Chapter 1

297 41 12
                                    


Sampai kapanpun kita tetap sahabat
Entah itu berjarak ataupun tidak

-Fino Bramasta

"Nat!"

Mendengar namanya dipanggil Nat menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara , Nat celingukan karena tidak mendapati suara seseorang yang menurutnya tidak asing , Nat berputar sampai dia menemukan seseorang yang benar benar tidak asing dengan wajah seseorang yang memiliki mata cokelat terang yang terlihat jelas walaupun dari kejauhan . dia mematung sembari melambaikan tangannya didepan mading fakultas ekonomi .

"Fino?"

Nat berlari dan menghambur ke dalam pelukan fino "fin, gue kangen tauk"

"Iya gue juga, lo tetep aja centil ya haha" fino tertawa lepas , mengingat perlakuan sahabatnya ini yang masih kekanak kanakan , fino melepas pelukannya dan mengajak Nat untuk duduk di kursi panjang yang berada di sampingnya.

"Gue tau dari meli katanya lo kuliah disini , tapi selama satu semester gue gak pernah ketemu lo" ujar Nat seraya menatap sahabatnya yang sedang asyik bermain rubik, Nat tahu sahabatnya ini kayak permen karet dengan rubik, lengket dan gak bisa dipisahkan.

"Mungkin dari dulu kita beda jam kuliah jadi gak pernah ketemu, lo juga gak pernah hubungin gue sejak pelulusan " ujar fino , namun matanya tetap fokus terhadap rubik dan sesekali melihat kea rah Nat

"Iya juga sih, hmm , yang itu , gue ubah seluruh kontak gue fin, dari mulai nomer ponsel dan sosmed semuanya gue ganti"
Fino berhenti sejenak dan mengangguk pelan. Dia paham alasan sahabatnya tentang itu semua.

"Yaya gue paham , pasti dicky kan?" fino menghentikan sejenak permainan rubiknya dan menatap dalam ke mata Nat .

"Lo harus lupain dicky Nat " Fino memegang bahu Nat lembut melihat gadis itu menunduk mendengar nama dicky disebut.

Disini ada gue Nat, lo gak pernah ngeliat gue!

Fino membatin

"Iya fin, gue lagi berusaha , gue udah ngelakuin dengan cara apapun yang bisa gue lakuin "Nat menunduk mengingat tidak semudah itu lupain orang yang pernah hadir dan menjadi orang special dihidup lo, itu sangat sulit.

"Lo tidak harus melupakannya seratus persen itu gak akan bisa,lo hanya perlu membiasakan diri tanpa dia, lagian dia juga ada di belahan dunia yang beda dari kita, jadi menurutku lo juga akan lebih mudah melupakannya dengan cara seperti itu"

"O iya Nat gue ada janji ntar lagi , gue tinggal dulu ya , nanti hubungi gue kalo butuh sesuatu.

"Gue juga ada kelas kok. Sampek ketemu nanti ya" Nat melambaikan tangannya ke arah fino dan bergegas menuju kelas yang telah tertera di jadwal matakuliahnya.

Fino paham sejak kepergian dicky Nat menjadi berubah apalagi masalah hati , sangat sulit buat nat untuk menerima orang baru , bahkan diwaktu dicky baru pergi pun Nat tidak henti-hentinya mengirimi dicky email walaupun email itu tidak akan dibaca apalagi dibalas oleh dicky, dengan perubahan Nat yang begitu drastis , padahal baru sekitaran 7 bulan mereka tidak bertemu dan fino mendengar segala usah Nat buat ngelupain dicky dengan segala macam cara,
semoga lo bener-bener bisa lupain dicky Nat ! batin fino.

***

I love it when you call
Me senorita
I wish I could pretend I didn't need ya

Nada dering yang menandakan ada panggilan masuk di handpone fino, dengan malas fino meraih hp yang sedari tadi diletakkannya di sebelah tumpukan buku,

"halo?"

"ini gue fin, Nat , gue minjem hp ke ayah soalnya punya gue gak ada pulsanya"

Fino tertawa pelan

"ya gapapa, kenapa lo nelvon malem malem?
"gue pengen cerita sesuatu , lo bisa kerumah gak?"
"oke, tunggu sebentar ya"

Klik!

fino langsung menutup telvon dan beranjak dari Kasur meraih jaket tebal agar angin malam tak dapat menusuk kekulitnya, setelah beberapa menit akhirnya fino sampai di depan rumah dengan dinding bercat biru muda dengan eksterior rumah serba biru dan pagar merah tua yang menjulang tinggi . fino langsung dibukakan pintu oleh salah satu satpam depan karena seluruh keluarga sudah mengenal baik siapa fino, dan orang tuanya sudah mengaggap fino sebagai anak sendiri, jadi, walaupaun bertamu malam malam , orangtua Nat tidak akan melarangnya.

"fin!"

Nat melambaikan tangannya dari teras lantai 2 dengan sigap Nat berlari menuju lantai bawah dan menuruni tanggan dengan cepat , sesampainya di teras bawah , Nat ngos ngosan hingga membuat fino tertawa kecil dengan kelguean Nat yang sama sekali tak dewasa menurutnya , Nat langsung menarik tangan fino kearah taman belakang .
Selang berapa menit taka da pembicaraan apapun diantara mereka , hanya hening dan angin yang mengisi pendengaran mereka

"sebenarnya lo mau cerita apa Nat?" fino angkat bicara sambal membenarkan posisi duduknya menghadap Nat,

"..."

"Nat?"

"tunggu dulu gue lagi siap siap"

Nat mengerutkan alisnya, pertanda fino harus sabar menunggu selama apapun Nat menyuruhnya menunggu.

"oke oke, " fino bersandar ke kursi dan mulai memandangi kolam yang begitu tenang lalu menengadahkan kepalanya ke langit.

"fin, tadi dicky mutusin gue" Nat memjamkan mata tak kuasa untuk membendung air matanya lagi ,

"kok bisa? Kalian ada masalah?"

Nat menggeleng

"gak tau juga fin, kita gak punya masalah kok tiba tiba dia menghilang selama beberapa hari, dia jarang ngabarin gue fin, gue ditinggal gitu aja, pas kemaren gue ketemu dia di indomaret dia bareng cewek , entah itu siapanya gue gak sempat nanya" ujar Nat seraya menundukkan kepalanya sedikit.

"lo langsung minta putus ? lo kan belum tau itu siapa, Siapa tau dia sepupunya atau saudaranya?"

"Nggak fin gue gak langsung mutusin dia, gue minta penjelasan tentang mengapa dia ninggalin gue tanpa kabar padahal dia lagi online tapi gak nge read pesan dari gue, dia bilang dia sibuk, apa susahnya coba ngejelasin padahal gue Cuma nanya gitu doang dan tentang cewek yang dia bawa dia Cuma bilang teman. Dan tadi pagi gue minta ketemu sama dia , dan gue minta penjelasan lagi tentang perubahan sikapnya , dia gak menjawab apa-apa dia langsung berbalik tanpa menjawab sepatah katapun, ,"
Nat mengambil Nafas dan menghembuskannya pelan.

"dan dia bilang kita putus aja soalnya dia tidak mau ngeliat gue nangis lagi, dia bohong fin bohong, pasti dia udah nemuin cewek lain"
Nat menangis sambil memukul-mukul bahu fino, baginya fino adalah tempat ternyaman untuknya mencurahkan apa yang jadi masalahnya.
Nat menangis sesenggukan.
"Sudah?" Tanya fino sembari menghapus air mata Nat yang sudah mulai mengalir
Nat mengangguk .
"Lo gak pantes nangis buat cowok kayak dicky, percuma Nat dia cowok gak punya hati,"
"...."Nat semakin terisak,
Fino menarik Nat kedalam pelukannya dan mengusap rambut Nat yang diurai panjang sepinggang
"Udah Nat, lo punya gue, gue bakal nemenin lo Nat, kapanpun dimanapun, lo itu sahabat gue Nat entah itu berjarak atau tidak"

"Makasih fin, "Nat melepas pelukannya dan tersenyum kearah fino ,

Fino mengacak acak foni Nat "jangan nangis lagi, lo lebih cantik kalo senyum" . Nat mengulun senyumnya lagi seraya mendorong bahu fino menjauh .

***
Jika ada typo mohon kasik tau.  kritikan dan sarannya juga guys . Buat perbaikan
Terimakasih. @nkphie

Amico Mio ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang