23. Reunion (IV)

93 15 1
                                    

05.00 (Inggris Raya)
-27 Mei 2018-

Shiya bangun lebih awal dibandingkan kedua temannya. Ponselnya adalah hal yang pertama kali ia cari begitu bangun. Ia menekan menu panggilan dan mencari nomor hp Jaemy. Shiya tau, saat ini di Surabaya masih pukul 10 malam, tapi ia tidak bisa terus menjalani hari dengan perasaan bersalah. Mencoba menghubungi Jaemy adalah jalan keluar untuk menenangkan hatinya.

Tak sampai 10 detik, panggilan langsung di angkat oleh Jaemy.

"Halo?"

"Jaem?"

Hening. Tak ada sahutan dari Jaemy setelah itu. Batin Shiya menerka kemungkinan terburuk, tentang apa yang mungkin Jaemy pikirkan dalam diam nya di seberang telepon.

"Jaemy?"

"Ya? Shiya?"

"Jaemy..."

Shiya bingung harus bicara apa. Nama Jaemy adalah kata yang terus keluar dari bibirnya.

"Shiya, selamat pagi.."

"Selamat pagi?"

"Iya, kan di London udah pagi."

"O-oh i-iya."

Hening sejenak. Dari seberang, Jaemy bisa merasakan dengan jelas Shiya tengah gelisah. Entah karena dirinya atau hal lain, tapi yang pasti, Jaemy yakin Shiya sedang dalam keraguan yang kuat.

"Kamu udah mandi belom?"

"Aku baru bangun."

"Jorok banget ih, gosok gigi, cuci muka dulu lah neng.."

"Ck, kayak kamu rajin mandi aja."

Mereka tertawa ringan, dengan kegelisahan hati masing-masing, Shiya dan Jaemy berusaha membuat semuanya seolah masih terasa baik-baik saja.

"Hari ini run down nya ngapain aja?"

"Sejauh yang aku tau, hari ini free time. Kita bebas mau kemana selama dalam lingkup kota London."

"Oh, having fun, sayang.."

Ada keraguan dalam kata terakhir yang Jaemy ucapkan. Jelas sekali.

"Bye, Jaem."

"Bye, Shiya, love you."

"Hm, love you too."

Dengan melanjutkan sedikit basa-basi, panggilan keduanya berakhir dengan ungkapan sayang yang cukup terasa berbeda dari ungkapan sayang mereka sebelumnya.

Melihat Nana dan Yilmaz belum terusik dari tidurnya, Shiya beranjak untuk mandi lebih dulu. Ia segera menuju wastafel untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Melihat pantulan dirinya di cermin, Shiya mengutuk dirinya sendiri yang justru terus terbayang dengan kebersamaan dan senyuman seorang Jevino Danadyaksa. Berulang kali ia mencoba menepisnya, hati kecilnya seolah terus memberontak.

Setelah selesai dengan rutinitas mandi paginya, Shiya yang sudah rapi dengan pakaiannya mengambil buku diary hijau dari koper miliknya dan dengan cepat melangkah keluar kamar. Masih pukul 05.45 pagi, maklum saja jika suasana koridor hotel masih sepi.

Gadis itu melangkah pasti menuju tong sampang besar di dekat elevator lantai kamarnya. Dengan sedikit keraguan, ia membuang diary hijau yang kurang lebih 4 tahun belakangan menemani keluh kesahnya. Ia memejamkan matanya sebentar, mencoba menenangkan dirinya dan menarik nafas cukup panjang. Langkahnya pun menuntunnya untuk segera kembali ke kamarnya dan menunggu kedua sahabatnya bangun untuk sarapan nanti.
~•~


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIPELUK WAKTU // NCT x (G)IDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang