Chapter 3

79 26 5
                                    

Gue bingung!
Harus menyikapi kenangan kita
Seperti apa?

-Natanhia erwell

Dulu kita bagaikan sepasang sandal jepit. Sederhana. Namun selalu bersama untuk selalu melangkah. Bagaimana pun sakitnya batu yang akan menghadang perjalan kita . kita akan melewatinya. Sampai suatu hari kau memutuskan satu dari dua sandal yang beriringan.

Kini gue tertawa. Omong kosong. Ternyata semua itu hanya sebuah kalimat yang setiap orang bisa mengucapkannya sekaligus dengan gampang pula mengingkari semua itu. Kata-kata yang hanya seperti jembatan. sengaja dibangun dan kapan saja bisa kita robohkan. Hidup hanya kebohongan yang berulang-ulang. Tak ada yang pasti.

Saat itu, setelah beberapa hari perkenalan yang tak sengaja, rindu-rindu bermunculan dan berujung di sebuah rumah cokelat dimana tempat itu adalah tempat dimana kita pertama kali bertatapan lalu jatuh cinta di sebuah malam yang kusesali sekaligus kusyukuri karena bertemu denganmu.

Karena kebiasaanku setiap hampir setiap waktu luang menghabiskan waktuku disana , apalagi kita satu sekolah itu sangat memudahkan interaksi dan komunikasiku dengan dicky, Sangat singkat, karena kenyamanan satu sama lain. Mulai saat itu kita selalu menikmati sore berdua di beranda rumah cokelat ini. Gue selalu memilih menatap matamu yang temaram dari pada menikmati minuman yang tersaji di depan kita. Tak bosan kita berjanji-janji tentang setia. Namun, tak lama ketika tiba tiba sifatmu sudah tak sehangat cokelat original yang sering kupesan melainkan sedingin es cokelat yang selalu menemanimu duduk menghabiskan waktu di beranda rumah cokelat.

Semuanya berubah kau memilih meninggalkanku yang tetap mematung menatap kepergianmu setelah beberapa lama hanya diam yang kita ciptakan. Lalu kau berlalu meninggalkanku hingga satukatapun tak dapat keluar hanya untuk menahanmu disini.
Kau selalu mempunyai tempat itu, entah seberapa keras kau menyuruhku pergi gue percaya ada sesuatu yang menahanku disini, tapi itu dulu , sekarang semuanya sudah kurelakan dengan ikhlas bahakan sangat ikhlas, dicky

***

Clara mendatangi kursi nat dengan wajah yang berbinar-binar entah ia sedang memenangkan kompetisi apa sampai wajahnya sumringah seperti hari ini.

"Nat dengerin gue dulu" Ujar clara seraya menarik kursi di sebelah nat. dan sedikit mengguncang-guncang bahu nat.

"Hmm?" gumam Nat yang masih sibuk mencoret coret buku tak jelas.

"Lo tau gak UKM kita mau ngadain acara camp gitu "

"Terus?" Nat masih tak memperhatikan wajah sahabatnya yang terlanjur girang tersebut.

"Yah. Lo wajib ikut oke " Ujar clara seraya meninggalkna sahabatnya yang masih terheran heran dengan apa yang membuat clara sebegitu ngebetnya. Nat memutar bola matanya malas. Entah mendengar sebuah kegiatan yang akan menghabiskan tenaganya ia sudah tidak bertenaga. Ia hanya melirik clara sebentar dan kembali memalingkan wajahnya dan melanjutkan kegiatannya mencoret-coret kertas

Plugg!

Telepon Nat berbunyi notifikasi pesan masuk, dirogohnya telepon dari dalam tasnya.

ClaraAristy
Dan lo tau? PRESMA yang cakep itu bakalan ikut juga loh. Rugi kalo lo gak ikut.

Send
Read

Ternyata ini yang membuat clara begitu bersemangat untuk ikut camp.
Gumam Nat dalam hati sambil menggelengkan kepalanya.

NatanhiaErwell
Gue mikir dulu, masih lama kan?

Send
Read

ClaraAristy

Okelah , lagian pamfletnya belum disebar , gue Cuma denger dari Mas Alga dia kan salah satu panitianya gitu
Lo harus ikut Titik,

Amico Mio ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang