Renjun sedang bersantai di tepi kolam renang keluarga Zhong sambil menikmati segelas Lemonade dan biskuit rumahan buatannya sendiri. Percaya atau tidak selain cerdas, rupawan, kaya dan bersuara emas Renjun juga sangat pandai memasak dan melakukan pekerjaan rumah.
Dia adalah seorang pria muda sempurna yang tak disadari banyak orang. Dia selalu berusaha untuk tidak menonjol saat di luar rumahnya bagaikan mutiara berharga tertutup lumpur. Dia selalu bertindak hati-hati dan berpikiran matang di depan orang asing, dia sering bangga pada dirinya dan tindakannya. Namun hari ini dia merasa untuk pertama kalinya telah gagal mempertahankan image yang telah dia bangun sepanjang hidupnya.
Selepas kembali dari tempat Taerin dia terus merasa bersalah, terlebih ketika dia mengingat tatapan Taerin padanya tadi. Renjun merasa dia telah bertindak keterlaluan dan menyebalkan layaknya di rumah. Dia merasa semua sifatnya yang seperti biasa benar-benar telah lenyap tadi.
"Arghh! Udahlah ini demi kebaikan Chenle!" teriak Renjun akhirnya ketika terus menerus berpikir.
Dia mencoba mempertahankan keputusannya untuk melarang Chenle dan Taerin bersama. Dia tahu itu jahat, namun dia benar-benar khawatir Nyonya Zhong akan memperlakukan Taerin sangat buruk jika mengetahui hal ini sebelum segalanya mampu diselesaikan Renjun.
Drrrrtt ... drrt ... drrrttt ....
"Siapa coba!" seru Renjun kesal sambil meraih ponselnya yang terus bergetar.
"Ehm. Hai," sapa Renjun malas setelah mengganti posisi duduknya dan menggeser layarnya cepat--guna menerima panggilan itu.
"Lu nggak kuliah ya?" tanya suara di seberang sana.
"Nggak, gue lagi di Korea, ada apa lu nelpon jam segini? Tumbenan. Jangan bilang baru putus cinta," nyinyir Renjun sambil mondar-mandir.
"Oh di Korea," gumam suara di seberang sana tenang.
"Ada apa coba? Kayaknya penting. Ngomong cepetan Mark, gue harus jemput Chenle bentar lagi," ucap Renjun.
"Besok perusahaan kita rapat, lu udah lihat email kan? Lu harus siap-siap, sore ini lu udah harus terbang buat nyiapin segalanya di China," ujar Mark.
"Oh gue belum lihat, tapi ya santai aja lah, gue udah biasa kali pulang pergi Korea-China."
"Oh, gitu?" tanya Mark.
"Ya lah, hm lu nih nelpon gue selalu cuma karena urusan kerja gituan," ucap Renjun.
"Lah emang lu mau gue telpon pas lagi galau?" tanya Mark.
"Dih ya ogah, lagian lu galau apaan? Jomblo karatan gitu sok-sok galau," ujar Renjun.
"Dih Salak condet, lu kek yang banyak pacar ae!" teriak Mark.
"Oh serah kingkong kebon, gue mau jemput Chenle," ujar Renjun sambil mematikan telpon sepihak lalu mengecek emailnya cepat.
"Meeting para pemegang saham?" tanya Renjun terkejut.
"Dih sial, papa pasti bakal ngamuk kalau gue nggak terbang sore ini. Duh sabar Renjun, lu udah cukup dapet banyak kebebasan selama ini. Sehari ngurusin perusahaan gak masalah," ujar Renjun sambil bersiap ganti baju dan menjemput Chenle.
•
•Renjun melajukan mobilnya cepat di jalanan pusat kota Seoul. Dia senang setidaknya rumah Chenle dan SMA Daebi jaraknya tak sejauh tempat kerja Taerin yang berposisi di pinggir kota.
Dia sudah sangat terlambat menjemput Chenle, jika jaraknya sangat jauh mungkin Chenle akan berubah menjadi monster yamaha motogp begitu Renjun sampai disana. Oh ya jangan tanya apa itu monster yamaha motogp, author hanya asal tekan keyboard jadi ya tolong dimaklumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Layar Cinta - Zhong Chenle
Fiksi PenggemarHidupku menjadi semakin bobrok sejak bertemu oknum sialan ini! Zhong Chenle, Chonlo? Woy sini lu gue colong -_-. Cover by: @urcuby