2. Beginning

123 22 34
                                    

21st November

Awalnya, Berlyn ingin menolak ajakan Mark Lee. Dia ingin sekali pulang dan tidur⸻atau mengerjakan sesuatu yang lain di rumah, pekerjaannya bukan cuma tugas kampus saja. Tapi sayangnya, Mark Lee memaksa dan Berlyn tidak bisa menolak. Jadi sekarang dia menemani Mark keliling fakultas kedokteran sambil mengenalkan kampus pada Mark.

Sepanjang jalan, Mark selalu punya topik perbincangan untuk dibahas. Yeah, dia satu-satunya orang yang betah dengan Berlyn. Teman-teman sekelas Berlyn tidak terlalu dekat dengan Berlyn, alasannya karena Berlyn punya sisi introvert, bahkan sangat introvert⸻sangat sulit bagi Berlyn untuk mengobrol dengan orang baru, alhasil Berlyn tidak punya teman sekarang.

Tapi, selama mereka berjalan tadi, Mark sama sekali tidak menyingung soal kejadian tadi pagi⸻Berlyn yang menangis di ruang kosong, sendirian. Entah Mark tidak ingin tahu atau memang laki-laki itu merasa sungkan untuk bertanya. Yang jelas Berlyn bersyukur Mark tidak banyak tanya dan ikut campur urusan pribadinya.

"Mampir ke kantin?" tanya Mark tiba-tiba, saat mereka sudah mendekati area kantin kampus.

"No, aku mau pulang." Ujar Berlyn yang sudah memasang ancang-ancang untuk pulang. Namun, ditahan lagi oleh Mark.

"Aku traktir, deh, tadi kan udah nganterin keliling." Kali ini Mark menatap Berlyn tepat dikedua mata, membuat Berlyn tak bisa menolak. "Ayolah! Sebagai ucapan terima kasih, nih. Jarang-jarang aku neraktir orang."

Berlyn akhirnya mengalah. Ia menghela napas, kemudian berkata, "okay."

Keduanya pun masuk ke area kantin yang lumayan ramai, karena jam makan siang. Setelah memesan dan mendapat makanan, mereka lalu menuju salah satu tempat yang untungnya kosong⸻hampir saja mereka tidak mendapat tempat saking ramainya kantin, bahkan mereka sampai kebingungan mencari tempat tadi.

"Sorry, aku gatau bakal seramai ini, kamu pasti nggak nyaman, ya?" ujar Mark, menyesal. Terlihat dari raut wajahnya yang ditekuk.

"No, I'm fine. Jarang-jarang aku bisa kayak gini." sahut Berlyn menanggapi Mark, agar laki-laki itu tidak terlanjur menyesali perbuatannya.

"Emangnya kamu nggak pernah makan disini?" tanya Mark sambil memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Pernah, sih. Paling sekali, sekali bareng temen kalo ada kerja kelompok atau rapat divisi dulu." balas Berlyn.

"Rapat divisi?"

"Ah, itu cuma acara kepanitian kampus dulu. Cuma buat cari pengalaman aja, biar aku nggak terlalu keliatan introvert banget." sahut Berlyn sambil tertawa sarkatis.

Mark tahu kemana arah pembicaraan gadis dihadapannya. Ia tidak ingin tahu lebih dalam lagi tentang Berlyn. Seperti yang dikatakannya tadi, ini bukan urusan Mark, jadi dia tidak mau terlalu ikut campur urusan Berlyn.

"By the way, mumpung kita lagi disini, mau bahas soal tugas?" tanya Mark mengalihkan topik. Dia sebenarnya tidak ingin membahas tugas, tapi karena tidak ada topik perbincangan lain selain tugas, jadilah ia membicarakan hal tersebut⸻apalagi Mark ini hitungannya anak baru.

"Yaudah, boleh deh." kata Berlyn, akhirnya. "Kita mau survei dulu terkait isu sosial atau mau langsung wawancara?"

"Gimana kalo kita cari literatur dulu di perpus?"

Mereka pun akhirnya mengobrol mengenai tugas sampai makanan mereka benar-benar habis. Dari perbincangan mereka, Berlyn merasa nyaman dengan Mark⸻nyaman dalam artian sebagai teman ngobrol. Melihat kontribusi Mark pada tugas, membuat Berlyn sadar bahwa Mark Lee bukan orang yang sama seperti teman-temannya di kelas.

DelicateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang