21 : Masa lalu yang terkuak 2

14.8K 1.2K 76
                                    

Gunawan Sapto putra satu-satunya di keluarganya, dia anak kedua dari tiga bersaudara. Pernikahan nya dengan Maya Astuti murni karena saling cinta, setelah satu tahun pacaran ia melamar dan menikahi Maya. Pernikahan mereka terasa semakin bahagia karena Maya hamil dua bulan setelah mereka menikah. Itulah saat Kaya lahir.

Tiga tahun kemudian Maya hamil lagi, namun karena kelalaian Gunawan, yang sibuk dengan pekerjaannya dan mengabaikan panggilan Maya saat mereka berada dirumah. Maya tak sengaja terpeleset, terjatuh dari tangga saat hamil 21 Minggu. Kejadian itu tak hanya membuat adik Kaya harus pergi, namun rahim Maya juga diangkat.

Awalnya Gunawan tak mempermasalahkan jika tak mempunyai keturunan, mengingat bayi dikandungan Maya berjenis kelamin laki-laki. Tapi tekanan dari pihak keluarga yang sering menyinggung adanya penerus dan seringnya ia mendengar pujian berlebihan dari sang Ayah mengenai dua cucu lelaki yang berasal dari kakak dan adiknya lama-lama membuat nya jengah.

Ia mulai merasa kurang lengkap dan hambar dengan keadaan rumah tangganya. Hadirnya Nilam sebagai sekretaris yang saat itu terang-terangan menggodanya awalnya hanya dianggap main-main saja. Hingga akhirnya ia terjebak perbuatan terlarang yang menghadirkan Dirga. Awalnya ia hanya ingin bertanggung jawab sebatas memberi nafkah ke calon bayi, namun saat mereka mengecek jenis kelamin bayi yang ternyata laki-laki membuatnya lalu memanjakan Nilam.

Langsung terbayang di kepalanya bisa berbangga diri dihadapan sang Ayah, karena punya akhirnya keturunan. Hingga ia melupakan semua perasaan ke Maya, melepas nya dan memilih menikahi Nilam. Karena Nilam hanya ingin jadi satu-satunya. Lama kelamaan perasaan kepada Nilam terasa hampa, karena memang tak ada cinta dihatinya, Nilam bagaikan wanita pelampiasan saja bagi Gunawan. Sementara di dalam hatinya terdapat rasa bersalah yang besar, karena menelantarkan wanita yang ia cintai dan anaknya itu.

Harga diri dan egonya agar diakui di keluarga telah membutakan hati nurani. Untuk mengurangi rasa bersalah, ia rutin mengirimkan uang agar hidup Maya dan anaknya tak terlantar dan membayar seseorang untuk memantau mereka. Sayangnya Maya sudah terlanjur terluka, hingga tak pernah menggunakan uang pemberiannya yang sebenarnya cukup untuk hidup sederhana sehari-hari tanpa perlu bekerja.

Foto pertumbuhan Kaya kiriman orang bayarannya, membuat hatinya semakin teriris. Ia pasti sudah sangat melukai Maya, karena wanita itu rela hidup susah daripada menyentuh uang kiriman nya. Hingga akhirnya ia hentikan setelah lima belas tahun mengirimi mereka. Alasannya karena ia ingin menyimpan uang untuk biaya  kuliah Dirga. Yang sayangnya tak di pakai juga.

*****

Dirga mendengar cerita papanya dengan seksama. Nyatanya benar cerita itu membuatnya semakin tak menaruh hormat kepada lelaki itu. Tapi melihat kondisi lemah papa, ia enggan menujukkan reaksi atas semua penjelasan papa agar tak melukai lelaki tua itu di saat-saat seperti ini.

"Buka laci ketiga meja kerja papa. Di dalam itu ada kotak, ini kunci untuk membuka kotaknya. Itu buat kamu nak." Gunawan memberikan kunci yang ia simpan di saku kepada Dirga.

"Apapun isinya papa harap kamu terima. Kalau sampai papa dipanggil dan Kaya belum menemui papa, tolong kasikan surat di amplop putih yang bertuliskan 'untuk Kanaya' ke Kaya ya. Itu papa taruh juga didalam kotak. Tapi jika Kaya mau ketemu sebelum papa pergi, bakar saja surat itu."

"Maaf kamu harus hadir dari benih laki-laki buruk seperti papa. Gak perlu ngomong, muka kamu udah nunjukin semuanya nak. Tapi papa mohon maafin papa. Paling tidak bantu kurangi sedikit rasa berdosa dan bersalah papa di saat-saat seperti ini. Papa juga sudah maafin kamu, karena kamu juga sering melawan kami, orang tuamu." Gunawan tersenyum.

Sudah berjam-jam berlalu setelah perbincangan panjang nya dengan papanya tadi. Tapi isi perbincangan itu terus memenuhi otaknya.

"Dirga.. nak.." Panggilan dari mamanya menyadarkan Dirga dari lamunan.

"Iya ma."

"Makan. Kamu banyak melamun setelah keluar dari kamar papa tadi? Ada sesuatu?"

Dirga menggeleng, ia jadi semakin sulit untuk bersikap hormat kepada sang Mama, mengingat sikap memalukan mamanya dimasa lalu. Lalu ia memakan makanan di hadapannya dengan tak berselera. Rasa masakan mamanya biasa, tak seenak masakan Kaya. Biasa masak sejak remaja membuat Kaya menjadi ahli saat di dapur. Tak seperti mamanya, wanita manja yang dulunya selalu bergantung dan dilayani. Namun ia cukup takjub melihat perubahan mama hingga sejauh ini.

Seketika ia teringat kembali gadis itu. Ia rindu, rindu masakannya, rindu suaranya, rindu menggodanya, rindu sosok yang selama beberapa bulan ini selalu ada di dekatnya. Perempuan yang sudah mencuri perhatiannya sejak ia pertama kali melihat foto nya.

Hingga akhirnya Dirga memutuskan untuk mengirim pesan ke gadis yang sering mengabaikan pesannya itu. Dirga beberapa kali mengetik dan menghapus pesan yang ia tulis karena takut terkesan berlebihan hingga hpnya berdering, telepon dari seseorang yang ditunggunya itu membuatnya takjub tak percaya selama beberapa detik, berdehem pelan sebelum mengangkat nya.

'Halo Key.'

'Hei Dirga, gimana disana?'

'Disini gak gimana-gimana Key, soalnya aku bingung apanya yang harus gimana.'

Terdengar suara berdecak pelan dari seberang sana sebelum Kaya melanjutkan omongan nya. Yang membuat bibir Dirga tersenyum mendengarnya.

'Aku basa-basi nanya kabar kamu maksudnya.'

'Oh, pertanyaannya ambigu sih, makanya aku gak ngerti. Aku baik. Kamu kangen ya, makanya tiba-tiba nelpon.'

Dirga terkekeh pelan lalu tersenyum sumringah mendengar geraman Kaya. Lalu terdengar helaan nafas gadis itu.

'Iya, terasa sepi dirumah gak ada kamu.'

Jawaban jujur Kaya membuat Dirga seketika terdiam, ia menyangka gadis itu akan mengelak ucapannya seperti biasanya. Namun ternyata...

'Gimana kabar ehm papa kamu?'

'Begitulah, kalo penasaran kesini makanya liat sendiri aja, liat aku juga.' Lanjut Dirga terus menggodanya.

'Umm, apa aku harus jenguk papa kamu Ga? Maksud aku..'

'Aku gak akan maksain kamu buat jenguk kok Key, tanya hati kamu, mau jenguk apa enggak. Jangan dipaksa kalo emang berat.'

'Aku bingung Ga, disatu sisi aku gak pingin ngeliat ayah lagi, eh papa kamu maksudnya, tapi disisi lain hati aku merasa tak tega jadi nyuruh buat jenguk. Bingung jadinya, mana lagi repot banget lagi dikantor..'

'Iya, aku liat divisi kamu lagi sibuk banget, makanya gak berani gangguin kamu buat ngajak makan siang bareng lagi. Tapi gak enak tau makan siang sendirian. Mana digodain sama karyawati yang centil-centil lagi.'

'Susah ya jadi seleb di kantor, dikit-dikit diperhatiin, dikit-dikit digodain.'

Dirga tertawa

'Maksud aku itu, jangan cuekin aku lah di kantor. Wa diabaikan, pingin ngunjungi ke divisi kamu, takut diusir. Gak kebayang aku malunya kayak gimana kalo bener kejadian aku di usir.'

Lalu gantian Kay yang tertawa mendengar gerutuan Dirga. Senyum terus tersungging di bibirnya, suara Kaya membuat rasa rindunya sedikit terobati.

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang