13 : Tidur Bersama

14.6K 1K 32
                                    

Suasana canggung terasa saat Kaya dan Dirga masuk ke rumah itu. Setelah diantar petugas resort menggunakan payung. Cuaca hujan diluar membuat mereka tak bisa kemana-mana.

"Ehm, aku mandi duluan ya." Ujar Kaya memecah kebisuan saat mereka memasuki rumah ini.

Setelah meletakan bawaan yang tak seberapa, Kaya mengambil pakaian ganti di ranselnya. Beruntung ia membawa baju ganti, jaga-jaga jika pakaian nya basah saat main air tadi.
Dirga mengangguk dengan tatapan tak lepas dari kameranya, ia mengalihkan perhatian dengan sengaja menyibukkan diri melihat hasil jepretan nya tadi, agar tak canggung menghabiskan malam berdua dengan Kaya ditengah deras hujan.

"Kamu gak mandi?" Tegur Kaya melihat Dirga masih sibuk dengan kameranya.

Dirga yang kaget, tak sadar jika Kaya telah selesai mandi. Bau harum sabun tercium di inderanya.

"Oh udah selesai. Gak kedengaran, kamu beneran mandi kan?" Goda Dirga.

Kaya mencium aroma tubuhnya lalu mendelik ke Dirga yang mengambil pakaian gantinya.

"Perasaan wangi sabun nya masih kecium deh." Gerutu Kaya.

Dirga hanya menyengir, sebelum masuk ke kamar mandi.

"Jadi aturan tidurnya gimana?" Tanya Dirga setelah keluar dari kamar mandi. Ia hanya mengenakan celana katun selutut dengan kaos tak berlengan.

"Emang ada aturannya?" Kaya bertanya balik.

"Ih, jadi kamu gak papa kita tidur seranjang? Aku sih oke aja." Ucap Dirga masuk ke dalam kelambu, langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Seketika Kaya tersadar, raut wajahnya berubah bingung. Menyuruh Dirga tidur dilantai ia tak tega, cuaca dingin karena hujan bisa berakibat buruk untuk tubuhnya. Apalagi dia, tak mungkin harus tidur dilantai.

"Gak ada pilihan lain. Tidur dilantai dicuaca dingin gini gak baik untuk kesehatan kita, jadi mau gak mau kita harus berbagi ranjang." Pasrah Kaya.

Jantung dua anak manusia itu berdetak tak normal, ini pertama kalinya bagi mereka tidur seranjang dengan lawan jenis. Walau mereka berdua saudara tiri, tapi baru tiga bulanan ini mereka dekat, jadi rasa canggung itu tetap kentara. Suara hembusan nafas lawan jenis disamping mereka saja membuat mereka berdua gugup.

Dirga menarik dan menghembuskan nafasnya kasar. Berat buatnya tidur dengan adanya Kaya di samping, ditambah tak ada guling yang bisa menjaga jarak mereka. Liburan yang rencananya hanya sehari, karena cuaca harus berakhir dua hari dengan bermalam disini. Dirga melihat kaya tidur dengan posisi membelakangi nya. Ia memandang postur tubuh bagian belakang gadis, rambut hitam sepinggul bergelombang terurai yang bagian ujungnya jatuh diatas kasur menyentuh pinggulnya. Beruntung bagian pinggang ke bawah tertutup selimut, jadi ia tak bisa melihat lebih. Seketika ia sadar, jika ia juga akan satu selimut dengan gadis itu, degup jantungnya semakin memompa cepat.

'Ini tidak benar.' Benak Dirga.

Dengan gerakan lambat ia mengambil selimut yang tertumpu di kakinya dan menaikkan hingga ke bahu, sekalian menaikan selimut yang sebelumnya hanya menutupi pinggang Kaya, lalu memiringkan tubuhnya membelakangi Kaya.

Karena pikiran aneh mulai menguasai otaknya. Otak pria muda dengan berbagai macam isi didalamnya. Menghembuskan nafas pelan, Dirga mencoba menghitung anak kucing, karena domba sudah mainstream.

*****

"Gimana long weekend nya Kanaya?" Sapa Bu Henny sebelum memasuki ruang kerjanya.

Hari Senin, hari sibuk sedunia. Setelah libur yang lumayan panjang, kerjaan pun menumpuk di meja dan di layar komputer.

"Menyenangkan Bu, lumayan ada perubahan dibanding long weekend sebelumnya." Jawab Kaya, tersenyum.

"Wahh, kalo gak inget lagi banyak kerjaan, bakalan duduk disini saya."

"Kenapa mau duduk disini Bu? Ruangan ibu kan enak, ekslusif. Gak terbuka seperti ruangan saya atau bergabung-gabung kayak staf ibu di kubikel belakang."

"Kanaya.. Kanaya.. yah saya bakal duduk disini karena penasaran dengan cerita weekend kamu yang baru kali ini kamu jawab menyenangkan." Goda Bu Henny.

Kanaya lalu menyengir, tak menyangka semenjak gosip itu, hubungan antara ia dan atasannya yang sebelumnya kaku jadi perlahan mencair. Bukan karena Bu Henny yang jaga jarak atau jaim, tapi memang Kaya yang menutup diri. Ia salah satu pegawai yang tak punya teman dari awal masuk 4 tahun lalu hingga saat ini.

"Hebat juga pengaruh staf IT yang baru itu, bisa merubah kepribadian kamu sampai sejauh ini hanya dalam waktu 3 bulan." Lanjut Bu Henny sambil melangkahkan kaki menuju ruangannya.

Seketika Kaya terdiam mencerna ucapan atasannya. Memang benar pengaruh Dirga bisa membuat ia berubah seperti ini. Tidak signifikan memang bagi orang lain, tapi bagi orang-orang yang memperhatikan nya, tampak jelas perubahan sikap Kaya.

Jam istirahat kali ini Kaya habiskan untuk survei pabrik bersama seorang pegawai staf keuangan bagian pengawasan. Dengan diantar mobil kantor, ia dan rekan kerjanya itu pergi ke pabrik yang letaknya cukup jauh, sekitar 45 menit jika perjalanan normal. Tugasnya kali ini memantau penggunaan dana yang telah dicairkan untuk biaya perbaikan mesin, maintenance peralatan dan penambahan stok bahan baku di gudang pabrik.

Pengecekan dan pengawasan berlangsung lancar, namun memakan waktu cukup lama, sehingga Kaya melewatkan waktu makan siangnya, ia sengaja saat singgah seorang diri di sebuah kedai fast food  di mall untuk mengisi perut sedang staf bagian pengawasan yang tadi ditugaskan bersamanya langsung pulang bersama supir. Saat sedang menyantap makanannya sebuah suara terdengar mengacaukan mood serta mengurangi rasa laparnya.

"Kak Kaya."

Suara panggilan itu terasa asing di telinganya, hingga malas buat Kaya menanggapi sapaan itu, ataupun membalik tubuhnya. Namun hatinya sudah curiga, bahwa pemilik suara ini adalah salah satu orang dari masa lalunya yang harus di hindari.

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang