[Enam Tahun Lalu]
Utami menggebrak semua file yang ia bawa dari rapat ke ruangannya. Matanya terpejam menahan emosi yang sejak satu jam lalu ingin ia teriakkan dan lampiaskan.
"Permisi, Bu..." Pak Danang mengtuk pintu dan memasuki ruangan Utami setelah diizinkan.
"Ini laporan untuk quarter dua tahun ini. Maaf jadi seperti tadi, nanti saya tegur anak buah saya," kata Pak Danang dengan wajah yang sudah penuh segan. Utami menarik napas.
"Beri tahu saja, nggak usah dimarahin. Ini kesalahan minor, nggak perlu berlebihan," jawab Utami.
"Tapi tadi Pak Arun sampai... begitu."
"Saya bukan Pak Arun. Anak kamu dikasih tahu aja. Okay?"
Pak Danang mengangguk dan segera beranjak dari ruangan Utami. Perempuan itu lalu menarik napas panjang, lalu mengirim pesan singkat pada seseorang. Tak lama, ponselnya berdering.
"Halo? Aduh, aku udah nggak ngerti deh, sampai diteriakin di depan anak buah aku, Gun! For a minor data that we don't actually need! ..."
Utami diam sejenak, memberi giliran lawan bicaranya bereaksi.
"Bisa jadi, kan emang dia jenius, akunya bego... iya, performance aku emang bagus-bagus aja. Dua tahun ini I delivered all the objectives kok... Katanya sih emang jarang ada yang betah kerja di bawahnya Pak Arun langsung. Aku aja dianggap kuat banget nih udah jalan tiga tahun kerja di sini..."
Kali ini lawan bicaranya memberi tanggapan untuk membuatnya berpikir positif dan tidak berlarut-larut denfan rasa kesal.
"Iya aku tahu, visi perusahaan ini menarik, makanya aku mau ke sini... hmm, jadi fokus ke niat awal aku ya? ... hmm... iyaaa, kamu selalu bisa deh, Gun. Hahaha... oke, maaf ganggu kerjaan kamu ya, Sayang. Tonight I'll make it up... ehm, love you. Bye."
Utami mendesah panjang dan tersenyum. Bicara dengan suaminya selalu ampuh untuk menawarkan kekesalannya akan tingkah Arun selama ini. Dua tahun sudah ia curahkan seluruh dedikasinya untuk Pandoraverse. Selama dua tahun pula Arun tak pernah berhenti menekannya. Di mata Arun, Utami selalu terlihat salah dan dianggap mangsa yang harus dibantai dalam setiap meeting.
Utami malah melihat bahwa semakin ia memenuhi objektif dan target perusahaan, Arun malah makin menyalahkannya. Pendekatan Utami murahanlah, penuh risikolah, Utami tidak memperhatikan efek jangka panjanglah, pasti selalu ada saja langkah Utami yang dipermasalahkan oleh Arun.
Padahal karena kecakapan Utami dalam menggerakkan setiap divisi, kini Pandoraverse telah menjadi top of mind di kalangan pengguna TV-On-Demand dan kini tengah bersaing dengan produk internasional. Bahkan Pak Taru telah memberikannya bonus dan penghargaan karena kinerjanya yang membuat nama Pandoraverse melesat masuk tiga besar perusahaan lokal terbesar di kelasnya.
Tapi semua itu seolah tak kasat mata bagi Arun. Pria itu tak pernah bosan mencari alasan agar dirinya keluar dari perusahaan itu. Apakah sudah saatnya Utami mengadakan percakapan dengan Arun tentang masalah mereka?
"Yah, abis lagi," Utami yang mencoba meminum kopinya baru menyadari bahwa mug tempat kopinya sudah kosong. Ia bergegas ke pantry untuk membuat kopi baru.
Utami selalu menganggap kegiatan membuat kopi itu setara dengan kegiatan karyawan yang merokok; untuk menyegarkan pikiran. Karena itulah ia jarang minta dibuatkan kopi oleh office boy dan memilih meracik sendiri kopinya.
"Tapi Pak Arun tuh emang selalu serem ya? Padahal ganteng..."
"Bu Tami nggak bisa dimodusin sih, jadi digalakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Free-Trial Love [DIHAPUS SEBAGIAN]
RomanceArundaya Caraka, seorang co-owner sebuah perusahaan TV-On-Demand lokal terbesar di Indonesia bernama "Pandoraverse" menghabiskan waktu luangnya dengan berpetualang cinta. Tiap tiga bulan sekali, bisa dipastikan dia akan berganti pacar. Hanya satu pe...