"Berengsek!" suara lembut Natasya terdengar begitu ganjil di telinga Utami dan Olive.
"Sabar, Nat. Sabar..." kata Olive sambil mengusap-usap punggung Natasya.
"Kok bisa sih ada cowok kayak begituu?! Ini Kita hidup di zaman apa sih?!" sembur Natasya ke arah Olive yang kini terlihat menyesal telah berusaha menghibur perempuan itu. Si manis yang satu itu selalu berubah ganas jika ada laki-laki yang merendahkan perempuan.
"Dia yang salah zaman, Nat. Semoga habis gue tolak dia jadi nyadar deh. Kalaupun nggak, pokoknya gue udah nggak mau kenal dia lagi. Awas lo semua kalo nyebut namanya di depan gue," kata Utami.
"Ogah, amit-amit nanti bibir gue sariawan," jawab Natasya ketus. Ucapan itu langsung dihadiahi tawa oleh Olive dan Utami.
"Sorry to hear this, Tam. Kenapa semalam nggak nge-chat sih?" tanya Olive. Mereka bertiga memang memiliki chat group sendiri. Biasanya jika ingin bertemu atau sekadar mengobrol, mereka pasti saling menyapa di sana.
Topik tentang mantan teman kencan Utami ini seharusnya menjadi teman bergadang mereka semalam. Olive bahkan yakin bahwa mereka seharusnya melakukan video call karena ia tahu hal ini bisa begitu mengguncang Utami.
"Gue udah nggak apa-apa kok," kata Utami sambil meraih jus jeruknya.
"Tam, jangan disimpen sendiri gini dong," protes Natasya.
"Gue nggak nyimpen sendiri, ini buktinya gue cerita ke lo berdua," ujar Utami sambil bersikap defensif.
"Ya tapi semalam kan lo sendiriii..." Natasya menepuk-tepuk tangan Utami. Seketika ia menjadi sangat khawatir.
"Apa siiih, semalam gue nggak sendiri!" Kata Utami risih. Mata Olive terbuka lebar.
"Sama siapa lo semalam?" tanya asisten dengan insting setajam silet.
"Ada temen," kata Utami cepat sambil meminum minunannya. Olive mendekati Utami sambil memicingkan matanya. Senyumnya naik perlahan.
"Arun bukan temennya?" tanya Olive pelan.
"Kyaaaa!" Natasya berteriak, membuat Olive dan Utami terkejut dan melihat sekeliling. Mereka pun meminta maaf kepada pengunjung dan pelayan restoran yang ada.
"Nat, ah!" Olive menepuk pelan bahu polos Natasya yang saat ini tampil segar dengan kemeja tak berlengan warna biru pastel dan celana putihnya.
"Ya ampun, gue overly excited ya? Sorry-sorry..." Natasya menutupi senyumnya dengan kedua tangan. Dari matanya, Olive dan Utami dapat memperkirakan lebar senyum itu.
"Itu mah bukan overly excited, tapi lebay," kata Utami sambil tertawa geli.
"Jadi? Ngapain aja lo berdua?" tanya Olive. Sahabat yang ditanya malah kembali menyeruput minumannya. Olive melebarkan senyum melihat kegugupan di luar kewajaran itu.
Pasti telah terjadi sesuatu.
"Eh, sebentar ada telepon," ujar Utami lega ketika merasa tas-nya bergetar. Karena baru pulang rapat dengan klien bisnis Pandoraverse, Utami pun masih menyetel ponselnya dalam mode getar.
Ia sedikit terbelalak melihat nama penelepon, tapi tak ingin kedua temannya curiga, ia pun menerima telepon itu dengan tenang.
"Ada apa, Mas?"
"Tam, lo lagi di kantor nggak?" tanya seseorang di seberang telepon
"Nggak, habis meeting di luar. kenapa?"
"Temenin gue makan dong. Gue lagi Di Hotel Sky Blues."
"Ngapain temenin lo?"
"Mati gaya gue, masa' makan sendirian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Free-Trial Love [DIHAPUS SEBAGIAN]
RomanceArundaya Caraka, seorang co-owner sebuah perusahaan TV-On-Demand lokal terbesar di Indonesia bernama "Pandoraverse" menghabiskan waktu luangnya dengan berpetualang cinta. Tiap tiga bulan sekali, bisa dipastikan dia akan berganti pacar. Hanya satu pe...