8. "Tolong, jangan kembali"

175 19 2
                                    

"Pada bicarain apaan sih, serius banget kayaknya."

Suara itu berasal dari Nana yang baru saja selesai dengan aktivitas mandi malamnya yang katanya menyegarkan itu. Gadis itu tampak sibuk mengeringkan rambut sembari berjalan kearah kedua sahabatnya yang duduk di karpet kamar Shiya.

"Buku hijau ini... bukannya udah lo buang?"

Tatapan Nana beralih pada buku diary hijau yang saat ini berada di tangan Yilmaz. Seingatnya, dulu Shiya mengatakan akan membuangnya:

"Gak jadi, gue simpen."

Nana mengernyit heran, "Buat apa Ya? Lo kan udah ada Jaemy sekarang. Gak penting banget lo nyimpen beginian!" entah bagaimana, tapi nada bicara Nana berubah jadi tak suka dengan tangannya yang mengambil buku tersebut secara paksa dari Yilmaz.

"Na, itu haknya Shiya dong mau nyimpen diary itu atau enggak. Kok lo marah sih?"

"Ck, Yilmaz... Yilmaz... lo lupa, gimana dulu Shiya yang bucinnya tingkat dewa sampe gak bisa jatuh cinta bahkan suka sama orang lain? Karena siapa?"

Shiya menghela nafas kasar. Ia tau, jika membahas hal ini, Nana dan Yilmaz akan terbagi dalam dua kubu.

"Setiap orang berhak buat nyimpen kenangannya, Na. Termasuk Shiya."

"Jeno itu bukan kenangan bagi Shiya. Dia beban."

"Na, Maz, udah dong, kok malah ribut sih? Katanya nginep mau nemenin gue malem ini."

Melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, Nana kembali mengeringkan rambutnya dengan handuk dan berjalan kearah balkon kamar.

"Anggep aja kisah lo sama Jeno itu cuma cerita ala-ala anak SD, Ya." ujar Nana tanpa melihat pada kedua sahabatnya

Shiya tersenyum kearah Yilmaz sebelum akhirnya beranjak mengikuti Nana ke balkon, "Iya, gue tau kok. Lo tenang aja, Jeno udah gak sepenting itu bagi gue."

"Gue cuma gak mau lo kembali kayak dulu lagi, lo ngerti kan maksud ge, Ya?"

"Iya Na, gue ngerti. Gak usah pake acara berantem dong kalian berdua."

Yilmaz terkekeh di tempatnya. Ia tak menyangka, bisa-bisanya Shiya berbohong sebaik itu, "Jaemy beneran sepenting itu bagi lo sekarang? Sampe-sampe, lo nganggep kalo Jeno udah gak penting lagi?"

Terlihat jelas, Nana tak suka dengan pertanyaan Yilmaz pada Shiya.

"Hm. He's my boyfriend"

"Bukan berarti lo ngelupain Jeno gitu aja kan, Ya?" batin Yilmaz.

Malam itu, mereka tidur dengan sangat larut karena percakapan mereka yang ternyata berakhir cukup panjang.
~•~




SMA Dreamzen Heaven Military.

"Si Jeno lama bener, kita jadi latian sekarang gak nih?"

"Bentar, dia masih ke toilet, kebelet pipis katanya tadi pas di kantin."

"Ah elah itu bocah kebelet mulu perasaan.."

"Yakan bawaan alam, cuy."

Percakapan tersebut berasal dari Mario, Reyhan, dan Lucio. Mereka merupakan basis, vokalis, dan drummer dari Dremzen Band. Kelompok musik yang sangat terkenal di kalangan para siswa SMA Dreamzen Heaven Military, lantaran tak hanya kemahiran mereka dalam bermusik, keempatnya juga memiliki wajah yang rupawan. Dan Jeno, adalah gitaris dari grup band mereka.

Reyhan Juniawan merupakan teman seangkatan Jeno yang juga duduk di bangku kelas 12 IPS. Berbeda dengan Widiananta bersaudara, Mario dan Lucio, kedua saudara kembar ini merupakan teman seangkatan Jeno dan Reynard, lintas kelas, yakni 12 IPA. Meski kembar, Mario dan Lucio punya perbadaan yang cukup mencolok terlebih pada tinggi badan keduanya.

DIPELUK WAKTU // NCT x (G)IDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang