Bab Empat Belas

7.6K 708 39
                                    

Suara langkah yang tergesa-gesa terdengar mendekat menuju ke bangsal Yugao. Tanpa melihat ke arah pintu aku sudah tau jika pemilik langkah kaki itu adalah Ino.

Dia mendatangi ranjang Yugao, lebih tepatnya ke arahku. Matanya sembab sebagai pertanda jika dia habis menangis.
"Oh, aku hampir mati karena khawatir. Saat anak orang-orang yang aku kirim tidak bisa masuk restoran, aku segera menghubungi mr Uchiha..."

"Ini mengerikan ya Tuhan mengapa aku begitu bodoh menyetujui rencanamu menemui sampah itu. "

Dia berbicara dengan nafas memburu. Aku sedikit tidak enak hati pada Yugao. Dia pihak yang paling terluka disini.

"Tenanglah Ino, Yugao butuh ketenangan. "

"Tenang? Lihat kondisimu... Wajahmu lebam, gaunmu robek. Beruntung Sasuke datang kalau tidak... Aku tidak dapat membayangkannya. "

Ino memelukku. Dia menangis. Inilah dia yang sebenarnya, sosok sahabatku, keluargaku dan saat ini menempati posisi penting di hatiku. Dia menyayangiku begitu pula aku.

"Ino, Yugao kehilangan bayinya karena menolongku. "

Dia langsung terdiam, mulutnya membuka kemudian melempar pandangan menyesal pada Yugao. "Aku sangat menyesal, maafkan sikap bar-bar ku. Kau pasti mendapatkan bayi yang lebih berkualitas lagi dengan penyumbang gen yang lebih baik dari sampah itu. "

"Ino... " aku memberi pandangan peringatan padanya.

"Okey, aku hanya tidak bisa membayangkan wanita sehebat dirimu bisa terjatuh pada pria seperti Sasori. Dan anehnya kau bukan satu satunya. "

"Aku menganggap itu pujian, " ucap Yugao. Dan aku cukup sebal disindir oleh Ino.

"Tentu saja, apa kau tau berapa banyak pria yang terpesona oleh kecerdasanmu?  sayangnya kau memilih Sasori yang menyebalkan. "

Sekali lagi Ino menunjukkan kemahiran bibirnya dalam berbicara. Dia pandai mengubah suasana yang agak tidak menyenangkan menjadi rileks. Kami berbincang selama beberapa menit sebelum Ino pamit.

"Baiklah, kami harus meninggalkanmu karena Sakura perlu diobati. "Ino berkata dengan tegas. Dia akan menjadi singa betina yang ganas jika menyangkut tentang diriku.

"Yugao, kau juga perlu beristirahat. Kami sudah menghubungi orang tuamu... " ucapku, "aku tidak ingin Sasori menemuimu saat ini. Kau perlu berpikir jernih, jadi ... aku rasa tidak menghubungi Sasori adalah keputusan terbaik. "

Yugao menerawang menatap langit-langit. Entah apa yang ia pikirkan. Kuharap dia bisa mengambil keputusan terbaik. Bagaimanpun aku tidak berhak mendikte -nya. Entah apa yang ia putuskan, aku harap menjadi keputusan terbaik baginya.

"Kau benar. "

Kami meninggalkan bangsal Yugao. Sasuke datang setelah mengurus administrasi rumah sakit. Seorang wanita berjas putih mengikuti langkahnya. Aku cukup terkejut ia datang tanpa diikuti sekertaris maupun asistennya.

"Kau perlu diobati. "

Dia menarikku ku ruang dokter yang bertag name Tsunade. Melihat wajah dokter yang berumur dan ramah mengaburkan ketakutanku pada rumah sakit.

Mata Sasuke tidak meninggalkanku. Dia mengawasi setiap langkah yang diambil dokter untuk mengobatiku. Kurasa mereka berlebihan. Aku yakin ini hanya luka luar karena pertarungan sengitku bersama pria itu.

"Aku akan membunuh Sasori! "

Tanganku menahannya agar tidak pergi. Dia mengernyit heran.

"Sasori sudah mendapatkan hukuman terburuk. Kehilangan bayinya adalah mimpi buruknya. "

"Mengapa kau yakin itu berpengaruh padanya?" Dari nadanya ia terlihat kesal.

"Sebab dia sangat menginginkan keluarga. Aku tau dia akan terpukul karena menjadi sebab bayinya hilang. " Dari dulu dia mencintai anak kecil.

"Aku yakin anaknya akan malu memiliki ayah seperti dia jika sempat lahir, " sinis Ino.

Dokter selesai memberikan perawatannya. Hanya sedikit luka goresan dan memar. Sasuke memang berlebihan. Aku bahkan bisa mengobati ini di rumah. Masalah sebenarnya bukan luka ini tapi apa yang akan aku lakukan pada Sasori. Sebagian perasaanku hilang akibat perbuatannya padaku.

"Ayo pulang, Angel. "

"Ikutlah bersamaku Ino. "

Ino menggelengkan kepalanya, dia tersenyum padaku, "Aku sangat ingin bersamamu tapi untuk datang kesini aku meninggalkan Temujin yang sedang casting. Jadi aku harus kembali ke lokasi. "

"Baiklah, hati-hati di jalan. "

Kami berpisah jalan dengan Ino. Aku masuk ke dalam mobil setelah melihat mobil yang dikendarai Ino menghilang dari pandangan.

Sepanjang perjalanan Sasuke hanya diam. Aku menyadarinya sebelum sampai ke rumah.

"Kau marah? "

"Melihatmu seperti ini apakah kau ingin aku tidak marah?"

Dia keluar, membanting mobil dan masuk ke rumah.

Well, dia benar-benar marah.

Aku mengekori langkahnya. Dia menuju bar mini kami dan menuangkan cairan berwarna keemasan di gelas.

Aku mendudukkan bokongku ke sebelah Sasuke duduk. Dia mengacuhkanku dan menikmati minumannya.

"Baiklah, peristiwa itu memang mengerikan. Aku tidak percaya jika sesuatu yang ingin aku pamerkan padamu karena ingin memutuskan hubungan dengan Sasori selamanya berakhir bencana. "
Mata gelapnya melirikku, cukup mengejutkan karena ada sorot dingin disana.

"Lari dari masalah bukanlah hal yang ingin kucoba. Dengan menghadapinya, aku ingin membuktikan jika Sasori benar - benar menjadi masa laluku..."

Sasuke meletakkan gelasnya. Dia memutar kursi dan menghadap ke arahku. Tangannya berada di bahuku, pipiku dan ibu jarinya membelai bibirku yang sedikit lebam.

"Kau terluka, Angel. "

Matanya gelapnya melembut. Aku bagai dianugerahi limpahan kasih sayang dengan sikapnya.

Ingat Sakura, hubunganmu dengannya hanyalah hubungan diatas kertas.

"Aku baik-baik saja. Ini hanya luka kecil."

"Baiklah, kau butuh istirahat setelah apa yang terjadi. "

Sakyra Pov End.

Normal Pov.

Di dalam penjara, pria itu tersenyum sinis ketika seorang pria mendekatinya. Dia nampak percaya diri akan bebas dari sini secepatnya.

"Mengapa kau begitu lama, Oboy. "

"Administrasi agak lama. Silakan...mobil anda sudah menunggu, tuan Raikage. "

Penjaga kepolisian membebaskan Raikage. Mereka berdua segera meninggalkan bangunan yang penuh dengan pria berseragam.

Di dalam mobil, Raikage mendengus, tangannya patah karena dihajar pria itu dan tulang rusuknya ada yang retak.

"Cari tahu siapa pria yang menghajarku, Oboy. Aku ingin namanya. "

"Kau tidak perlu menunggu, aku sudah mengetahui identitasnya. "

Mobil mereka berhenti di Nevada. Raikage tidak menyadari jika Oboy membawanya di tempat yang hanya berisi pasir ini.

"Kenapa kau membawaku ke sini Oboy. "

"Oboy? Sayang sekali aku bukan Oboy. "

Pria yang dikira Raikage , Oboy membuka topeng wajahnya sehingga menampilkan wajah asli pria itu. Raikage terkejut ketika melihat wajah asli Oboy.

"Kau... Kau. "

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia, baji*gan."

Dor.

Tbc

My Fake Husband (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang