Online Mentoring Jurusan Komedi
Tanggal: 12 Januari 2020
Materi: Sharing Seputar Menulis Komedi
Pemateri: Icha_rizfia••••••••••••••••••••
PERKENALAN••••••••••••••••••••
Kenalkan, saya gadis remaja beberapa tahun lalu. Alhamdulillah sudah punya jodoh dan gadis 6 tahun. Tinggal di Samarinda dan Nganjuk, tergantung situasi dan kondisi. Sekarang, dipercaya jadi member WWG dan berdiam di jurusan komedi. Numpang baring-baring juga di jurusan lain.
••••••••••••••••••••
MATERI
••••••••••••••••••••Hem, kita mulai saja dengan ... menurut kalian susah nggak menulis komedi? Suka nggak sama genre tersebut?
Peserta 1: Suka bacanya, nggak bisa bikinnya, Mak.
Peserta 2: Gampang-gampang susah, Mak.
Peserta 3: Suka genre komedi, tapi susah menulisnya. Kurang mendapatkan feel-nya.
Peserta 4: Bikinnya kayaknya susah, Mak, soalnya menurutku kalo gak sampe buat orang ketawa atau minimal senyum-senyumlah bacanya. Komediku kuanggap gagal, hehe.
Hem... pada banyak yang suka baca, tapi susah prakteknya. Padahal, bikin orang tertawa itu ya ... susah juga.
Inti sebuah komedi adalah hiburan yang menyenangkan. Minimal membuat tersenyum. Tapi, jangan jadi acuan ... bahwa membuat pembaca tertawa adalah kesuksesan sebuah banyolan.
Tidak! Karena selera humor setiap orang itu berbeda, Genk. Kayak aku sama kamu yang pakek tali beha beda merk sekarang ini. Nggak bisa dipaksain.
Peserta: Berarti komedi tidak harus membuat orang tertawa?
Pada dasarnya, bukan membuat orang tertawa. Tapi ... menghibur.
Sifat alamiah manusia saat penat adalah mencari hiburan. Ia akan duduk diam sambil merenung, membaca, nonton, asal merasa terhibur. Sama kayak komedi yang punya prinsip menghibur. Tapi bukan wanita penghibur loh ya.
Bikin cerita yang menyenangkan orang emang susah-susah gampang. Selalu muncul perasaan ... bikin ketawa nggak ya? Lucu nggak nih? Garing ya?
Lupakan dulu semua itu. Mulailah dengan menghibur diri sendiri agar orang lain juga merasa terhibur.
Misal gini: habis putus sama pacar yang ternyata selingkuh. Sedih dong pasti, apalagi lagi sayang-sayangnya.
Jangan luapkan dengan emosi. Pengen bunuh diri, mau lompat dari Monas, atau bobok di tengah jalan pas macet. Tapi, mulailah dengan 'mentertawakan' nasib sial/sedih kita untuk orang lain. Konsep ini diterapkan di buku-buku Raditya Dika. Konsep tentang nasib jomblonya yang dijadiin bahan tertawaan.
"Duh, nyesek nggak sih, jagain jodoh Bapak gue. Bertahun-tahun gue suapin mantan, cuma buat diajak Bapak gue ke pelaminan."
Lalu, komedi sendiri ada banyak macam.
Ada humor pergaulan. Humor yang biasa kita gunakan saat lagi nongkorng. Banyolan receh yang mengandung ghibah, bahas mantan, atau nasib apes kita.
Ada lagi humor personal. Ini biasanya mentertawakan diri sendiri. Misal, bangun tidur ngaca. Ketawa ngakak, ternyata ada bercak pulau di pipi.
Ada juga humor lakuan, semisal lawak di TV atau ludruk.
Dan ... humor yang ditujukan untuk menyindir
Terakhir, tips membuat lawakan:
Karena aku juga bukan master komedi, bukan pelawak, juga bukan stand up komedian, jadi ini cara aku sendiri buat menulis humor yang sering garing juga.
Tapi sebelum itu, bisa lempar pertanyaan dulu, ya.
••••••••••••••••••••
TANYA-JAWAB
••••••••••••••••••••Q1:
Bagaimana agar komedi kita tidak garing dan membosankan? Oh iya, Mak, lagi rame soal plagiat dan akhirnya di-black list. Nah, saya pengen buat komedi yang nggak nyontek orang, tapi garing. Terima kasih. 🙏A1:
Garing atau basah, tergantung selera. Ada orang yang selera humornya receh alias biasa. Ada lucu dikit ketawa. Ada juga yang udah salto pakek baju cosplay mermaid aja malah nggak senyum sama sekali. Jadi kegaringan tergantung tingkat humor seseorang.Gimana biar gak garing? Gali terus ide, imajinasi, sering tonton komedi, coba buat kalimat receh lalu lempar ke publik dan lihat responsnya. Membuat humor, butuh diasah. Tak serta merta lahir sendirinya.
Biar nggak diplagiat, lihat sekeliling. Cari celah yang bisa dijadikan bahan tertawaan. Misal = lihat tikus kebanjiran, lalu numpang berteduh.
Q2:
Mak, gimana caranya mengaplikasikan kerecehan itu ke dalam tulisan? Apakah ke dialog atau narasi, menurut Emak mana yang lebih cocok? Terima kasih.A2:
Semua bisa, tergantung situasi dan kondisi. Mau di narasi atau dialog, sama saja. Buat kalimat pemicu, lalu tarik.Q2a:
Makasih, Mak Yaya. Ada contohnya nggak Mak? Cara buat kalimat pemicu dan timing yang pas buat narik?A2a:
Narasi:
Mala dan cabe adalah saudara tak kandung tapi sehati. Lahir dari asal dan sperma yang berbeda. Keduanya tetap saja akur, bahkan saling mencari jika sehari tak bertemu.Dialog:
"Sorry, ini kalau mau nembak cewek ada mukadimah dulu nggak ya?"Q3:
Gimana sih Kak agar humor yang kita buat realistis? Terus humor yang dimasukkan dalam cerita harus pake kata-kata tidak bakukah? Terima kasih.A3:
Realistis ini maksudnya yang kayak gimana? Tidak harus, mau baku atau tidak tetap bisa dipakek.Q3a:
Realistis yang bener-bener kelihatan gitu humornya. Soalnya pernah baca karya orang yang dianya bikin humor, tapi rasanya kayak ga nyambung gitu.Kalau POV-nya itu bagusan POV 1 atau 3 Kak?
A3a:
Yah... sama kayak bisa bikin ketawa apa nggak gitu ya? Seperti tadi dibilang, tingkat humor seseorang berbeda. Mungkin bagi dia udah lucu, buat kamu belum. Apalagi buat nenek tetanggaku. Malah nangis, karena nggak bisa baca.POV nggak jadi masalah, asal bisa meramu kalimatnya dengan baik.
••••••••••••••••••••
Jadi ... ini cara aku sendiri buat menulis humor yang sering garing juga. Aku suka menulis humor, tapi bukan komedian. Humor hanya sebagai sub genre yang porsinya juga aku batesin. Nggak full dari awal sampek akhir.
Dulu aku nggak bisa bikin sama sekali. Tapi kata orang, aku orangnya ceroboh. Makan mi ayam sama temen, garpu kelempar sampek kena orang di sebelah, ditabrak sepeda, malah sepeda sama penumpangnya yang jatuh gegulingan... aku malah bengong.
Jadi, dari diriku sendiri yang ceroboh itu aku jadikan bahan tulisan. Lama-lama bisa buat orang tertawa. Pelan-pelan saja karena semua butuh proses.
Inti komedi adalah menyenangkan orang lain. Tak harus membuat orang tertawa gegulingan. Cukup orang itu merasa terhibur, senang, dan minimal senyum deh.
••••••••••••••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Babe Jali
ComédieApa jadinya jika seorang duda harus mengasuh sepuluh anak yang tak lagi balita sendirian? Babe Jali harus melewati cobaan ini. Sepuluh anaknya beranjak dewasa, dengan segala tingkah dan masalah yang membelit. Belum selesai soal asmara anak-anaknya...