28 : Kencan

11.6K 1.1K 63
                                    

Nyatanya walau hubungan Dirga dan Kaya kembali dekat, tapi tetap Kaya tak mengijinkan Dirga untuk menemaninya tinggal dirumah tiap akhir pekan. Alasan bimbang, tak tega dan khawatir pun tak berdampak apa-apa pada keputusan Kaya. Kenapa gadis itu masih bersikeras menolaknya, itu masih jadi rahasia dan teka teki yang ingin dikuak Dirga.

Dirga rindu menghabiskan waktu berdua dengan gadis itu dirumah. Menggodanya seperti sebelumnya. Hubungan Dirga dan ibunya sudah agak membaik, tapi tetap sikap dinginnya tak berubah. Sudah mendarah daging sepertinya, hingga sulit baginya bersikap hangat ke ibunya sendiri seperti yang ia lakukan ke Kaya.

'malam minggu ngapain?'

'dirumah aja kayak biasa, gak ngapa-ngapain.'

'ngedate yuk, aku pingin ngapelin kamu.'

Dirga tertawa geli setelah menulis dan mengirim itu. Ia kembali lupa bahwa sedang mengirim chat wa kepada kakak tirinya.

'Hah?????'

'Hahahaha.'

Dirga tertawa keras di kamarnya membaca balasan dari Kaya. Hingga ketukan di pintu kamar menghentikan tawanya.

"Bang, mama nyuruh turun, makan malam."

Setelah berdehem pelan untuk mengurangi rasa geli di dirinya akibat mengerjai Kaya tadi, walau sebenarnya dia serius, Dirga membuka pintu kamarnya menuju meja makan.

"Abang tertawa ya tadi? Gak pernah aku denger abang tertawa selepas itu?" Tori ternyata masih berdiri di depan pintu kamar Dirga, sengaja menunggu Dirga keluar.

"Bukan urusan kamu."

"Kenapa sih abang masih suka jaim sama aku? Kita kan saudara bang, kenapa harus ada jarak? Jadi kangen kak Kaya."

"Kenapa kamu kangen Kaya? Kalian kan gak pernah dekat?"

"Yah paling enggak aku suka deket dengan kak Kaya, walau jutek tapi lucu jadi ngangenin. Dibanding abang yang jaim dan galak."

Pembicaraan kakak adik itu akhirnya terhenti saat sang mama melihat pertengkaran ringan antar saudara yang jarang terlihat sebelumnya. Walau Dirga masih menjaga jarak dengan mereka tapi dia sangat bertanggung jawab. Uang bulanan dari Dirga selalu lebih dari cukup sehingga hasil usaha kelontong di depan rumah bisa ditabung buat biaya Tori kuliah.

Sementara ditempat lain, Kaya mengelus dadanya yang kembali berdetak tak normal saat di gombali Dirga tadi. Memang semenjak mereka kembali dekat, tingkat kegombalan Dirga jadi lebih meningkat ketimbang saat mereka tinggal bersama dulu, mungkin dia sengaja melakukan itu, karena protes Kaya menolak keinginannya untuk menemaninya tinggal dirumah ini setiap akhir pekan.

Bukan Kaya tak mau, tapi setelah tahu bahwa mereka bukan saudara sedarah, dia ingin menjaga jarak, karena perasaan asing itu semakin tumbuh dan berkembang di hatinya saat ini. Perasaan ingin memiliki Dirga seutuhnya, namun ia tak berani. Karena Dirga seperti nya masih belum tahu bahwa mereka bukan saudara tiri. Ayahnya mungkin tak merasa perlu memberitahukan itu ke Dirga, karena ayahnya tak tahu jika Kaya dan Dirga dekat.

Dan Kaya enggan membeberkan rahasia itu ke Dirga, ia akan menyimpan rahasia itu selamanya. Biarlah Dirga selamanya menganggap dia kakak tiri. Apalagi bagi Kaya Dirga terlalu muda untuk nya, bayangkan Dirga lima tahun lebih muda darinya, ditambah juga ia merasa berat memiliki mertua orang ketiga hancurnya rumah tangga bunda. Ia merasa mengkhianati semua pengorbanan bunda.

Tok tok tok..

Bunyi ketukan di pintu rumahnya membuat Kaya kaget. Karena tak pernah ada satu orangpun tamu berkunjung kerumahnya sebelum dan sesudah kepergian Dirga. Ia jadi curiga jika yang datang ini Dirga. Kaya mematut dirinya sebentar di depan kaca, memperhatikan penampilan. Bajunya layak dan rambut nya rapi.

Tok tok tok..

Kaya lalu menggeleng kepala melihat keanehan nya. Tak biasanya ia harus memperhatikan penampilan demi seorang laki-laki. Lalu ia melangkah kan kaki membuka pintu ruang tamu.

"Lama amat Key." Suara Dirga menyapanya.

Tampilan laki-laki itu membuat Kaya terpana, pakaiannya benar-benar rapi, seperti sedang mengapeli pacar. Belum lagi aroma parfum yang tercium di hidungnya.

"Key.. Keya.. kalo kamu melamun aku langsung masuk aja ya."

Dirga masuk kedalam, walau Kaya belum mempersilahkan bahkan terlihat terdiam tadi.

"Kamu ngapain kesini?" Tanya Kaya menyusul Dirga duduk diruang tamu.

"Ngapelin kamu lah. Aku kasian liat kamu sendirian terus setiap hari. Ganti baju gih, kita jalan-jalan. Belum pernah kan kita jalan berdua pas malam minggu."

"Ehh??"

"Udah ganti baju, aku tunggu. Atau mau jalan pakai baju itu juga gak apa, yuk." Dirga langsung menarik Kaya yang masih terdiam mencerna omongannya tadi.

Kaya reflek melepas pegangan Dirga lalu masuk ke kamarnya mengganti baju. Dirga tersenyum melihat itu. Tak lama Kaya keluar, menggunakan kaos V neck agak longgar lengan panjang berwarna nude dengan bawahan jeans hitam. Make up tipis nampak diwajahnya hingga terlihat lebih segar.

Ini malam Minggu pertama yang mereka habiskan dengan jalan-jalan berdua. Tidak, tak ada pegangan tangan karena Kaya sering menepis dan melepas pelan genggaman Dirga, mungkin laki-laki itu takut dia nyasar atau hilang di keramaian makanya dipegang. Hingga akhirnya Dirga menyerah, dia hanya berjalan dekat disamping gadis itu sambil berkeliling di taman, makan malam di kafe dan mengobrol. Benar-benar kencan seperti pasangan sekitarnya.

Dirga lupa jika Kaya itu kakak tirinya, karena perasaan nyaman dan menyenangkan yang tak ingin ia tepis dari hatinya saat mereka menghabiskan waktu bersama dan kembali Dirga mengikrarkan dirinya untuk terus menjadi pelindung dan penjaga Kaya selamanya walau ia harus tak menikah nanti.

Namun sepasang mata memandang kegiatan pasangan itu dengan mata memicing. Kedekatan pasangan itu tak layak dilihat sebagai kedekatan antara kakak dan adik. Tampak jelas tatapan tertarik antar lawan jenis dimata lelaki kepada wanita di depannya. Dan tatapan malu-malu yang wanita itu tampilkan saat lelaki itu menggoda dan menyentuh wanita itu dengan sengaja.

Setelah mengambil beberapa foto sebagai bukti, dia meninggalkan kafe tersebut dengan perasaan aneh, tak suka dan tak terima. Dia bersiap untuk menyidang pasangan yang dikenalnya itu nanti.

JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang