Chapter 5

60 23 3
                                    

Sedang terjebak di satu waktu
Dimana hati menuntut untuk maju
Dan pikiran meminta mundur
-Fino Bramasta

"Kita mau kemana ka?"
Tanya Nat ketika sudah sampai didalam mobil. Sejenak dia melihat ke arah Genka.
Genka hanya mengangkat bahu. Lalu mulai menjalankan mobilnya menuju tempat yang Nat pun tidak tau mereka akan kemana. Sampai mobil melaju membelah jalan raya .
"Ini rumah siapa Ka?"
ujar Nat ketika ia melihat sekeliling dan mulai mengerutkan dahi karena yang ia sadari mobil Genka masuk kedalam pekarangan rumah yang tidak ia kenali.

"Turun!"
Genka masih tak mejawab pertanyaan Nat.
Dia malah menyuruh Nat turun dan memasukkan mobilnya kedalam garasi . setelah mobil pas berada di dalam Genka keluar dan menarik tangan Nat untuk masuk kedalam rumah tersebut.

Tidak ada yang terlalu mewah di dalam pekarang runmah ini.dengan bangunan berlantai dua dengan tambahan sebuah taman kecil di pojok kanan halaman ini lebih ke kesan asri dari pada megah . tapi menurutnya arsiteknya sangat bagus Karena mendominasi semua bangunan beserta pagarnya berwarna putih bersih . seperti menampilan istana putih presiden. Hehe

Lamunan nat terbuyar ketika jari jemari genka perlahan mulai menggenggam tangan nat. setelah pas genka melirik kea rah nat dan tersenyum.
Nat kikuk dan tetap menatap genka dalam posisi menengadah dan menganga.

Genka mengajak nat masuk kedalam rumah tersebut. Didalamnya pun hanya berisi foto genka waktu wisuda sejak taman kanak-kanak sampai SMA. Tidak ada foto keluarga. Dan ada juga foto genka bersama seorang wanita yang nat yakini itu adalah ibunya. Lalu, apakah genka tidak mempunyai ayah?
Nat hanya mengidikkan bahu seraya berbicara dengan hatinya sendiri.

"Genka sudah pulang?"
seorang wanita paruh baya keluar dari sebuah kamar di sebelah ruang tamu dan tersenyum melihat Genka datang.

"Hmm" jawab Genka singkat tanpa melihat kea rah wanita yang Nat yakini adalah orang tua Genka . Nat hanya tersenyum kea rah wanita itu sebentar sampai Genka menariknya lebih kencang menuju ke sebuah kamar di lantai dua.
"Apaan sih Ka!"
suara Nat meninggi , lalu melepaskan genggaman tangan Genka yang membuat pergelangan tangan Nat memerah.

"Maafin gue Nat, gue gak bermaksud gue-"

"Sebenarnya mau lo apa Ka?" Nat mendongak mencoba menatap lurus ke mata Genka.

"Gue minta maaf Nat"
Genka menarik Nat kedalam pelukannya dan mengangkat wajah Nat lurus menatap Genka, lalu Genka menundukkan kepalanya mencoba merasakan aroma mint dari Nat yang selalu menjadi khasnya dan Genka menyatukan dahinya dengan dahi Nat hingga Genka bisa merasakan hembusan Natas Nat yang hangat

"Ka gue bener-bener gak ngerti maksud lo" Nat mendorong Genka Dia menangis ? kenapa
"Ka , lo kenapa?"

"Jangan tinggalin gue lagi Nat "

"Ka, sumpah gue bingung, kapan gue ninggalin lo?"

"..." Genka tak merespon hanya terus mengusap usap rambut Nat
"Udah cukup, mungkin lo belum siap buat cerita. Gue gak maksa lo cerita sekarang kok " Nat melepas pelukannya dan tersenyum kea rah Genka

"...."

"Ishh, dasar cowok blagu. Dari tadi gue ngomong gak direspon"
Nat menjewer telinga Genka yang membuat Genka meringis kesakitan sambil memegangi telinganya yang sudah agak memerah karena kulit Genka yang putih menyebabkannya rentan .

"...."
Genka tak merespon lalu memandang wajah Nat lekat dengan air mata yang masih mengalir

***

"Genna ka, Genna."ucap seorang gadis dengan tergopoh-gopoh
"Kenapa dengan Genna"Tanya Genka dengan nada yang meninggi
"Dia ada dimana?"
gadis itu tak merespons lalu menarik tangan Genka menuju sebuah kelas di lantai 3 .
Setelah sampai Genka menemukan Genna telah tergeletak lemas di bangku deretan nomer dua .
"Genna!" Genka berlari kearah Genna dan mengangkat wajahnya yang ditutupi oleh rambutnya.

Amico Mio ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang