Say Goodbye or not?
-Genka Pati
"Gen ada yang mau gue omongin" Nat menatap lekat kea rah genka mengharap cowok didepannya tidak memarahinya habis-habisan.
"Gen? Sejak kapanl o manggil gue dengan panggilan gen?" Genka menaikkan sebelah alisnya lalu menyeruput kembali cokelat panasnya.
"Ihh. Gue serius, dengerin dulu"
Genka menganggukan kepalanya."Gue bakal kuliah di italia"
"Oh. Terus?"
"Ya gue kuliah disana mungkin sampek s2"
"Jangan bercanda gak lucu nat."
"Gue serius, Gue dapet beasiswa pertukaran pelajar disana"
"Kapan lo mau berangkat" Genka menghentikan kegiatan minumnya lalu melipat tangan untuk menopang dagunya . dan mulai menatap nat dengan serius
"Besok"
Nat menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena memilih mengorbankan perasaannya dan melepaskan genka untuk beasiswa yang ia inginkan sejak lama.
"Kenapa lo baru memberitahu gue sekarang?"
"Gue takut gen"
Nat semakin menundukkan kepalanya, ia tguet genka semakin marah padanya.Genka memilih tetap tenang dan menahan emosinya, ia tahu alasan nat. ia akan menerima segala keputusan nat jika itu akan membuat nat bahagia. Genka tidak akan melarangnya.
"Gue terima keputusan lo nat,lo gak usah takut" Genka mencoba mengulaskan senyum, walaupun itu sulit buat seorang genka yang biasanya marah jika ada keputusan yang terencana sebelum ia mengetahuinya.
Nat mendongakkan kepalanya mencoba menatap genka yang menurutnya sedang dalam keadaan tenang jika disengar dari suaranya.
"Lo gak marah?"
"Buat apa gue marah nat. selama itu membuat lo bahagia. Kenapa tidak?"
Genka menggeleng lalu mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum kea rah nat.
Nat tersenyum melihat genka yang benar-benar sudah berubah . ia yakin genka akan baik-baik saja selama ia ada di italia, ia yakin itu.
"Gen makasih udah nganterin gue pulang"
"Iya sama-sama . langsung tidur ya peri kecil besok kan mau berangkat" ujar genka seraya mengelus rambut dan pipi nat "Inget jangan mimpi indah, mimpiin gue saja" Lanjutnya.
"Tapi Gen-"
Genka tidak mendengarnya ia langsung menaiki motornya dan melaju kencang meninggalkan rumah nat.
Genka terbangun dari tidurnya ia ingat hari ini nat akan berangkat ke italia , dengan gerakan cepat ia mengambil handuk dan melesat ke kamar mandi dengan cepat, setelah selesai dengan terburu-buru ia mengambil setelan baju santai dan menata rambut seadanya. Lalu mengambil kunci motornya yang tergeletak di atas meja.
Ia menaiki motornya dengan kecepatan tinggi ia tguet tidak bisa melihat nat untuk terakhir kali sebelum nat berangkat ke italia. Ia tahu ia bisa video call, tapi itu tidak nyata, menurutnya 4 tahun yang akan dilaluinya itu akan sangat lama tanpa kehadiran sosok nat.
Ketika Ia sampai didepan rumah dengan eksterior biru yang mendominasi , ia sedikit terkejut kala melihat rumah itu dalam keadaan sepi, ia gusar. Lalu mencoba merogoh sguenya untuk menelfon natha .
Namun, nihil karena kecerobohannya ia lupa untuk membawa ponselnya. Tanpa pikir panjang dan Dengan gerakan cepat ia menaiki motornya kembali dan melajukan motornya menuju bandara.Dan bodohnya lagi kemarin ia tidak sempat menanyakan jam berapa penerbangan nat. Bodoh.
"Penerbangan ke italia untuk hari ini jam berapa ya?"
"Maaf mas. Penerbangan ke italia sudah berangkat pada jam 6.30 pagi tadi" Ucap seorang pegawai yang bertugas di bagian pembelian tiket.
"Makasih bak" Genka berbalik sembari menekuk wajahnya. Ia terlambat untuk menemui nat terakhir kalinya. Ia bodoh tidak menanyakan jam berapa keberangkatannya. Ia tidak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri. Dengan langkah gontai genka kembali menaiki motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Semuanya sia-sia menurutnya nat telah pergi dan genka belum mengucapkan selamat tinggal.
Tunggu, kenapa nat tidak menelfonku atau apapun untuk sekedar mmemberi kata selamat tinggal,
Oiya gue belum sempat melihat ponselku sejak tadi malam.Genka menggeleng-gelengkan kepalanya ketika menyadari beberapa kecerobohan yang dilakukannya. Ia piker nat pasti akan sangat marah karena genka tidak datang untuk mengantarnya ke bandara. Bukan karena sengaja genka lupa menghidupkan alarm . sehingga ia bangun kesiangan.
Genka memarkir motornya sembarang lalu melangkah menuju ke dalam rumahnya.
Ia memencet tombol on pada remote tv untuk sekedar memberikan kebisingan di rumah yang ia piker terlalu sepi untuk ukuran rumah sebesar itu.Ia merebahkan badannya di Kasur sofa mencoba menghilangkan kekesalannya kepada dirinya sendiri .
Ia terlonjak mengingat ia harus melihat ponselnya siapa tahu nat mengiriminya pesan atau mencoba menelfonnya dari tadi malam,
Dengan gerakan cepat ia menaiki tangga ke lantai dua dan melesat masuk ke dalam kamarnya, ia mencoba mengingat-ngingat dimana terakhir kali ia meletakkan benda pipih tersebut.Ketika ditemukannya ia langsung mencoba menghidupkannya dan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Amico Mio ( COMPLETED )
Teen FictionNathania Erwell Menurutku cinta hanya sebuah fiksi dalam novel yang selalu orang bilang sebagai poros kehidupan, menurutku cinta itu gila , ketika semuanya datang secara tiba-tiba. Tiba-tiba orang dimasalalumu datang. Dan orang yang mengaku sebagai...