Berita tentang pemecatan Tasya langsung terdengar di seluruh perusahaan, termasuk divisi Kaya. Kaya sudah kembali menjadi dirinya yang sebelum bertemu Dirga. Niat awal ingin meminta maaf setelah pertemuan di taman itu ia telan mentah-mentah saat melihat Tori kekantor nya beberapa lalu, mereka sempat bertegur sapa dan berbicara sebentar. Dari Tori, Kaya tahu jika ibu Nilam membuatkan bekal makan siang buat Dirga dan Tasya dan yah, Kaya melihat dengan mata kepalanya sendiri mereka makan siang bersama di kantin kantor. Sifat Kaya yang memang merasa rendah diri, membuat ia jadi tahu diri, karena itu ia lebih memilih membatalkan niatnya dan kembali di sifat asalnya yang, tertutup, pendiam dan tak terjangkau.
Gosip yang ia dengar beberapa waktu lalu yang isinya merendahkan Tasya sebagai salah satu direktur di perusahaan ini pun tak dipedulikan olehnya, karena ia merasa Dirga pun menerima sikap tak wajar atasannya itu. Jadi sama saja, Dirga juga salah, pikirnya. Hingga akhirnya kini berita tentang penyebab Tasya dipecat membuat dia kaget. Karena ternyata pikirannya tak seperti kenyataan yang dilihatnya. Kaya terlalu lama larut dalam pikirannya sendiri.
"Kay.. kaya.. kok melamun?" Panggil ibu Henny, manajer keuangan.
"Eh iya Bu?"
"Ih kamu ini, diajakin gosip malah melamun. Ya sudahlah, laporan keuangan bulanan yang di email dari divisi lain kalau udah selesai di cek taruh di meja saya. Dan makan siang sana sudah jam setengah satu." Bu Henny meninggalkan meja Kaya lalu pergi meninggalkannya.
Kaya memegang handphone nya, mengumpulkan niat karena ia ingin mengirim chat ke salah satu orang yang dirindukannya, Dirga. Beberapa kali ia mengetik dan menghapus tulisan nya yang berujung urungnya niat mengirim pesan tadi. Padahal ia hanya ingin mengajak makan siang bersama, Kaya rindu masa dulu, saat mereka masih makan siang bersama dikantin.
Akhirnya dengan berat Kaya melangkahkan kakinya berjalan makan siang sendirian. Saat dikantin pun banyak karyawan-karyawati yang membahas pemecatan Tasya dan pengunduran diri Dirga.
"Aneh kan, masak bisa barengan sih. Satunya di pecat satunya mengundurkan diri. Jangan-jangan mereka memang ada hubungan."
"Tapi kalau aku lihat ya, Gunni itu nampak malas banget kok ditempeli Bu Tasya. Mungkin itu alasannya mengundurkan diri."
"Aneh juga sih, masa direktur ngebet ngejar bawahan dengan cara gak tau malu pula. Kan jatuhnya gak punya muka itu Dirut kita."
"Ah udahlah, jangan dibahas lagi, kalo salah satu petinggi perusahaan denger omongan kita, nasib kita bakalan terancam juga."
"Bener juga, yah udah deh, kita makan aja."
Ucapan karyawan itu terdengar jelas di telinga Kaya, dan saat Kaya mengedarkan pandangannya dia melihat Dirga ternyata duduk beberapa meja dari karyawan tadi. Wajah Dirga yang biasanya cerah terlihat murung dan lelah. Tanpa sadar Kaya melangkah kan kaki ke meja Dirga setelah memesan makanan.
"Kenapa gak dimakan?" Kaya langsung duduk di depan Dirga.
Dirga memandang aneh gadis yang duduk di depannya ini. Tak biasanya Kaya menegurnya duluan seperti ini. Bahkan duduk di meja yang sama dengannya. Lalu dia menoleh kesamping kanan dan kiri meyakinkan diri jika gadis didepan nya itu berbicara dengannya.
"Aku bicara sama kamu Dirga."
"Aku cuma mastiin aja, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba kamu yang dingin ke aku datang kesini ngajak ngobrol pula." Terang Dirga lalu pelan menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Maaf." Ucap Kaya tiba-tiba.
Dirga sontak menatap Kaya, menghentikan suapannya. Nafsu makannya yang tadi hilang saat mendengar gosip karyawan mendadak kembali saat Kaya menghampiri nya.
"Untuk?"
"Mengusir kamu dengan cara yang gak baik." Kaya menunduk, ini pertama kalinya ia meminta maaf kepada seseorang selain bunda.
"Kok baru sekarang, udah lebih dari sebulanan lho kamu ngusir aku."
'Karena aku baru berani sekarang.' "Karena baru sekarang aku bisa ketemu kamu." Alasan Kaya.
"Berarti kamu gak niat nih minta maafnya. Lagian kenapa sih kamu tiba-tiba jadi kaku dan dingin gitu ke aku? Ada apa sih?"
"Ak.. Umm aku sengaja ingin menjauh dari kamu."
"Alasannya?"
"Karena um.. aku ingin kamu kembali ke orangtua kamu. Maaf jika caranya gak sopan kemarin."
Dirga tersenyum lalu mengacak rambut gadis didepannya itu. Lalu ia tersadar bahwa Kaya tak suka dengan sentuhannya. Lalu menghentikan tangannya, berdehem pelan sembari mengutuk tubuh dan hatinya lagi. Tak bisa di bohongi hati Dirga terasa hangat dan nyaman saat berada di dekat Kaya. Beban pikirannya yang selama ini menganggu akibat masalah Tasya serasa terangkat, kepalanya mendadak terasa ringan.
Sedang Kaya terdiam saat tangan Dirga mengacak rambutnya secara refleks tadi walau hanya beberapa detik. Dia bingung harus menanggapi seperti apa, karena jika sebelumnya ia merasakan tak nyaman, karena menganggap Dirga adik nya, sekarang perasaan itu berbeda. Jantungnya berdebar cepat dan wajahnya terasa sedikit panas, ia merindukan sentuhan itu. Kaya sengaja menundukkan wajahnya, agar Dirga tak menyadari perubahan wajahnya, sembari menetralkan perasaannya.
"Sori Key, refleks." Dirga menyengir.
"Kebiasaan. Aku denger kamu mengundurkan diri ya? Kenapa? Apa bener karena Tasya?"
"Iya, tapi di tolak, karena aku belum setahun kerja disini." Dirga menyengir lagi.
"Alasannya ya memang karena aku gak betah di recoki Tasya terus. Risih dan gak nyaman. Di abaikan gak mempan, di tolak makin nantang. Yah jalan satu-satunya aku keluar aja. Capek perasaan. 'Ditambah kamu yang dingin dan jauhin aku,' buat pingin pergi aja cepet-cepet." Lanjut Dirga menerangkan.
"Untung di tolak ya." Ujar Kaya pelan.
"Apa Key?"
"Eh enggak ada apa-apa."
"Kamu ngomong sesuatu tadi, tapi pelan."
"Perasaan kamu aja."
Dirga lalu tertawa, dia senang melihat sifat Kaya kembali seperti ini. Ia berharap bisa hubungan mereka bisa sebaik ini terus.
"Aku kangen kamu Key."
"Ehh.."
Kaya terdiam mendengar ucapan Dirga. Lalu memandang lelaki didepannya itu.
"Kangen 'banget' bisa ngobrol lepas kayak gini. Udah lama ya rasanya."
Kaya tersenyum lalu mengangguk. "Iya."
Sisanya dihabiskan mereka dengan makan siang bersama sambil bercanda melepas rindu sambil mencairkan hubungan mereka yang sebelumnya kaku. Kali ini tak ada lagi gangguan bernama Tasya, karena anak Dirut perusahaan ini sudah dipecat, gosip nya dia bekerja di Perusahaan pamannya, dididik agar bisa bekerja dengan baik dan bertanggungjawab. Dan mendidik Tasya itu bukan pekerjaan mudah.
********
Satu persatu masalah selesai ya, ini tandanya gak lama lagi ceritanya akan... 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
General FictionSetelah lebih dari 15 tahun hidup berdua dengan bunda setelah ayah menceraikan dan mencampakkan mereka atas nama cinta dengan wanita itu. Kaya dipertemukan lagi dengan mereka, keluarga baru ayahnya tepat di saat bunda pergi meninggalkan dirinya untu...