Part 4: Kopi Gayo dan Om Gubrack

364 17 0
                                    

Pagi yang cerah setelah insiden misteriusnya Cakka tadi malam mereka sarapan bersama, ya, ada ayah juga. Pagi itu ada yang sedikit berbeda dari Cakka, wajahnya terlihat pucat.

"Dek, kamu kok pucet? Belum tidur?" tanya Mas Elang.

"Tidur kok, Mas. Nyampe rumah bersih-bersih aku langsung tidur, tapi emang ngerasa agak kurang fit."

"Kecapean kamu itu. Sudah, kamu istirahat aja hari ini, ga usah kemana-mana." Sahut Om Gubrack.

"Setelah nganter ayah aku istirahat." Respon Cakka.

"Udah, biar aku aja yang nganter ayah sekalian ke Jago." Tawar Mas Elang.

"Ya udah." Cakka manggut saja karena memang dia merasa suhu tubuhnya sangat tidak bersahabat hari ini, panas-dingin.

Mas Elang kemudian berdiri dari duduknya, mengambil tas dan kunci mobil, saat itu jam menunjukkan pukul 8 pagi.

"Yuk, Yah... Ayah mau langsung ke rumah apa mampir ke Jago dulu?"

"Ayah langsung pulang aja, kangen sama si ODES dan rakyat-rakyatnya. Kamu aman kan, Kka? Apa Ayah disini aja nemenin kamu?"

"Aku ga apa-apa kok Yah, butuh tidur aja ini paling, kurang tidur banget emang akhir-akhir ini."

"Ya sudah, Ayah pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa cepat kabari Ayah."

"Siap, Yah."

Setelah ayahnya dan Mas Elang pergi Cakka masih berusaha menghabiskan sarapannya. Entah mengapa nasi goreng buatan kakak iparnya yang biasanya sangat lezat itu pagi ini terasa begitu pahit di lidahnya. Dengan tetap terus berusaha memaksakan menghabiskan nasi gorengnya ia tiba-tiba dikagetkan oleh Mba Ulin yang menepuk pundaknya.

"Kka...!" kaget Mba Ulin.

"Ya Allah, Mba. Aku kageeet. Jantungku..."Cakka memegang dadanya, jantungnya memompa cukup kencang karena dikagetin Mba Ulin.

"Piye toh Dek, ngelamun aeee, apa nasi goreng Mba udah ga enak lagi sampe cuma dipandangi... hmm?",

"Yo ndaklah, Mba. Nasi goreng Mba Ulin mah best of the best. Aku ngerasa ga enak badan aja, Mba. Pahit. Tenggorokanku juga sakit."

"Laah.., mau demam itu. Minum Imboost aja di kotak P3K di kamarmu ada."

Cakka diam, ngelamun lagi..

"Mikirin apa sih, Kka? Yang tadi malem? Hm?",

"Aku jadi ga enak sama ayah, sama Mas El, sama teman-teman juga, aku ngerasa bersalah, Mba."

"Ya udahlah, mereka juga udah ga mempermasalahkan lagi toh. Tadi malem mereka heran aja kok yo kamu tiba-tiba ngilang gitu, ga pernah-pernahnya main ngilang-ngilang aja. Misterius banget lagi pake masker sama topi."

"Maafin aku ya, Mba. Sampe sekarangpun aku ga paham kenapa aku bisa kayak gitu."

"Ndak apa-apa. Kamu ketemu Shilla ya tadi malem? Dia datangkan?"

Cakka diam sejenak, menimbang, akan mengatakan yang sebenarnya pada kakak iparnya itu atau tidak. Tapi kemudian,

"Ya, Mba. Aku pergi itu untuk nemuin Shilla, dia datang ke konser, aku yang undang."

"Dia kuliah disini ya?"

"Ya, Mba. Dia lanjut kuliah di UGM."

"Sudah Mba tebak. Jarang-jarang kalau ayah yang nanya kamu diem, ga jawab."

"Menurut Mba aku salah ga?"

"Mba ga terlalu tau ya apa yang terjadi antara kalian di masa lalu, tapi kesimpulan Mba dari apa yang disampaikan Mas El, yaa, sikapmu semalam salah atau engga yang jelas kalau kamu jujur tadi malem ayah akan marah. Tapi ya sudah, jangan terlalu dipikirin, gimanapun kalian sekarang, menurut Mba mending bawa Shilla ketemu ayah. Selesaikan yang dulu, biar hubungannya bisa jadi baik. Bertemankan ga ada salahnya."

Karena Kisahmu Tertulis Denganku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang