7. Mungkin Masih di Rasa yang Sama

167 19 2
                                    

Pagi ini terasa cukup berbeda. Pasalnya, Shiya yang biasanya berangkat sekolah bersama Jaemy, hari ini tampak datang ke sekolah sendirian. Gadis itu berjalan acuh tanpa ekspresi di sepanjang koridor sekolah. Hal ini tentu memicu pertanyaan bagi sebagian orang yang mengenalnya, bahkan penggemar dari kalangan kelas lain.

Begitu tiba di kelas, Shiya hanya duduk termenung dengan buku bersampul hijau yang sempat ia simpan rapat-rapat di dalam kotak pink bermotif garis di kamarnya. Awalnya Shiya memang ingin menyimpan buku itu dalam kotak dan tidak akan pernah lagi membuka kotak tersebut. Namun itu hanyalah wacananya saja. Nyatanya, saat ini buku tersebut tengah ia genggam bahkan Shiya bawa ke sekolah.

Dalam diam, Shiya menatap buku diary hijau miliknya itu. Ia ingat, bulan depan, tepat 3 tahun buku itu menemani kisah-kisah tak terungkap darinya. Buku yang menjadi saksi rasanya yang tak mampu menjadi kata. Jemarinya bergerak gelisah hendak membuka buku tersebut, namun egonya lebih mendominasi.

"Shiya?"

Panggilan itu membuatnya sedikit tersentak dan meletakkan buku diarynya kembali ke dalam tas.

"Nana, tumben dateng pagi."

"Hell no, biasanya juga emang gue kali yang dateng duluan daripada lo."

Nana meletakkan tasnya dibangku, "Tumben btw gak sama Jaemy, berantem lagi?"

"Enggak kok, cuma lagi pengen berangkat sendiri aja."

"Boong kan lo?"

"Ih enggak Na gue gak boong."

"Sumpah?"

"Bawa-bawa sumpah sih lo!"

"Ya bener kan lo boong berarti? Ada masalah apa kali ini Ya?"

Shiya menghela nafas panjang, "Ya biasa lah Na, namanya juga orang pacaran."

Tak lama, Jaemy datang. Kekasih Shiya itu masuk dengan langkah gontai. Dari pintu kelas, ia tampak berhenti sejenak menatap Shiya yang duduk dibangkunya bersama Nana.

Melihat Shiya dan Jaemy memang tampak tak akur, Nana memilih diam dan keluar dari kelas untuk memberi waktu bagi keduanya.

"Jaem, aku~"

"Bentar, aku ada urusan."

Shiya tau, Jaemy sedang menghindarinya. Tapi jelas ia tak pantas untuk mengeluh. Semua ini jelas karenanya. Sejak semalam, sekitar 20 panggilan dari Jaemy ia abaikan. Dan tadi pagi, Shiya memutuskan berangkat dengan papinya tanpa mengatakan apapun pada Jaemy terlebih dahulu.
~•~




Hingga pada saat jam istirahat, Jaemy masih tetap mengabaikan Shiya.

"Na, Ya, gue ke kantin duluan ya, masih harus ke perpus soalnya."

"O-oh iya iya."

Berbeda dengan Nana yang menjawab, Shiya hanya membuka mulutnya hendak bersuara. Namun hal itu ia urungkan lantaran Jaemy sudah lebih dulu keluar kelas.

"Lo kenapa sih Ya sama Jaemy?"

Shiya hanya tersenyum menanggapi.

"Heh krucil, tadi pagi gue keluar kelas supaya lo bisa bicara sama si Jaemy. Kok malah belum kelar juga sih.."

"Dia nyuekin gue Na!"

"Lo gimana sih Ya, lo itu kan pacaran sama Jaemy gak sebulan dua bulan doang, masa iya gak tau cara nanggapin dia kalo lagi marah kayak gitu?"

"Semalem dia nelpon gue."

Nana menaikkan sebelah alisnya heran, "Ya terus?"

"Tapi gak gue angkat."

DIPELUK WAKTU // NCT x (G)IDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang