11. Can Not

723 109 55
                                    

Maaf y baru update... 
Makasih banyak buat yang masih setia menunggu ^^







------


Chenle memutuskan panggilan setelah  untuk beberapa saat menjawab telpon itu dengan tiga kata "iya". Dia menggenggam ponselnya erat, kemudian menghela nafas panjang. Menimbulkan rasa cemas Taerin dan tatapan khawatir Renjun nampak semakin jelas.

"Itu beneran Mama lu yang nelpon?" tanya Taerin hati-hati. Chenle hanya mengangguk singkat tanpa memandang Taerin.

"Gue harus pergi sekarang." Chenle menununduk seraya bangkit dari posisi duduknya.

"Chenle  ...."

Chenle tak merespon, dia buru-buru melangkah pergi. Renjun yang kebingungan antara harus menenangkan Taerin atau mengejar Chenle akhirnya buru-buru pergi mengejar Chenle begitu melihat tatapan kosong Taerin.

***

"Siapa?" tanya Mark super penasaran.

"Mamanya Chenle," jawab Orchid enteng.

"Ha? Kenapa? Bukannya lagi sibuk di Estonia?"

"Nggak tahu juga, suaranya nggak jelas kayak radio."

"Ya udah telpon balik, siapa tahu penting kan?" Mark menggaruk kepalanya lalu melirik ponselnya yang mendadak sudah banyak email masuk.

"Mereka ini nyebelin, udah dibilang kirim ke kantor dalam bentuk file kertas malah ngirim email mulu," gumam Si gaptek Mark sambil keluar dari kamar Orchid.

"Hm memang dasar Si gaptek itu,  gimana bisa dia jadi saudara gue, apa benar dia gaptek? Bukan pura-pura kan?" tanya Orchid seraya mengunci pintu.

"Males banget nelpon balik," gumam Orchid seraya melempar ponsel ke kasur.

"Kangen Jeno  ...."

"Tapi kok mendadak malu ya mau ketemu dia."

***

Taerin mengusap kepala Cherin sedih, sambil bertanya-tanya dalam batinnya tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi sekarang.

"Maaf ya, kamu terpaksa harus tinggal di sini lebih lama, aku nggak bisa bawa kamu pulang. Nanti kalau Chenle datang, langsung aku suruh dia jemput kamu," ucap Taerin lembut. Cherin mengerjapkan mata sambil menggerakkan ekornya lemah.

Drrttt  ... drrrttt  ... drrttt  ....

Taerin mengambil ponselnya pelan-pelan.

Jeno
Jangan lupa minum obatmu.


Sudah tertebak, itu pesan dari Jeno.
Taerin hanya mengangguk lesu, kemudian memasukkan ponselnya tanpa membalas.

***

Empat hari telah terlewati begitu saja, tapi kabar tentang Chenle tak kunjung menghampiri Taerin. Membuat Taerin mengalami perasaan sedih yang mendalam. Bisa dibilang kini dia sudah ketergantungan dengan kehadiran Chenle, tanpa Chenle dunia Taerin rasanya retak dan diisi kehampaan seperti beberapa tahun lalu.

Dia ingin menghubungi Chenle, tapi dia bahkan tak punya nomer telponnya. Dia ingin ke rumah Chenle, namun juga terlalu takut untuk menghadapi situasi yang dia bayangkan.

"Kita akhiri pelajaran hari ini lebih cepat ya, Jaem," gumam Taerin sambil kembali tersadar dari lamunannya.

"Ada masalah? Kenapa dua hari ini kita belajar nggak maksimal?" tanya Jaemin berusaha menelisik rekam kesedihan tersembunyi Taerin.

Layar Cinta - Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang