Chapter 21

34 13 2
                                    

Tuhan selalu meberikan kejutan
Baik itu sebuah kehadiran ataupun kepergian

Genka pati

Genka mematung melihat siapa yang sedari tadi mengetuk pintu rumahnya. Seorang pria paruh baya bersama seorang wanita yang ia yakini istrinya dan Fino? Buat apa dia kesini?.

Genka memutar matanya malas entah apa yang mereka inginkan pagi-pagi seperti ini.

Sejenak lalu laki-laki paruh baya tersebut memeluk genka dengan gerakan cepat genka melepasnya. Ia tidak mengetahui perihal siapa orang didepannya kali ini.

"Ini papa gen, Kamu udah besar sekarang."

"Papa? Apa aku punya papa? Setelah puluhan tahun ditelantarkan dan sekarang bilang kalau anda itu papa saya. Itu begitu absurd kan?" Ujar genka setelah napasnya sempat tercekat menahan deru nafas berat.
Belum sempat ia berkata seorang wanita yang sedari tadi hanya mematung kini giliran memeluk genka, ia tidak dapat mengelak ia benar-benar merindukan pelukan orang tua kandungnya sendiri dan sekarang ia sudah mendapatkannya. Namun, ia ingin tahu apa alasan orangtuanya menelantarkannya selama 20 tahun.

"Maafkan kami gen, kami salah"
Genka tak merespon . pelukan seorang ibu memang bisa menenangkan hati siapapun . pelukan yang hangat tulus dan benar-benar menenangkan.

Hati genka luruh mendengar isak tangis maria . nafasnya tercekat walupun hanya ingin menelan ludah rasanya sangat susah lidahnya jadi kelu.

Ini yang memang genka inginkan bertemu keluarganya dan hidup bersama mereka.
Tuhan terimakasih untuk hadiahmu yang ini. Engkau selalu tahu apa yang hambamu inginkan.

***

"Mama ke dapur dulu sama fino"Maria melenggang meninggalkan genka dan andi di ruang tamu.
Genka hanya mengangguk lalu menoleh kea rah andi yang masih berkutat dengan ponselnya sedari tadi.

"Pa!" Genka memberanikan diri. Walaupun akan terasa asing ada seseorang yang ia panggil papa.
Andi menjelaskan perihal fitri ibu kandung dari genka yang meninggal setelah melahirkan genka. Waktu itu andi kebingungan untuk merawat genka sedangkan andi menjadi single parent setelah kematian fitri disaat yang bersamaan pula perusahaan yang ia jalankan sedang dalam masa kebangkrutan, orangtuanya memintanya untuk pergi ke amerika dan mengurus perusahaan yang berada disana sedangkan disana ia tidak mungkin merawat seorang anak sendirian dengan berbagai kesibukan yang akan dijalaninya. Alhasil, dengan sangat terpaksa andi menitipkan genka kepada ira. Andi berjanji akan kembali setelah perusahaanya kembali normal. Namun, bukannya semakin normal perusahaan yang ia jalankan mengalami degradasi yang cukup parah dan andi sempat frustasi sampai teman dari ayahnya menawarkan sebuah bantuan untuk membangun kembali perusahaan tersebut dari awal. Namun, dengan syarat andi harus menikahi putrinya yang bernama maria. Ia sempat ragu untuk menerimanya mengingat ia masih mencintai fitri istrinya. Namun, dengan pemikiran yang matang ia tidak bisa egois ia harus memikirkan masa depannya . ia menerima tawaran tersebut dan menikah dengan maria.

Genka mengangguk-ngangguk mendengar penuturan dari andi. Lelaki dengan rahang kokoh mirip dengan genka dimasa tua. Mungkin, Genka menatap mata andi seraya memperhatikan kerutan-kerutan yang sudah tergambar jelas di sekitarnya. Semuanya menggambarkan betapa beratnya beban yang ia pikul. Apalagi Berapa lama ia harus bersama dengan orang yang tidak ia cintai. Sama sekali

Papa.!

"Ini minumannya. Ayo dicoba dulu ini mama yang buat loh dibantuin fino" maria datang dengan fino dari arah dapur membuat pembicaraan antara andi dan genka terhenti
Maria meletakkan jus yang ia pegang di hadapan genka dan andi. Genka hanya tersenyum lalu menegak minuman yang disuguhkan maria . ia merasa sesak dengan seribu pertanyaan di otaknya yang bersiap-siap untuk meledak.

"Gue gak nyangka ternyata kita saudara walaupun gak sekandung"

"Dunia ini terlalu sempit buat kita fin" Ujar fino masih tetap memandang lurus ke arah taman belakang.

"Dan juga kita sama-sama mencintai satu wanita"

"Maksud lo?" Fino terkejut dengan apa yang dikatakan genka.

"Iya, natha pernah cerita kalo lo ngungkapin perasaan lo ke dia , tapi lo malah bilang gak mau balasan perasaan. Jadi lo ngungkapin semua itu buat apaan? Lo malah ngejauh setelah itu " Ujar genka enteng tanpa melihat raut wajah fino yang kini menunjukkan kebingungan.

"Jadi lo tahu semuanya?"
Genka hanya mengangguk lalu menenggak minuman yang ia ambil dari kulkas.

"Sebenarnya gue udah suka dia dari SMA, tapi dia punya pacar waktu itu. Pas putus aku rasa itu waktu yang tepat buat gue dapetin hati dia. Tapi, dia belum bisa ngelupain mantannya sampai kita bertemu lagi di kuliahan. Gue gak pernah nanya dia mau kuliah dimana . begitupun sebaliknya. Tapi, nasibku memang tidak pernah beruntung ia sudah pacaran dengan lo sebelum bertemu dengan gue" Tutur fino panjang lebar. Seraya mengangkat kedua alisnya dan tersenyum ke arah genka.

"Yang kejadian di parkiran itu?" Genka menoleh ke arah fino.
Fino mengangguk, membenarkan ucapan genka.

"Padahal waktu itu gue Cuma ngaku-ngaku" Genka ketawa terpingkal-pingkal.

"Jadi lo bohongin gue?" Fino melotot ke arah genka.

Genka mengangguk seraya terus ketawa melihat wajah fino yang mulai geram ketika mengetahui genka telah membohonginya.

"Tapi itu dulu fin, sekarang kita udah jadian beneran. "

"Gue udah tau kali" Ujar fino seraya beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan genka di balkon atas rumahnya.

Amico Mio ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang