shilla membentangkan sajadah dan meletakkan sarung serta kopiah Cakka. Setelah itu ia berniat untuk turun ke dapur. Dibanding tidur lagi ia lebih baik memasak untuk sarapan pagi mereka.
"Loh, mau kemana? Kamu udah shalat?"
"Tamunya dateng lagi, Kka." Ucap Shilla lesu.
"Mmm. Ya udah sabar dulu. Semoga bulan depan telat dan kita dikasih titipan buah hati sesegera mungkin. Sudah sana ke dapur. Setelah subuh nanti kita olahraga ya, biar sehat." Cakka melempar senyum terbaiknya pada Shilla. Ia mencoba menghibur Shilla. Ia sendiripun sedih karena sampai sekarang belum ada tanda-tanda mereka akan memiliki anak. Padahal ia dan Shilla sudah tak sabar ingin menggendong buah hati mereka.
Selesai shalat subuh Cakka menemui Shilla yang ternyata sudah lebih dulu masuk ke ruang olahraga. Setelah pindah ke rumah Shilla, Cakka meminta izin kepada orangtua Shilla untuk mengalihfungsikan beberapa ruangan yang ada di rumah itu. Salah satunya adalah menjadikan kamar yang tak terpakai di lantai dua sebagai ruang olah raga. Ia membeli peralatan olahraga dan meletakkannya disana sehingga kalau sedang tidak memungkinkan mereka olahraga outdoor mereka masih bisa olahraga di rumah.
"Kamu seneng banget kayaknya denger lagu aku yang itu." Di sela-sela istirahat mereka yang kelelahan berolahraga mereka duduk santai sambil selonjoran. Cakka memutar lagu Me&You milik Shilla dari iPhone-nya. Dia senang sekali mendengar lagu itu.
"Aku ngerasa GR (gede rasa) aja kalau denger lagu ini. Ngerasa kalau lagu ini sengaja banget diciptain oleh penyanyinya buat aku. Hee."
"Ih, GR!" muka Shilla memerah. Bukan apa, tapi lagu tersebut memang ungkapan hatinya saat dulu ia terpaksa berpisah dengan Cakka.
"Itu mah udah lama banget. Aku terlalu bucin sih waktu itu. Jelas-jelas kita pisah karena kamu ngelirik yang lain, tapi aku malah berusaha menepis bahwa kita pisah karena memang belum saatnya untuk kita pacar-pacaran ga jelas gitu."
"Tapi lagu ini benarkan buat aku?"
"Yaa, Cakkaa.." dan mereka tertawa bersama. Baik Cakka maupun Shilla tak pernah membayangkan saat mereka saling menjauh dulu bahwa mereka akan menghabiskan setiap pagi mereka dengan bercanda sehabis olahraga seperti ini.
Cakka mengamati tawa Shilla lamat-lamat, amat menyenangkan. Matanya berbinar-binar dengan memperlihatkan deretan rapi barisan gigi putihnya.
"Shill.." panggil Cakka, serius.
"Ya?" tawa Shilla terhenti mengamati wajah serius Cakka. Entah mengapa tatapan intens Cakka membuat jantung Shilla berdegup lebih cepat dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)
FanfictionMengisahkan dua anak manusia yang pernah 'dekat' saat usia remaja, lalu berpisah, hingga kemudian bertemu kembali saat keduanya telah dewasa. Banyak perubahan yang mereka temukan dalam diri masing-masing. Tekad ingin bersatu kembali dari salah satu...