10. Pertemuan

111 20 0
                                    

"Shiya, sayang, look at me.."

Shiya yang mulai bisa meredakan tangisnya, mendongak menatap Jaemy yang juga masih memeluknya.

"Kamu gak perlu kayak gini apalagi bicara kayak tadi. Apapun yang kamu lakuin, gak akan menjadi beban buat aku."

Shiya menggeleng, "I love you."

"I know it and me too. Itu kenapa, kamu gak perlu merasa bahwa aku akan tersakiti dengan apa yang kamu lakukan."

"Tapi apa yang aku lakukan salah, Jaem. Aku gak pantes atas cinta tulus dari kamu."

"Aku sayang kamu, alasan yang sangat jelas tentang kenapa aku gak pernah menjadikan sikap kamu sebagai beban. Aku ikhlas mencintai kamu."

Tangis Shiya pecah seketika mendengar Jaemy berucap secara pasti. Ia semakin merasa bahwa dirinya sangat berdosa terhadap laki-laki yang sudah begitu tulus dalam mencintainya itu. Ia hanya bingung, bagaimana bisa ia menebus segala ketulusan Jaemy terhadapnya.

"Gimana kalau seandainya aku mengkhianati ketulusan kamu?"

Ucapan Shiya yang tiba-tiba itu membuat Jaemy sempat terdiam sebelum kemudian tersenyum dan memeluk Shiya semakin erat sembari menikmati aroma parfum khas milik kekasihnya itu, "Lalu? Apa yang bisa aku perbuat dengan itu? Aku selalu percaya kamu apapun konsekuensinya kan?"

"You know what, Jaem? Pengkhianatan itu datang karena adanya kepercayaan."

"Iya aku tau. Tapi cinta aku yang sudah mengakar dalam hati gak akan bisa berbuat apapun seandainya itu terjadi. Aku terlanjur gak bisa tanpa kamu, Shiya."

"I love you, Jaem. Sampai kapanpun dan apapun yang terjadi, tolong pahami bahwa aku masih selalu cinta sama kamu, bisa?"

Dalam segenap keraguan dalam dirinya, Jaemy mengangguk mengiyakan. Demi Tuhan, Jaemy begitu menyayangi kekasihnya itu. Ia tak bohong saat dirinya berkata akan siap dengan segala konsekuensi rasa percayanya terhadap Shiya. Jaemy benar-benar tak pernah bisa membenci gadis di hadapannya yang kini masih berstatus sebagai kekasihnya.

"Udah ya, sekarang kita kembali ke ruang panitia. Hm, atau kamu mau ke kantin dulu?"

Shiya menggeleng, "Just stay with me."

"Always." Jaemy tersenyum kemudian dan menggenggam tangan kekasihnya. Ia berjalan dengan Shiya yang memeluk lengannya erat, jangan lupakan wajah gadis itu yang tampak begitu sembab.
~•~



"Kalian darimana?"

Jaemy menoleh pada Shiya yang masih menggenggam jemarinya erat. Ia kembali menenangkan Shiya dengan senyumannya.

"Biasa, ngapel bentar, Na."

"Lo nangis, Ya?" Yilmaz berujar dan langsung mendekat kesamping sahabatnya itu.

"Tadi."

"Kenapa? Ada masalah?"

Nana yang peka lantas menyenggol lengan Yilmaz yang langsung menatapnya bingung. Nana hanya menggeleng dan membiarkan Shiya berdua dengan Jaemy dulu.

"Yaudah, lo sama Jaemy aja dulu. Gue sama Yilmaz ke toilet bentar, titip Jaem."

"Pasti."

Setelahnya, Yilmaz dan Nana benar-benar pergi ke toilet meninggalkan Jaemy dan Shiya yang mencari tempat duduk di ruang panitia. Mereka duduk mendengarkan sekilas briefing yang diadakan oleh ketua pelaksana SASC tahun ini, siapa lagi kalau bukan sahabat mereka sendiri, Haris.
~•~



"Ada yang salah?"

Nana menghel nafas kasar, "Maksud lo?"

"Gue yang harusnya nanyak. Memangnya apa yang salah dari pertanyaan gue tentang kenapa Shiya nangis? Lo tau, Na?"

DIPELUK WAKTU // NCT x (G)IDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang