Jangan lupa komen ya ^^••••••
Taerin menghela nafas frustrasi setelah menunggu lebih dari satu jam di bawah pohon jambu dekat jalan tempat insiden terjadi. Chenle yang juga bosan menunggu kedatangan Renjun pun mulai mengatakan hal-hal aneh.
"Boleh juga nih pohon jambu gue adopsi," gumam Chenle sambil menggosok-gosok kulit pohon jambu. Taerin mendongak ngeri menatap Chenle.
"Lu ini beneran gangguan jiwa kayaknya, ah lu ini penipu yang buang-buang waktu gue!" teriak Taerin.
"Apa? Penipu?!" teriak Chenle.
"Chenle!" seru seseorang yang baru keluar dari mobil sport mahal.
"Renjun gege!" teriak Chenle.
***
"Lamborghini ini asli dan bersertifikat, harganya hampir menyaingi harga mobil aslinya," ucap Renjun menjelaskan pada polisi dan Taerin. Chenle tertawa puas.
"Yang bener aja!" teriak Taerin tidak percaya.
"Kaget kan lu!" teriak Chenle mulai menyunggingkan senyum kemenangan.
"Bagaimana nona, anda belum percaya?" tanya Sang polisi.
"Baik saya percaya, tapi saya tidak mau tanggung jawab. Ini mutlak salah dia!" Taerin menunjuk Chenle dengan gemetar, Renjun mengernyit lalu menatap Chenle cepat.
"Eh enak banget! Nggak!" elak Chenle cepat.
"Eh! Emang lu salah! Main jadiin jalan raya arena balapan. Tanpa berpikir resiko diinjaknya tinggi. Kalau bukan gue yang lindes pasti bakal ada orang lain yang lindes, apa yang lu lakuin itu melanggar aturan," kata Taerin sok bijak.
"Memang sepertinya kedua belah pihak salah, sebaiknya kalian selesaikan secara baik-baik saja. Jangan bawa masalah ini ke pengadilan, ini bisa menjadi lelucon dan ditertawakan oleh hakim," ucap Sang polisi tersenyum geli.
"APA? HAKIM MANA YANG BERANI MENERTAWAKAN ZHONG CHENLE! TIDAK BISA! MASALAH INI HARUS DITUNTASKAN!" teriak Chenle dengan nada lumba-lumba. Renjun, Taerin dan Sang polisi pun refleks menutup telinga mereka.
"Aduh, baik-baik. Saudari Seo Taerin tunjukkan kartu identitas anda." Sang polisi menatap Taerin tegas, Taerin terkejut namun segera menyerahkan KTPnya.
"19 tahun? Anda masih di bawah umur?" tanya Sang Polisi terkejut.
"Udah tangkep aja Pak, dih pake ngurusin umurnya," sahut Chenle.
"Anda perlu wali, tulis nama orangtua anda dan nomer telponnya," ucap Sang polisi.
"Saya tidak punya orang tua," ujar Taerin cepat yang langsung membuat Renjun menatapnya.
"Hm wali? Keluarga atau kerabat, tulis. Atau anda tinggal di panti asuhan?" tanya Sang polisi lebih lanjut.
"Saya tidak punya semua, saya tinggal sebatang kara di dunia ini. Orang tua saya meninggal di usia saya yang ke-15 tahun. Saya belum dewasa secara hukum namun saya individu mandiri dalam kehidupan sosial, saya bisa mempertanggung jawabkan diri saya sendiri, saya bukan pelajar, saya sudah bekerja jadi saya diperbolehkan hanya menulis nama saya saja." Taerin menjelaskan semuanya--ada kesedihan dalam ucapan dewasanya, Renjun sangat terkejut. Dia menghela nafas panjang lalu menatap iba kepada Taerin tanpa sadar.
"Baiklah tulis nama anda dan ...."
Bruakkk ....
Taerin tiba-tiba pingsan, Renjun yang panik langsung mengangkatnya mati-matian. Dia tidak peduli dengan berat tubuh Taerin yang ditaksir mendekati beratnya. Chenle melotot tidak percaya menatap lelaki mungil itu panik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Layar Cinta - Zhong Chenle
FanfictionHidupku menjadi semakin bobrok sejak bertemu oknum sialan ini! Zhong Chenle, Chonlo? Woy sini lu gue colong -_-. Cover by: @urcuby