Dari tadi malam aku tidur dengan pose memeluk kepala Sasuke. Itu memudahkan aku mendeteksi kegelisahan dari gerakan kecil Sasuke yang langsung menggerakkan tanganku untuk mengusap rambutnya atau menepuk pelan bahunya. Sekedar tindakan sederhana yang ternyata cukup efektif menenangkannya. Yah meskipun ini sedikit tidak nyaman.
Cahaya yang hangat mulai menarik aku dari tidur yang kurang berkualitas. Aku merasa lelah tetapi harus bangun untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum masa kontrak benar-benar berakhir. Kepala Sasuke di pundakku menahanku sehingga aku harus tetap berbaring.
Tangan dan pundakku terasa kebas, lebih tepatnya mati rasa.
Gerakan tiba-tiba dan bangunnya Sasuke dari tanganku mengejutkanku, begitu pula dirinya. Dia seakan ingin menjauhiku seolah aku api. Lalu menatap tak percaya padaku.
"Kau baik-baik saja? " tanyanya.
Aku mengernyit heran, " Aku baik-baik saja hanya sedikit memerlukan pijatan di bahuku. " Tangan kananku ku mengusap pelan bahu kiri-ku yang kebas.
Dia mendesah, ku lihat bahunya turun dan tidak lagi mengencang tegang.
"Sebaiknya kau menghindar atau menjauh ketika tidurku tidak seperti anak manis. "
"Apa? Kenapa...? "
Dia memalingkan wajahnya ke jendela, " Aku takut akan menyakitimu tanpa kusadari. "
Keheningan melanda kami. Baru kali ini aku melihat dirinya wajahnya yang kacau dan tidak setenang biasanya. Ternyata aku memang tidak mengenalnya sama sekali.
"Kau bisa bercerita jika kau menginginkannya, aku selalu ada di sini, " sebagai teman baik yang bersedia mendengar keluhanmu.
"Itu tidak bisa ku ceritakan sekarang. "
"Aku tidak memaksa hanya saja ketika kau siap, aku selalu ada untukmu. "
Aku bangkit dari ranjang, kemudian merangsek ke arahnya dan memeluk pria kokoh yang dalamnya ternyata rapuh itu.
"Kurasa kau perlu pelukan. "
Tangannya membalas untuk memelukku. Dia membenamkan wajahnya di bahuku, bergetar dan goyah.
Apa yang terjadi pada pria ini...
Sasuke memerlukan beberapa saat untuk menenangkan dirinya dan melepaskan pelukanku. Dia tersenyum dan kembali menunjukkan padaku sosok agung yang berkharisma.
Aku bahkan terkejut dengan perubahan signifikan yang Sasuke lakukan. Dia yang sekarang dan beberapa saat yang lalu seperti dua sisi koin yang berlawanan.
Manakah Sasuke yang sebenarnya?
.
.
.
Aku sangat menyukai stiletto tinggi berwarna merah. Aku merasa seksi dengan mereka. Sekarang aku sudah siap menghadapi semuanya. Hari ini kembali aku menemui managerku, Ino. Wanita cerdas yang membimbingku hingga sampai di posisiku saat ini. Dan satu-satunya teman yang bisa ku percaya.
"Bloom, kau terlihat luar biasa dengan gaya seperti itu. "
Dia memanggilku bloom untuk menggambarkan jika nafsu pria akan mekar saat aku mendekati mereka.
"Aku tau, hihihi." Inilah kami dengan sifat serampangan dan lelucon konyol untuk mempersiapkan menghadapi apapun di balik pintu.
"Sayang sekali kau sekarang ada di posisi kedua. Ada lagi yang lebih seksi dari dirimu, " ucap Ino.
"Apa, oh tidak. Aku harus membunuhnya, itu bisa membuatku patah hati, " jawabku menyesal kemudian tersenyum konyol.
Ino mendengus, " Gosipmu dengan mr Uchiha yang lebih seksi dari bodymu, Dear. "
"Jadi ... ini baik atau buruk? "
"Aku takut perusahaan tidak ingin melepaskanmu karena hubunganmu dengan pria yang menjadi salah satu tiga puluh pria terkaya di dunia saat ini. "
"Apa?! Kau bercanda?" Pria yang tanpa sengaja dipilih Sasori menjadi kekasihku adalah salah seorang pria terkaya. Apa dunia sedang terbalik?
Ino mengamati ekspresiku, dia pandai menangkap bahasa tubuh termasuk ekspresi wajah. Itu mungkin menjadi salah satu penyebab karirnya yang cemerlang termasuk menciptakan artis sepertiku.
"Jangan bilang kau tidak mengetahui hal ini? "tanya Ino, "Hubungan kalian bukan sesuatu yang tidak ingin aku dengar seperti saling menguntungkan atau semacam perjanjian, Kan? "
Baiklah, aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari wanita cerdas ini.
"Yang pasti hubunganku dengannya bukan hubungan yang normal. Tetapi percayalah, aku cukup nyaman."
"Dengar, jika hubungan kalian bukan sesuatu yang normal maka kau tidak boleh terlalu dekat atau jatuh cinta padanya. Kau harus melihat biografi dia dan kau akan tau sebabnya. "
Rasa dingin mendadak menyiram punggungku. Aku jadi lebih penasaran pada Sasuke.
"Baiklah, ayo kita berjuang menghadapi para penggali uang itu. "
Tentu saja aku lebih dari siap untuk menghadapi mereka. Keputusan terakhir yang aku inginkan saat ini hanyalah menjauh dari dunia yang tersorot kamera setiap saat. Tidak ada lagi alasan aku berada di sana.
Oh Tuhan pasti sedang bercanda denganku. Saat ini, di depan ruang rapat agensi tempatku bernaung, Sasori dan Sasuke saling berhadapan. Bisa dilihat percikan api di sekitar mereka karena aura permusuhan.
Sasuke menyadari kemunculanku. Dia mengulurkan tangannya padaku. Aku melirik sekilas ke arah Sasori. Matanya seolah memohon agar aku mengabaikan uluran tangan Sasuke. Tetapi aku tau jika tidak bisa melakukannya.
Mengabaikan perasaan bodoh karena merasa bersalah aku menguatkan diri menerima uluran Sasuke. Tangan kami bertemu. Segera Sasuke memelukku dengan erat seolah menandai teritorialnya.
Saat itulah aku melihat tatapan hancur Sasori. Hatiku semakin berdenyut nyeri tapi masih bersikap tegar.
Inilah bentuk pembalasanku.
"Sakura, dia pria berbahaya. Kau tidak boleh jatuh padanya. " Sasori mengucapkan kalimat yang sama dengan Ino.
Ada apa ini sebenarnya...
"Tetapi aku merasa aman dengannya, Sasori. Dia tidak pernah mengecewakanku. " Aku melihat Sasuke menyeringai padanya. Senyumnya sangat lebar sehingga seperti serigala. Entah kenapa aku merasa sedikit takut.
Apakah rasa takut ini salah satu bentuk insting bertahan hidupku.
"Kumohon Saku, aku seharusnya--"
"Ada apa ini...?"
Yugao muncul. Dengan lipstik merah yang menarik perhatian sekali lihat, dia mendatangi kami. Sasori terpaksa berhenti lalu memasang wajah palsu. Ia bertindak seolah mencintai Yugao dengan seluruh hatinya. Sikap inilah yang menghancurkan hatiku. Aku bergetar dan menahan diri untuk tidak menangis.
"Kami hanya membicarakan tentang iklan, benarkan nona Sakura?"
"Nyonya Uchiha, tolong panggil dia Nyonya Uchiha. " Sasuke meralat ucapan Sasori. Dia bahkan terang-terangan mencium keningku.
Aku segera menyingkirkan sikap melow yang tadi menghampiri. Aku menyendar di lengannya dan memainkan dasi yang dihiasi pin berwarna silver berhias berlian kecil dari ujung pin.
"Suamiku, kau tidak boleh terlalu kasar. Dia hanya ingin dekat dengan kita. " Aku berkata dengan nada manja. Demi Tuhan aku ingin muntah mendengar suaraku sendiri.
"Tapi aku cemburu, Sweetheart. Aku tidak tahan melihat mata cantikmu dan bibir indahmu berbicara dengan pria lain. "
"Maafkan sikap suamiku
Aku memberikan tatapan menyesal pada Sasori dan Yugao. Sebaiknya aku pergi daripada, Aw. "Sasuke menarikku dari hadapan mereka. Dia melingkarkan tangannya ke pinggangku kemudian turun pada pantatku. Aku memekik saat merasakan remasannya di sana.
"Sasuke!" pekikku.
Dia hanya tersenyum lalu melihat ke belakang. Mata gelapnya bertemu dengan mata hazel Sasori. Sasuke memberikan seringai profokatif. Mereka bertatapan seolah siap saling membunuh.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Husband (Sasusaku Version)
FanfictionDemi mendukung perusahaan Sasori, Sakura terpaksa menikah dengan pilihan kekasihnya. Sedangkan Sasori yang merupakan Kekasihnya menikah dengan wanita kaya yaitu Yugao. Semua berbalik tanpa diduga, suami bayaran yang bernama Sasuke berubah menjadi pr...