16 : Hmmm

12.4K 1.1K 27
                                    

Lagi gabut sejak day off virus Corona, jadi aku publish aja part ini. Buat kalian yang baca cerita aku selalu jaga kesehatan ya, semoga situasi ini bisa segera diatasi dan semoga kalian gak bosen baca cerita-cerita receh aku. 😁

-----------------------------------

Dirga yang jengah dengan obrolan Tasya sengaja memesan ojek online dari HP-nya, niatnya ingin menemani menunggu Tasya di jemput langsung hilang saat mendengar obrolan Tasya tadi.

Drrrtt... Drrrtt..

"Bu, maaf saya duluan, ojek pesanan saya sudah sampai." Dirga berdiri beranjak pergi meninggalkan Tasya.

"Loh loh, kok ga nungguin aku. Supir papa belum jemput ini Gun. Masa kamu ninggalin aku sendirian." Tasya berusaha mencekal tangan Dirga tapi tak berhasil.

"Maaf Bu, sepertinya ibu sengaja belum menelpon supir pak Rudyanto, karena itu ibu belum di jemput. Saya yakin jika ibu menelpon sekarang tak sampai lima menit supir bapak datang. Permisi Bu." Pamit Dirga.

"Ehh tunggu.."

"Ah iya, uang minuman saya." Dirga berbalik sambil meraih dompet di saku celananya.

"Ga usah, ganti bayarin aku makan siang besok aja."

Dirga mengangguk malas menganggapi lalu kembali beranjak  meninggalkan Tasya menuju ojek online pesanannya.

*****

Istirahat siang menambah hal yang menyebalkan bagi Dirga hari ini. Sejak pagi Tasya sering menghubungi nya bertanya soal laporan tentang kerjaan perbaikan mereka di pabrik kemarin yang ternyata sudah Dirga buat dan antar ke manajernya.

Lalu sengaja datang ke kubikelnya untuk mengingatkan janji makan siang mereka setelah mengambil laporan yang ia buat, secara langsung keruangan manajernya, padahal harusnya manajernya lah yang mengantar laporan itu ke ruangannya mengingat jabatan yang di pegang Tasya lebih tinggi.

Kontan sikap aneh Tasya belakangan ini kepada Dirga membuat teman seruangan beserta manajernya memandang curiga kepadanya. Beruntung ruangan ini isinya lelaki semua, jadi tak ada gosip keluar dari mulut mereka, tapi saat karyawan lain tahu jika Tasya sering mengunjungi divisi IT tentu itu akan jadi berita aneh.

Dirga tak suka jika ia menjadi bahan pembicaraan, tapi Tasya sebaliknya, ia seolah senang dengan gosip yang beredar. Benar-benar sesuai dengan ucapannya tadi malam. Dirga semakin tak menyukai atasan yang merupakan teman sekampusnya dulu itu.

Situasi ini membuat moodnya terjun bebas. Ada rasa menyesal melamar kerja di perusahaan ini, walau niatnya hanya ingin dekat dan menjaga Kaya. Tapi beruntung siang ini Kaya tak ada kerjaan keluar jadi Dirga tak harus menghabiskan makan siang ini hanya berdua bersama Tasya.

Saat ini Dirga dan Kaya sedang duduk menikmati makanan pesanan mereka, sambil menunggu Tasya datang menyusul mereka, karena sedang ada rapat antara para direktur tadi.

"Hai Gun, sori lama nunggu." Ucap Tasya langsung duduk di depan Dirga mengabaikan Kaya yang duduk disamping Dirga.

Kaya tak peduli dengan sikap acuh Tasya padanya, dia fokus menikmati makanan yang ada dihadapannya.

"Kamu traktir aku makan disini Gun. Beneran, ke kafe depan aja gimana?" Tasya memadang sekeliling kantin dengan rasa risih.

"Kalo Ibu gak bisa makan disini, saya bayar cash saja minuman saya kemarin." Jawab Dirga cuek sambil menikmati makan siangnya.

"Ish.. kamu kan janji mau traktir aku makan siang ini." Tasya pura-pura merajuk, dia sedikit kesal akan kecuekan Dirga yang makin terlihat dan panggilan Ibu padanya.

"Saya tidak berjanji apa-apa sama ibu tadi malam, ibu yang menganggap itu janji. Saya dan Kaya sudah hampir selesai makan, kalo ibu mau silahkan pesan sekarang biar kita makan bersama, tapi kalo ibu gak mau, biar saya bayar uang saja ke ibu atas minuman tadi malam itu." Tegas Dirga.

Mau tak mau akhirnya Tasya memesan makan siang di kantin dan memakan makanan pesanannya dengan wajah ditekuk. Ini pertama kalinya dia makan makanan seperti ini, ternyata rasanya enak tak seperti dugaannya. Walaupun awalnya merasa terpaksa, karena Dirga tak memenuhi keinginannya, Tasya ternyata menikmati makanan pesanannya hingga tandas tak bersisa.

*****

Seorang wanita paruh baya tampak melamun di depan ruang disebuah rumah sakit, menemani suaminya yang kemoterapi untuk kesekian kalinya. Pandangannya menerawang, dia menatap miris nasibnya beberapa tahun belakangan.

Beruntung beberapa bulan belakangan ini anak keduanya sudah  mulai tak bertingkah. Bersedia membantu ibunya menjaga toko kelontong kecil yang ia buka di depan rumah, setelah pulang sekolah.

Dia membuka buku tabungan yang saldonya setiap bulan semakin berkurang. Entah sampai kapan kondisi ini akan terus menimpanya. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal, saudara dari pihak kedua orangtuanya pun menjauhi, saat tau ia menjadi wanita perusak rumah tangga orang lain. Jadi ia tak punya tempat untuk berkeluh kesah, apalagi meminta pertolongan.

Wajah dan tubuh suami yang dulu gagah rupawan, berubah menjadi kurus dan kusam setelah menjalani kemoterapi, rambut hitam yang mulai dipenuhi uban perlahan berguguran hingga sekarang sudah tak ada lagi rambut menghiasai kepalanya.

"Bu, bapak mungkin sore baru boleh pulang, ibu bisa menunggu ditaman atau diruang tunggu pasien saja biar gak bosan. Lagipula bapak sedang tertidur saat ini." Sapa perawat perempuan muda berkacamata.

"Eh iya, makasih suster." Balasnya.

Wanita paruh baya bernama Nilam Sari itu perlahan berdiri menuju ke kantin rumah sakit, waktu sudah menunjukan pukul 13.30 sudah lebih dari dua jam ia disini dan jam makan siang sudah terlewat cukup lama. Dia melangkahkan kaki, niatnya ingin makan siang dikantin, tapi dia bosan dengan suasana rumah sakit ini. Akhirnya dia melangkah keluar, menjauhi rumah sakit untuk mencari tempat makan siang. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk makan di warteg yang tak seberapa jauh dari rumah sakit.

Setelah selesai makan, saat melangkah kaki keluar dari warteg dia melihat wajah seseorang yang familier, pelan ia mengerjapkan mata agar yakin ia tak salah lihat. Setelah yakin, dia mengejar sosok yang berada tak jauh di depannya. Setelah dekat wanita itu menepuk pelan punggung sosok yang dikenalnya itu.

"Nak.." panggilnya.

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang