Buat yang baca cerita ini maaf klo ceritanya gak berurutan. Padahal awal ngetiknya semua berurutan. Tapi setelah di save malah jadi berantakan gini. Semoga masih bisa tetap menikmati ceritanya ya. 😊
...............
Perlahan dengan nafas yang di hembus kasar, Kaya mendongakkan kepalanya, mengingat dia sedang duduk sendiri saat ini.
"Ohh"
"Kak Kaya lupa sama aku, aku Tori kak, adiknya kak Dirga." Remaja muda yang masih mengenakan seragam sekolah nya itu langsung duduk di depan Kaya tanpa sungkan.
"Saya ingat kok." Kaya memperhatikan wajah remaja pria ini, tampangnya bisa di bilang perpaduan antara kedua orang tuanya, 'lebih tampan dari Dirga' batin kaya, lalu ia mendengus pelan.
"Gimana kabar kamu? Kamu terlihat berbeda sekarang." Lanjut Kaya.
"Aku baik kak, mama juga, tapi papa ngga. Papa.."
Prang..
Suara sendok yang sengaja dijatuhkan membuat Tori menghentikan ucapannya. Sadar bahwa ia salah bicara, Tori hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Maaf." Tambahnya.
"Kalau kamu mau ngomong silahkan, tapi saya mohon jangan buat nafsu makan saya sekarang hilang dengan membahas orang tua kamu." Tegas Kaya.
"Bang Dirga udah 3 tahunan ini gak pulang kak, sepi dirumah. Aku juga malas sekarang dirumah, makanya kelayapan kesini setelah pulang sekolah tadi." Jelas Tori.
'Ya, aku tau.'
"Sudah makan?" Tanya Kaya basa basi, ia tak enak makan sendiri didepan remaja ini.
Tori menggeleng, " Uang jajan aku gak cukup buat makan disini kak."
Lalu Kaya memberi uang untuk Tori mengantri makanan ke kasir depan. Paling tidak jeda waktu itu dipergunakan sebaik mungkin oleh Kaya untuk menikmati makanannya. Seketika Kaya merasa ada yang aneh, orang tua Tori bukan orang susah, bahkan mereka hidup cukup mewah. Kenapa uang jajannya bisa tak cukup untuk makan disini.
"Eeegh.." Tori bersendawa, mengusap perut setelah menghabiskan makan sorenya.
"Makasih sekali lagi atas traktiran nya kak, udah lama aku gak makan disini. Sejak..." Tori segera menutup mulutnya, takut mengucapkan kata-kata yang bisa membuat mood Kaya buruk.
"Berhubung saya sudah selesai makan, lanjut aja ngomongnya. Hati saya sudah tenang setelah kenyang."
"Papa divonis terkena kanker hati saat bunda kakak meninggal. Hari itu harusnya papa dirawat supaya bisa dioperasi, tapi papa memilih untuk pulang, tidak jadi melanjutkan perawatan. Setelah pemakaman bunda kakak, sikap papa langsung berubah, mungkin papa baru sadar setelah disentil Tuhan seperti itu ya." Tori berbicara sambil bercanda, seolah lupa bahwa ibunya juga berperan disini.
Kaya hanya tersenyum mendengar ucapan Tori tentang 'disentil Tuhan.' Sambil memandang ekspresi remaja itu saat membicarakan tentang orangtuanya secara enteng.
"Beberapa lama setelah itu bukannya memutuskan untuk melakukan operasi, papa malah memilih rawat jalan dan mengajukan resign. Kurang lebih setahun setelah bang Dirga berangkat ke Aussie, rumah sama mobil papa dijual buat biaya pengobatan, jadi kami sekarang tinggal dirumah kecil pinggiran kota, aku pindah ke sekolah negeri disana." Jelas Tori.
Kaya hanya terdiam sejenak mencerna ucapan remaja itu.
"Baru 3 tahunan kan, masih sebentar itu, saya dulu sampai belasan tahun hidup susah sama bunda, gak jadi seperti kamu. Nikmati aja, masa baru kayak gitu doang gaya kamu udah jadi mirip preman pasar gini sih, cemen amat." Balas Kaya sedikit terbawa emosi.
Sedikit rasa iba dan prihatin di hatinya langsung tertutup dengan kemarahan akibat masa sulit selama belasan tahun yang ia lewati bersama sang bunda. Wanita istimewa nomor satu di hatinya.
Sedang Tori mendengar balasan Kaya lalu menundukkan kepala, mencerna ucapan kakak tirinya itu. Benar bahwa baru tiga tahun hidup agak susah saja ia sudah mengeluh dan tak terima seperti ini, sedang yang di rasa Kaya dan Bundanya mungkin lebih parah dari ini.
"Saya sudah harus balik kekantor." Kaya melihat jam di pergelangan tangan sebelah kirinya.
"Kamu udah kenyang kan, jadi pulang sana, jangan sering keluyuran. Jadi anak berbakti, biar bagaimanapun orang tua kamu udah membesarkan dan menuruti keinginan kamu dari lahir hingga beberapa tahun lalu, gak pantes ngambek. Beda dengan saya." Kaya berdiri meninggalkan Tori yang masih terlihat enggan beranjak.
"Kak, makasih makanannya. Kalau ketemu lain kali, aku bakal bales kakak." Ucap Tori mengejar langkah Kaya.
"Kakak ke kantor pakai apa? Aku antar aja ya, kebetulan aku bawa helm dua." Tori langsung menarik tangan Kaya menuju parkiran.
Kaya yang tadi sibuk membuka aplikasi ojek online untuk memesan dari Hpnya hanya pasrah mengikuti langkah remaja itu.
'Tidak kakak tidak adik, sama-sama pemaksa' batin Kaya.
*****
'Kamu pulang duluan aja Key, aku agak telat, lagi tugas diluar soalnya.'
Itu bunyi pesan yang dikirim Dirga dari jam 4 sore tadi, sekarang sudah jam 7 malam dan lelaki itu belum juga pulang. Kaya tentu saja khawatir, tiga bulan tinggal bersama mau tak mau membuat Kaya terbiasa dengan kehadiran Dirga dirumah ini dan sedikit banyak dia juga mulai perhatian dengan adik tirinya itu. Ternyata nalurinya sebagai kakak muncul juga, kehadiran Dirga dan pertemuannya tadi sore dengan Tori, membuat nya mau tidak mau menganggap diri sebagai yang paling tua diantara dua saudara lelaki tirinya.
Ucapan Tori tadi sore tentang keadaan keluarganya kembali menganggu pikiran Kaya, ia membuka buku tabungan dan kartu ATM yang berisi transferan dari sang ayah sejak mereka berpisah, nominal yang ditransfer berubah-ubah namun rutin tiap bulan. Hingga transferan terakhir saat usia Kaya 20 tahun. Jumlah nominal uang itu sangat banyak bagi Kaya, karena bunda tidak menggunakan uang itu sepeserpun untuk kebutuhan mereka, bunda rela bersusah payah mencari uang untuk hidup mereka berdua, padahal tanpa bekerja pun uang transferan itu cukup untuk hidup mereka.
Kaya yang sedang duduk di pinggir ranjang nya memegang pelan buku tabungan atas nama ibunya itu, saldo terakhir yang tertera di buku tabungan itu sudah mencapai 10 digit. Tanpa susah payah bekerja pun, Kaya sebenarnya bisa hidup enak hingga beberapa tahun ke depan. Namun entahlah berat baginya untuk menggunakan uang itu, karena itu adalah salah satu peninggalan terakhir dari bunda yang diucapkan di detik terakhir nafasnya, semua disimpan rapi dalam map besar yang isinya bersamaan dengan surat-surat berharga dan beberapa perhiasan peninggalan bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
Ficción GeneralSetelah lebih dari 15 tahun hidup berdua dengan bunda setelah ayah menceraikan dan mencampakkan mereka atas nama cinta dengan wanita itu. Kaya dipertemukan lagi dengan mereka, keluarga baru ayahnya tepat di saat bunda pergi meninggalkan dirinya untu...