Bab Tiga Belas

7.3K 701 37
                                    

Aku yakin Sasuke akan marah besar jika tau aku akan menemui Sasori. Tetapi pertemuan ini penting bagiku. Ini seperti sebuah pembuktian sekaligus balas dendam yang pantas aku perlihatkanlah padanya.

Aku duduk di depan meja riasku, memakai sepatu jimmy cho silver kesukaanku. Aku mengikat rambut pink ini dengan gaya side bun. Lalu memakai anting emas yang dihiasi berlian kecil berwarna hijau yang menjuntai hingga dagu. Gaun putih tulang selutut yang bagian depannya sampai ke leher menutup depan namun terbuka untuk memamerkan punggungku, disana dihiasi kristal swarloski. Aku yakin punggungku mampu memikat setiap orang yang melihatnya. Semua nampak sempurna.

Oh Tuhan, aku menyukai fasion. Lain kali aku akan berdandan untuk Sasuke. Untuk malam ini, aku harus melawan nuraniku untuk pembuktian diri pada Sasori.

Aku tersenyum menelusuri tangga untuk menuju pintu depan. Audi black dan Mr Jim menunggu disana. Aku sama sekali tidak menyembunyikan rencana pertemuan dengan Sasori. Sebaliknya, aku menginginkan Sasuke melihatku menjadi wanita tanggung yang akan memalingkan wajah dari Sasori. Wanita yang akan menatap dunia dengan harapan baru.

"Ke hotel Ucw, Mr Jim. "

"Dengan senang hati nyonya. "

Mobil itu bergerak. Aku menikmati tiap detik perjalananku menuju restoran di hotel itu. Sebelumnya aku memberi pesan pada Sasuke agar dia tidak salah paham.

Jimmy cho-ku menapak lantai. Sasori memilih restoran di hotel yang bagus untuk malam perpisahan kami. Dari sini aku mulai mengirim pesan pada Ino, ku harap orang-orangnya sudah siap untuk mengawasiku.

Kakiku melangkah melewati lobi dan menuju ruang yang dibatasi kaca yang cantik. Ketika aku masuk ke dalamnya, suasana eropa klasik menyambut para tamu yang hadir. Aku seperti berada di abad pertengahan.

Penjaga pintu restoran mengantarkan ke ruang dimana Sasori pesan. Ada rasa aneh ketika aku mendapatkan satu ruangan besar, mewah dan kedap udara. Tidak ada Sasori di sana hanya ada lantai beralas kasur dan pria setengah baya. Dia bertelanjang dada dan memegang segelas wine ditangannya.

"Siapa kau? "

Punggungku seperti disiram air dingin ketika menyadari jika Sasori menjebakku dan mengumpankanku pada pria tua ini.

"Sasori benar, kau sangat cantik. "

Sial...

Aku segera berbalik dan lari. Tapi orang itu menarikku dan memberikan tamparan mengerikan di wajahku. Aku terlempar ke lantai empuk itu dan meringis kesakitan. Pipiku berdenyut sakit.

"Dengar, aku tidak ada hubungannya dengan Sasori. Aku akan menuntutmu jika kau melecehkanku. " Kupaksakan kakiku untuk bangun. Jimmy cho aku lepas dan lempar ke pria itu.

Pria ini justru menyeringai. Dia nampak angkuh dan mesum.

"Aku akan menunggu untuk saat itu. Tetapi aku ingin bersenang-senang denganmu. Aku sudah membayar mahal untuk ini. "

Dia mencoba meraihku dan aku tidak tinggal diam. Kami bergelung hingga pada saat terakhir aku berhasil lepas dan membuka pintu. Saat pintu terbuka aku berteriak minta tolong. Lalu pintu itu tertutup kembali.

Rasa putus asa menghampiriku. Disaat seperti ini yang kupikirkan hanya Sasuke, rumah, tidur. Ada penyesalan mengapa tidak mendengar nasehat Ino hanya demi pembuktian konyol. Sungguh aku tidak menyangka jika Sasori, kekasihku sedari kecil mampu melakukan hal mengerikan ini padaku.

Brak

Sang penyelamat datang di saat kritis. Sayangnya bukan dia yang ingin aku lihat saat ini. Yugao menatapku terbelalak dan mulai mengambil salah satu kursi untuk dilemparkan ke pria itu.

"Wah, ada satu lagi wanita yang akan memuaskanku malam ini. Kau harus menunggu, aku akan menjinakkan wanita yang baru datang ini. "

"Lari! " teriakku sambil memegang gaunku yang berhasil ia robek.

Yugao memucat, dia akhirnya bergegas keluar namun terlambat. Pria itu berhasil membuatnya pingsan. Setelah itu pria paruh baya itu melihatku. Tangannya mengunci pintu dan menuju ke arahku.

"Kita lanjutkan sayang. Aku belum memasukimu. "
Aku bergetar ketakutan, kini fokusku terbelah antara keselamatanku dan Yugao. Seharusnya dia tidak terlibat dalam masalah ini.

Deg
Deg
Deg

Duaagh...

Kali ini pintu terbuka lagi dengan suara yang mengerikan. Sasuke datang dengan ekspresi mengerikan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dia merangsek maju dan menghajar pria itu. Namun nampaknya pria itu mempunyai bela diri yang bagus. Terjadi pertempuran sengit diantara mereka yang diakhiri dengan suara patah tulang yang mengerikan.

Pria tua itu pingsan, mulutnya mengeluarkan darah. Aku tidak yakin dengan kondisinya dan tidak perduli. Polisi datang dan mengamankan pria itu.

Sasuke mendekatiku dan memelukku erat. Aku menangis dipelukannya. Baru aku ingat jika Yugao ada di sini. Aku segera mendatanginya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang tidak ingin aku lihat.

Dia mengalami pendarahan. Hatiku semakin diremas dengan rasa bersalah.

"Tolong dia Sasu! " teriakku histeris sambil menahan tangis. Oh Tuhan mengapa ini harus terjadi padanya.

.

.

.

"Ini salahku, aku merasa sangat buruk. Yugao lagi-lagi terluka karenaku. "

Kami berada di rumah sakit. Yugao masih menjalani perawatan intensif.

"Ini bukan salahmu. "

Perasaan ini bisa membunuhku perlahan. Yugao memiliki hati yang baik, dia bahkan tidak tau jjka wanita yang ia tolong mencoba memanfaatkannya.

Sasori... Aku tidak percaya akan sangat membencinya seperti ini.

Dokter keluar. Dia berbicara dengan Sasuke sementara aku masuk dan melihat Yugao. Dia memiliki senyum di wajahnya meskipun pucat.

"Hai, " sapaku. Aku menuju ke arahnya dan segera terisak.

"Aku tidak bisa berkata apapun, aku merasa sangat jahat. Maafkan aku, aku menyesal. "

"Aku memaafkanmu. "

"Tidak, tidak, kau tidak mengetahui kebenaran tentangku--aku begitu jahat. " Oh Tuhan, aku tidak mampu melanjutkan ucapanku.

"Aku tau. "

Jawabannya membuatku terkejut. "Aku tau segalanya, masa lalumu, Sasori dan kejadian malam ini. "

"Apa? " Mataku terbelalak menatapnya.

"Seharusnya aku yang minta maaf karena merebut Sasori darimu. " Dia menghela nafas.

"Aku mendengar percakapan Sasori dengan pria tua itu, oleh karena itu aku datang untuk menghentikannya. "

"Tetapi aku harus kehilangan bayiku. Maka tidak ada lagi alasan aku mempertahankan Sasori. "

"Kau terlalu baik Yugao. " Dia memelukku, " Sasori seharusnya bersyukur mendapatkan dirimu. "

"Dia pria bodoh... Dan buta. "

Kami kemudian berbincang-bincang seperti teman lama. Dari percakapan kami aku merasakan betapa cerdas wanita ini.

Tbc.

My Fake Husband (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang