Seorang perempuan bergelut manja di balik selimut. Meskipun telah bangun sejak lima menit lalu, ia sudah begitu nyaman di dalam sana. Matanya masih asyik terpejam mengingat aksinya yang luar biasa dengan orang terkaya nomor lima belas se-Indonesia semalam.
"Hey, siap-siap," suara Arun membuyarkan bayangan indah perempuan itu.
"Lima menit lagi..." ucap perempuan itu sambil meregangkan tubuhnya. Berharap desahan seraknya mampu membuat pria yang telah rapi dengan setelan kerjanya itu bergairah.
"Satu menit. Saya mau berangkat kerja," Arun bicara tak acuh sambil membuat simpul dasi.
"Kaku banget sih kamu? Nggak kayak semalam..." perempuan itu tengkurap dan menghadap ke arah Arun yang sibuk di depan cermin
Arun selesai memakai dasinya. Ia lalu mendekati wajah perempuan itu, memberikan senyum termanisnya, dan bicara,
"Listen to me. Kalau kamu pikir saya akan meninggalkan kamu sendirian di apartemen saya, maka kamu kehilangan akal sehat," Arun menikmati sejenak perubahan wajah perempuan itu, "Semalam saya bilang kalau ini nggak akan lebih dari semalam. Artinya ini nggak akan lebih dari satu malam. Kamu berani mengganggu saya lebih jauh, mencoba mengancam, memfitnah atau menyebarkan skandal tentang saya, siap-siap menghadapi gugatan dari pengacara saya."
Arun puas ketika melihat perempuan itu langsung mengambil pakaiannya yang tercecer di sekitar ranjang. Ancaman itu memang selalu sukses membuat perempuan yang ingin mencoba peruntungan untuk mendapatkannya ketakutan dan lari terbirit-birit.
Ia mengalihkan pandangannya ke layar ponsel dan mengernyit saat melihat pesan asistennya,
"Pak, we have problem. Marketing and finance are arguing."
Arun langsung menatap perempuan asing di atas ranjangnya dan berkata, "Nggak usah mandi. Buruan pakai baju dan keluar sama saya saat ini juga."
Ting tong.
Di saat yang bersamaan, suara bel apartemen Arun berbunyi. Ia menuju ke pintu depan dan membukanya tanpa berpikir panjang.
"Surprise! Happy three-monthsversary, Sayang!" seorang perempuan cantik dengan dandanan tebal dan dada besar yang terbalut baju ketat menyapa hangat Arun sambil memegang sebuah kue cake berdiameter 15cm yang mungil tapi cantik.
"Oh, shii-" Arun menahan umpatannya setengah mati. Sementara perempuan lain dalam kamarnya tiba-tiba muncul di belakang sambil mengancingkan pakaiannya.
Wajah kekasih Arun yang tadinya cerah perlahan berubah. Ia menatap wajah pria di hadapannya dengan penuh emosi, cukup untuk membuat pria itu salah tingkah.
"I- I can explain-" tentu saja perempuan itu tak mau bersusah payah mendengar pembenaran atas perselingkuhan kekasihnya. Dengan cepat ia lempar kue di tangannya ke wajah Arun dan ia langsung beranjak dari sana.
Arun bisa saja mengejarnya. Apartemennya berada di lantai 21. Lift tidak bersiap di lantai itu saja, pasti sudah naik turun mengikuti pesanan penghuni apartemen lain. Perempuan yang sedang marah tadi tetap harus menunggu sampai lift datang untuk dapat pergi dari sana. Seharusnya kekasihnya yang baru berlalu itu masih bisa dikejar dan dibujuk untuk berbalikan.
Tapi Arun memilih masuk ke apartemennya, menyeret perempuan yang berada di dalam sana keluar, dan berkata, "Sekalian aja turunnya."
Ia menutup pintu apartemennya dan segera menuju kamar mandi terdekat. Kue yang hancur di wajahnya itu langsung ia pahami dengan baik sebagai tanda bahwa sudah saatnya mencari petualangan dengan perempuan baru.
***
Adegan penggerebekan tak terencana tadi pagi membuat Arun telat sampai satu setengah jam karena ia sibuk membersihkan butter cream di wajahnya. Dia tak pernah tahu bahwa dekorasi cake bisa begitu lengket, berminyak dan sulit dibersihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free-Trial Love [DIHAPUS SEBAGIAN]
RomansaArundaya Caraka, seorang co-owner sebuah perusahaan TV-On-Demand lokal terbesar di Indonesia bernama "Pandoraverse" menghabiskan waktu luangnya dengan berpetualang cinta. Tiap tiga bulan sekali, bisa dipastikan dia akan berganti pacar. Hanya satu pe...