5. Sebuah Cerita Tentang Alasan

200 23 0
                                    

Di dalam sebuah kamar dengan desain klasik minimalis, tepatnya di sudut meja belajar, seorang pemuda tengah duduk terdiam menatapi sebingkai foto. Sesekali ia tersenyum dan menghela nafas berat. Jelas sekali, pemuda tersebut sedang menahan tangis.

Dalam foto yang tengah dipandanginya itu, terdapat dua sosok anak muda. Latar malam membuat foto tersebut tampak gelap namun cukup untuk melihat wajah kedua sosok dalam foto tersebut. Sepasang remaja laki-laki dan perempuan dalam foto itu tampak tersenyum kearah kamera dengan aura malu-malu yang tercetak jelas dalam senyum keduanya. Di sudut foto, penulisan tanggal 20 Mei 2015 memperjelas bahwa foto tersebut diambil tepat 2 tahun yang lalu pada hari ini. Mengingat itu, air matanya menetes secara spontan.

"Kak, makan siang yuk."

Pemuda tersebut menolek seketika mendengar suara sang adik, "Hm, duluan aja, nanti kakak nyusul ke bawah."

Jeno. Pemuda didalam kamar tersebut adalah Jeno. Orang yang seminggu lalu ditabrak secara tak sengaja oleh Jaemy didepan ruang teater SMA Culture Tech.

Ia segera meletakkan bingkai foto kembali pada sudut meja belajarnya dan beranjak menuju cermin dikamarnya memastikan bahwa dirinya tak terlihat baru saja menangis. Sesaat setelah memastikan hal tersebut, ia segera turun menuju ruang makan.
~•~


Suasana ricuh sedang terjadi di kamar Haris saat ini. Pasalnya, setiap minggu pagi, Yarez dan Jaemy secara rutin mengunjungi rumahnya hanya untuk bermain PS bersama. Well, mungkin itu hanya alibi kedua temannya. Karena pada faktanya, Yarez dan Jaemy akan berada disana hingga menjelang malam. Mereka akan memesan makanan secara online, merecoki kamar Haris, membongkar aib si pemilik rumah, ataupun bermain permainan yang akan membuat kamar seorang Harisson Bagaskara nampak seperti kapal pecah. Dan hal tersebut, akan terulang setiap minggunya. Seperti saat ini.

"Ris Ris ini punya Yilmaz?"

Mendengar nama kekasihnya, Haris yang fokus pada stik PSnya spontan menoleh.

"Apaan njir?"

"Ini punya Yilmaz atau punya lo?"

Merasa penasaran, Jaemy turut menoleh melihat apa yang sedang Yarez tunjukkan pada Haris. Seketika saja tawanya pecah begitu melihat benda apa yang tengah Yarez pegang.

"Pfft, bwahahaha apaan sih Ris, ngapain nyimpen yang begituan lo?"

"Parah lo Rez, bukan punya gue itu.."

Yarez yang tak bisa berhenti tertawa mencoba untuk diam dan menetralkan nafasnya, "Terus punya siapa?"

"Iya itu punya Yilmaz, 2 hari lalu pas dia maen kerumah gue, tamunya tiba-tiba dateng, mau gak mau ya gue beliin ke supermarket. Terus sisanya mama nyuruh gue simpen, buat situasi genting kalo Yilmaz lagi maen kesini katanya."

"Kayaknya lo harus niru Haris deh Rez," ujar Jaemy menyindir.

"Kayak lo gak punya pacar juga."

"Ck."

Benda yang Yarez pertanyakan adalah satu box pembalut yang Haris simpan di dalam lemarinya. Dan alasan yang ia berikan perihal pembalut tersebut memang benar adanya.

"Udah ah udah, pesen makanan aja ayok, laper ini gue."

"Okeoke, pesen apaan nih?"

"Pizza aja, drive thru."

"Sipp pake hp lo, Jaem."

Jaemy melongo pada Yarez, "Yeu si kampret lo nanya doang mesenin kagak."

"Tau lu Rez"

"Udah tenang gue yang bayar kok"

"Emang sekarang waktunya lu yang bayar makan siang kan bego"

Jaemy yang kesal pun melemparkan bantal pada Yarez secara brutal, "Pulsa gue ngikut tekor!"

DIPELUK WAKTU // NCT x (G)IDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang