"Mas... what are you doing?" tanya Utami pelan, mencoba meredan emosi yang ia tahan.
"Saving you," bisik Arun dengan nada nakal. Setelah itu, ia lalu berbalik dan merentangkan tangan untuk bersalaman teman kencan Utami dengan seluruh karisma yang ia punya.
"Hai, saya Arun. Utami's fiance," kata Arun ramah. Kali ini sepertinya Utami benar-benar mau pingsan saja. Dadanya sudah sesak karena panik.
"Apa-apaan ini, Tam?!" kata teman kencan Utami alih-alih membalas tangan Arun. Utami buru-buru berdiri.
"Sa- saya bisa jelasin, Yan," katanya panik.
"Jelasin?" Arun menatap Utami dan teman kencannya secara bergantian, wajahnya terlihat mencerna apa yang sedang terjadi, "It seems that I'm the one who need an explanation, right?"
Dengan sigap Arun menghadap ke arah teman kencan Utami, "Sorry, Mas, saya rasa Utami dan saya harus bicara."
Berhadapan dengan Arun yang jauh lebih tinggi dan terlihat lebih kuat membuat nyali teman kencan Utami menciut. Ia buru-buru mengambil tas-nya dan pergi dari sana. Utami tak bisa bicara meskipun sempat berusaha mencegah hal itu.
Setelahnya, Utami menatap marah Arun yang mendekatinya dengan wajah sumringah. Tak peduli dengan kemarahan Utami, Arun dengan ringan berkata, "Ayo pulang, Babe".
Utami benar-benar tak pernah memiliki keinginan untuk memukuli orang lain sampai babak belur seperti perasaannya kepada Arun saat itu.
***
"Aduh! Aw! Sakit!"
Setelah mobil Arun berjalan cukup jauh sampai akhirnya harus berhenti karena lampu merah, Utami tak menahan dirinya lagi. Ia menampar Arun sebanyak tiga kali. Tak puas sampai disitu, ia juga memukul-pukul keras bahu Arun. Tenaganya cukup kuat sehingga meskipun otot Arun cukup besar dan padat, ia tetap merasa kesakitan.
"Tam, sakit... duh, Stop it!" Arun menggenggam satu pergelangan tangan Utami. Ia melihat perempuan itu tersengal-sengal.
"Apa yang ngebuat lo ngerasa berhak ngelakuin hal tadi?" ucap Utami geram. Sayangnya wajah marah itu malah terlihat menggemaskan di mata Arun sehingga pria itu spontan tersenyum.
"Jangan ketawa!" Utami kembali menampar Arun, kali ini membuat atasannya ikut emosi.
"Gue nggak ketawa, apaan sih?!" seru Arun.
Utami menarik lengannya dengan tenaga penuh dan melihat ke arah depan sambil mendesahkan napas dengan cepat.
Ia masih tidak habis pikir dengan perlakuan Arun kepada Ryan. Padahal perempuan itu telah merencanakan bahwa di akhir kencan nanti, ia akan bicara dengan gamblang kalau dirinya tidak tertarik untuk meneruskan hubungan dengan pria itu karena merasa tak cocok.
Sikap Arun yang membuatnya terlihat sebagai peselingkuh tadi tak hanya membuat namanya tercoreng di hadapan pria itu, tapi juga merusak rencananya dan membuatnya merasa kecolongan.
"I saved you the time! Lo mau sampai kapan ngomong sama cowok yang nggak bisa respect sama lo kayak tadi?" Arun tak memahami emosi Utami yang ia anggap berlebihan ini.
"Sok tahu lo, kayak lo itu cowok yang respect sama cewek aja,"
"Well, I respecting someone who deserves it. You, Olive, you-"
"Semua orang deserve it, Mas. Termasuk cewek-cewek lo," potong Utami, berusaha mengingatkan posisi pria itu dalam kehidupan percintaan.
"And I respect them. Gue pacarin mereka satu per satu. Nggak ada yang gue selingkuhin without consent... kecuali yang terakhir. Gue juga selalu bilang di awal kalo gue cuma kepengen jalanin hubungan yang fun aja sama mereka dan mereka setuju-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Free-Trial Love [DIHAPUS SEBAGIAN]
RomantiekArundaya Caraka, seorang co-owner sebuah perusahaan TV-On-Demand lokal terbesar di Indonesia bernama "Pandoraverse" menghabiskan waktu luangnya dengan berpetualang cinta. Tiap tiga bulan sekali, bisa dipastikan dia akan berganti pacar. Hanya satu pe...